Bukittinggi - Dua orang peserta Aksi Kamisan, gagal lakukan aksi diam dan solo gitar, di Tugu Patung Bung Hatta akibat salah paham oleh sejumlah organisasi masyarakat (ormas) Bukittinggi. Dua orang partisipan aksi yang diduga memiliki paham komunis ini diamankan oleh Satuan Polres Kota Bukittinggi. Kamis, (10/01/2019)
Sebelumnya, sejumlah gabungan Ormas di Bukittinggi sempat gagalkan Aksi Kamisan yang diduga miliki paham komunis karena dianggap menolak penyitaan sejumlah buku oleh aparat TNI yang diduga berpaham komunis di Padang beberapa hari lalu.
Menurut Wakapolres Kota Bukittinggi, Kompol. Sumintak, mengatakan, "Dua orang partisipan aksi akhirnya diamankan Polres agar tidak terjadi kesalah pahaman. Sebenarnya sekelompok mahasiswa akan lakukan aksi diam dan solo gitar dengan tema "2018 Banyak Pelanggaran HAM, Pemerintah Jangan Pura-Pura Lupa." ujar Wakapolres.
Sebelumnya, tambah Sumintak, mereka sempat berkordinasi dengan kepolisian namun Polres Bukittinggi belum memberikan izin terhadap rencana aksi tersebut. Hal ini disebabkan karena ada isu yang berkembang di sosial media bahwa aksi tersebut memiliki paham komunis. Sehingga Polres meminta agar membatalkan rencana aksi dan mereka menyetujui.
Namun karena anak muda hobi kumpul-kumpul kebetulan ada sekelompok pedagang pasar bawah datang ke DPRD Bukittinggi, akhirnya merek ikut bersama dengan rombongan aksi pedagang pasar bawah tersebut.
Pendapat berbeda dikatakan oleh Ketua FPI kota Bukittinggi, Khairul Azmi, "Aksi ini diduga adanya orang paham komunis terkait penolakan penyitaan sejumlah buku oleh aparat TNI yang diduga berpaham komunis di Padang beberapa hari lalu. Aksi paham yang diduga paham komunis ini tidak bolehkan ada di Bukittinggi, maka dari itu harus kita gagalkan. Kita harus menjaga Bukittinggi dari aksi tersebut," tegasnya.
Sementara itu dilokasi yang berbeda, mantan Anggota DPR RI, Taslim mengatakan, "Sejumlah orang yang mengaku mahasiswa ini akan melakukan aksi diam terkait penyitaan buku-buku yang diduga memiliki paham komunis oleh TNI di Padang. Padahalkan memang paham komunis tidak boleh lagi ada di NKRI ini.
Namun menurut Taslim yang juga Ninik Mamak Urang Kuray itu menambahkan, "Melihat dari penampilan mereka saya jadi ragu, mulai dari tato, pakaian, cara komunikasinya saya ragu ini mahasiswa dari mana," sebutnya.
Bahkan ada yang mengaku sebagai anak datuak dan ada juga mengaku sebagai datuak, tapi tidak mencerminkan sebagai seorang yang disegani, malah tampilannya mencurigakan, tambahnya.
Kesalah pahaman terhadap aksi kamisan ini cukup menyita perhatian warga Bukittinggi. Akibat dari kejadian tersebut berakhir dengan pengamanan dua orang dari kelompok aksi kamisan tersebut. (Rizky)