Padangpanjang - Jempol belakang. Ungkapan ini cukup menggelitik. Dan di Padangpanjang, ini sengaja dimunculkan untuk menggelitik kesadaran. Jempol Belakang, adalah istilah yang ditujukan untuk menggambarkan toilet yang bersih dan sehat, di sekolah maupun di perkantoran.
Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman dan lingkungan Hidup (Perkim LH) Kota Padangpanjang, Wita Desi Susanti, ST mengatakan, toilet identik dengan bagian belakang suatu bangunan. Dan kebersihannya perlu mendapat perhatian.
"Jika bagian belakang saja sudah terjaga kondisinya, tentu bagian yang lainnya akan lebih terperhatikan," ujar Wita Desi Susanti melalui pesan elektroniknya, yang diterima Kominfo setempat, Minggu (4/11).
Menurutnya Wita, melalui Festival Toilet Bersih, Dinas PerkimLH ingin mendukung terwujudnya lingkungan yang bersih dan sehat. Sasarannya adalah sekolah se Kota Padangpanjang, mulai dari SD sampai SLTA serta semua kantor OPD.
“Toilet dengan kategori baik, diberi predikat Jempol Belakang kategori sedang predikatnya Manis Belakang dan kategori kurang, akan mendapat predikat Kelingking Belakang,” papar Wita.
Wita mengatakan, sistem akreditasi jari ini diterapkan untuk memotivasi objek pantau untuk menjaga dan memperbaiki kondisi toilet masing-masing. Tentunya tidak ada yang mau berada pada level kelingking terus menerus.
Sementara itu, Kabid Penataan dan Lingkungan Hidup Dinas Perkim LH, Drs. Ridwan, MPd menjelaskan, penilaian dilakukan oleh Tim yang berasal dari berbagai OPD terkait.
Ridwan menjelaskan, proses penilaian tahap pertama (P1) telah dilaksanakan pada bulan September yg lalu. Rapat Tim Penilai pada tanggal 17 Oktober 2018, meloloskan 8 perkantoran, 8 SD, 5 SLTP dan 5 SLTA untuk masuk ke penilaian tahap kedua (P2) yang akan dilaksanakan pada pertengahan November 2018.
“Kriteria penilaian mengarah pada kebersihan fisik toilet, aspek kesehatan, estetika, ketersediaan sarana penunjang dan sistem pengelolaan. Kriteria tersebut, telah disosialisasikan terlebih dahulu sebelum mulai melaksanakan penilaian, dan ternyata cukup memancing antusiasme dan inovasi dari objek penilaian, terutama sekolah. Dan satu hal, mewujudkan toilet bersih dan sehat itu ternyata tidak harus mahal," pungkas Ridwan. (Del)