Jakarta - Sebanyak 19 Kepala Desa, Pendamping desa dan pegiat desa diberangkatkan studi banding ke Tiongkok, Jumat (22/3). Selain studi banding, mereka juga diminta untuk membaca peluang kerjasama bisnis dengan kepala desa di Tiongkok.
“Saya berharap agar perwakilan Indonesia yang berangkat studi banding ini bisa membina hubungan baik dengan masyarakat di Tiongkok. Melihat peluang yang bisa dikerjasamakan dan melihat apa yang dibutuhkan masyarakat Tiongkok yang bisa disuplai oleh desa di Indonesia,” ujar Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo di Jakarta, Jumat (22/3).
Ia mengatakan, hubungan baik antara Kepala Desa Tiongkok dan Kepala Desa Indonesia akan mempererat hubungan negara keduanya. Menurutnya, menjaga hubungan baik antara kedua negara tersebut menjadi penting mengingat Indonesia dan Tiongkok diprediksi akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi 5 besar dunia.
“Duta Besar Tiongkok telah menkonfirmasi bahwa 40 tahun lalu pendapatan per kapita masyarakat desa di Tiongkok 20 US Dollar dan sekarang 2000 US Dollar. Dan itu pertumbuhan 100 kali lipat. Itu sangat besar, dan kita layak untuk meniru Tiongkok,” ujarnya.
Eko mengatakan, rencana studi banding kepala desa, pendamping desa, dan pegiat desa ke Tiongkok telah dibicarakan dengan Kedubes Tiongkok sejak tahun lalu. Adapun peserta studi banding tersebut adalah yang telah berhasil mengubah desanya dari tertinggal menjadi desa berkembang dan maju.
“Mudah-mudahan mereka bisa menyerap dan belajar dari keberhasilan desa-desa di Tiongkok untuk diterapkan di Indonesia,” ujarnya.
Di sisi lain, Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia, Xiao Qian mengapresiasi pelaksanaan studi banding perwakilan Indonesia ke Tiongkok. Menurutnya, studi banding perdesaan tersebut adalah yang pertama didelegasikan dari Indonesia ke Tiongkok.
“Tahun lalu Menteri Desa mengusulkan kepada saya untuk mengadakan studi banding ke Tiongkok dan mempelajari seperti apa desa-desa di Tiongkok. Saya rasa ini adalah usulan luar biasa bagus,” ujarnya.
Melalui studi banding tersebut ia meyakini, delegasi Indonesia dapat merasakan langsung hasil pembangunan di Tiongkok, yang berhasil meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat perdesaan secara signifikan. Menurutnya, Indonesia dan Tiongkok yang sama-sama merupakan negara yang terdiri dari perdesaan dapat menjalin komunikasi dan kerjasama dengan baik.
“Setelah mendapat usulan studi banding tersebut, saya sampaikan dengan kementerian terkait di Tiongkok. Respon kementerian di Tiongkok positif. Kami sangat senang bisa menyambut delegasi dari Indonesia di Tiongkok,” ujarnya.(ril/dyko)