Bukittinggi - Pengamat Pariwisata, Vina Kumala menilai, Pemerintah Kota Bukittinggi belum maksimal memasarkan objek-objek wisata yang dimiliki. Bukittinggi sebagai kota wisata, seharusnya memiliki konsep dan sinergi kerja antara pemerintah kota, PHRI, Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita), Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI), institusi pendidikan, komunitas dan media.
Beragamnya jenis pembangunan Infrastruktur kota yang sedang berlangsung, lanjut Vina, dikhawatirkan wisatawan hanya sekedar datang berkunjung, lihat-lihat pemandangan lalu kembali ke daerah asalnya. Artinya menurut Dosen Fakultas Pariwisata Universitas Muhammadiyah Bukittinggi itu, belum ada dampak langsung terhadap masyarakat terutama dalam meningkatkan transaksi ekonomi di kota Bukittinggi. Selasa (25/12).
Seharusnya pemerintah kota perlu memperhatikan sistem pemeliharaan dan pengelolaan pasca dibangunnya infrastruktur untuk meningkatkan transaksi ekonomi. Selain itu tambah Vina yang juga Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bukittinggi mengatakan, "Kami dari asosiasi persatuan hotel dan restoran adalah pekerja profesional yang fokus pada industri pariwisata. Seharusnya dengan tingginya Pendapatan Asli Daerah (PAD) berasal dari pariwisata, pemerintah kota memiliki sinergi kerja dengan berbagai pihak untuk memasarkan objek-objek wisata secara maksimal. Namun pada dasarnya PHRI mendukung semua pembangunan yang menunjang pariwisata."
Ini semua tentu perlu persamaan persepsi antara pemimpin daerah kota dengan SKPD terkait dalam melakukan hal tersebut. Menurut Vina, visi misi Walikota Bukittinggi dalam mengembangkan wisata sudah bagus namun pelaksanaaan dilapangan yang kurang. Dalam hal ini, tentunya Dinas Pariwisata perlu memahami bagaimana melaksanakan visi misi walikota dengan baik dalam mewujudkan potensi lokal menuju wisata dunia.
Di akhir wawancara kata Vina, Jam Gadang sebagai icon wisata kota Bukittinggi masih jadi andalan pengunjung kelokasi tujuan wisata. Namun karena renovasi pembangunan taman pedestrian belum rampung maka dikhawatirkan akan berakibat kurangnya jumlah wisatawan, pengunjung hotel dan restoran di Bukittinggi.
Sementara itu Erwin Umar Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Bukittinggi mengatakan, "Pemerintah Kota Bukittinggi sudah mengolah pariwisata secara maksimal. Hal ini terbukti dari pendapatan asli daerah kota tertinggi dari sektor lain. Wisatawan yang datang ke Bukittinggi menginap dihotel-hotel selalu penuh, revitalisasi taman pedestrian jam gadang, panorama ngarai sianok yang menjadi geopark." Rabu, (26/12).
Menanggapi pernyataan masyarakat tentang pemko belum maksimal pasarkan pariwisata kota bukittinggi, Erwin mengatakan, pihak pariwisata selalu rutin berkordinasi dengan pihak luar, seperti PHRI, ASITA, pegiat pariwisata dan media. Hal ini dibuktikan seperti di website pemko, telah terdaftar semua hotel-hotel yang ada di Bukittinggi.
Ini artinya lanjut Erwin, masyarakat dapat mengakses informasi melalui internet dalam hal publikasi. Tentu semua kegiatan ini dilakukan dinas pariwisata dalam memaksimalkan dan mengembangkan pariwisata yang ada di Kota Bukittinggi. (Rizky)