Oleh: INDRA UTAMA *)
Pasbana.com --- Sering saya dengar, ungkapan dari orang-orang yang pernah bersentuhan dengan kehidupan Kota Padangpanjang, baik dari orang-orang yang kampungnya memang di Padangpanjang, atau yang sekarang berdomisili di Padangpanjang, atau yang pernah bertempat tinggal di Padangpanjang untuk sementara waktu, misalnya menjadi pelajar di sekolah umum, pelajar sekolah agama, pelajar pesantren, mahasiswa, atau menjadi pegawai instansi pemerintahan, mereka umumnya menyatakan suasana kehidupan kota Padangpanjang adalah unik, sehat, nyaman dan sejuk, dengan udaranya yang bersih, serta kuliner halal yang enak.
Keadaan sedemikan menyebabkan hati dan semangat mereka terpaut di Kota Padangpanjang meskipun ada yang tidak lagi menetap di Padangpanjang. Pastinya, ungkapan-ungkapan tersebut muncul karena Kota Padangpanjang memiliki daya pikat tersendiri yang secara alamiah dirasakan di dalam sanubari orang-orang yang pernah bersentuhan dengan alam Kota Padangpanjang. Persentuhan tersebut, apabila dibaca sebagai sebuah pengalaman jiwa, dan diungkapkan baik dalam bentuk ucapan dan tulisan, maka pada hakikatnya hal tersebut adalah menyentuh kepada persoalan literasi.
Persoalan literasi yang pada akhir-akhir ini mencuat nampaknya sudah menjadi sebuah gerakan yang terus disosialisasikan pada setiap lapisan kehidupan masyarakat di Kota Padangpanjang. Tujuannya tentu berkaitan dengan usaha untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya sehingga dapat berperan serta di dalam pembangunan yang berkelanjutan dengan cara membangun kecerdasan masyarakat melalui kegiatan literasi.
Kota Padangpanjang yang terletak di kaki Gunung Merapi memang memiliki banyak keunikan yang secara alamiah telah berlangsung sejak lama. Secara geografis, kota ini dikurung oleh kehidupan masyarakat Batipuah X Koto.
Hubungan yang erat antara masyarakat yang bertempat tinggal di Padangpanjang dengan masyarakat Batipuh X Koto dapat diibaratkan seperti kuku dengan daging, aur dengan tebing, sanda manyanda di dalam berbagai kepentingannya.
Setidaknya, masyarakat Batipuh X Koto selalu berkunjung ke Padangpanjang dua kali dalam seminggu pada setiap hari pasar Senin dan Jumat. Pada saat hari pasar itu, masyarakat Batipuh X Koto datang untuk berbelanja dan bertemu dengan masyarakat Kota Padangpanjang dalam suasana silaturahim yang akrab. Dalam pada itu, berbagai produk kebudayaan masyarakat Batipuh X Koto dapat juga dilihat dan dirasakan di dalam kehidupan masyarakat Padangpanjang. Dapat dikatakan bahwa Kota Padangpanjang telah menjadi pusat kegiatan masyarakat Batipuh X Koto, baik dalam bentuk kegiatan pendidikan, kesehatan, ekonomi dan perdagangan, sosial dan kebudayaan.
Sebagai pusat kegiatan, Kota Padangpanjang banyak memiliki sekolah umum dan sekolah agama. Data pendidikan dasar dan menengah dari kementrian pendidikan dan kebudayaan tahun 2018/2019 dinyatakan bahwa Kota Padangpanjang memiliki 79 sekolah dari SD, SMP, SMA dan SMK, baik yang dikelola secara swasta maupun dengan status negeri. Antara sekolah-sekolah tersebut, mayoritasnya adalah sekolah agama dan pesantren.
Selain itu, di Kota Padangpanjang juga terdapat dua perguruan tinggi yang salah satunya adalah perguruan tingi seni yang sudah berdiri sejak tahun 1966. Perguruan tinggi seni dengan nama Institut Seni Indonesia (ISI) akhir-akhir ini nampak semakin maju dan berkembang dengan dua fakultas dan satu program pascasarjana.
Di Kota Padangpanjang juga terdapat 91 masjid dan musholla yang tersebar di berbagai kelurahan dimana sebahagian besar daripada masjid dan mushola itu menyelenggarakan pula kegiatan pembelajaran keagamaan seperti baca alquran dan didikan subuh sehingga dapat dirasakan kegiatan agama Islam memang semarak dan menggairahkan. Demikian pula kegiatan-kegiatan olahraga dan seni di dalam kehidupan masyarakatnya, terdapat aktivitas kepemudaan yang bergabung dalam kelompok Karang Taruna dan kelompok-kelompok kegiatan olahraga dan seni.
Saya tulis semua potensi pendidikan yang terdapat di Kota Padangpanjang ini adalah karena semua potensi itu dapat diberdayakan bagi membangun kegiatan literasi di Kota Padangpanjang.
Sememangnya, kegiatan literasi pada hakikatnya berkaitan dengan aktivitas membaca dan menulis. Salah satu syarat terwujudnya kegiatan literasi adalah melalui kegiatan membaca. Oleh karena itu, bahan bacaan tentu harus tersedia.
Minggu yang lalu, saya menyaksikan dilaksanakannya Festival Literasi di Kota Padangpanjang. Festivalnya sangat meriah. Bertempat di Bancahlaweh. Ada acara karnaval yang diikuti oleh pelajar sekolah dan kelompok-kelompok masyarakat kelurahan. Di dalam rangkaian acaranya, terdapat pula acara pameran dan diskusi literasi dengan pembicara yang didatangkan dari Padang dan Jakarta.
Pesertanya selain terdiri dari pelajar di Padangpanjang juga ada yang datang dari luar Kota Padangpanjang. Semua peserta nampak antusias mengikuti rangkaian acara festival.
Walikota Padangpanjang Fadly Amran bahkan hadir untuk membuka acara festival yang kemudian dicanangkan pula Kota Padangpanjang sebagai Kota Literasi. Bahkan pada malam harinya Walikota Padangpanjang sengaja membuat jamuan makan malam di rumahnya yang dihadiri tamu dan para penggiat literasi.
Pada hakikatnya, mesti difahami bahwa persoalan literasi bukan hanya persoalan membaca bahan bacaan dan menulis saja. Tetapi lebih jauh dari itu, literasi adalah berkaitan dengan persoalan memahami kehidupan untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat menjadi lebih baik.
Dalam pada itu, aktivitas literasi adalah merujuk kepada kegiatan mengamati perubahan alam dan mendiskusikannya di dalam bentuk pembicaraan dan penulisan. Bilamana pemahaman literasi dapat dimengerti sampai kepada persoalan pengamatan terhadap kehidupan alam, maka kegiatan literasi tentu saja berkaitan dengan aktivitas berguru kepada alam.
Apabila kegiatan literasi ditarik kepada pengertian akademis, maka kegiatannya sangat sinkron dengan membangun pemahaman etnografi melalui strategi penelitian kualitatif yang melibatkan kombinasi kegiatan lapangan dan observasi untuk memahami fenomena budaya dan alam sekitar.
Kegiatan-kegiatan seperti ini adalah berkaitan dengan bidang antropologi, sosial dan budaya yang ujung-ujungnya akan bermuara kepada kemampuan seseorang untuk dapat membaca keadaan alam dengan baik, menuliskannya dengan jelas, membicarakannya dalam bahasa yang terukur, dan memecahkan berbagai masalah kehidupan bermasyarakat dan alam sekitarnya.
Melihat kepada kemanfaatan kegiatan literasi, nampaknya aktivitas literasi dapat menjadi kata kunci untuk membangun peradaban manusia yang lebih baik di dalam kehidupan bermasyarakat. Sebab, kegiatan literasi sangat berkaitan dengan membangun kemampuan seseorang agar memiliki pengetahuan yang cukup di dalam berkomunikasi, terlebih di dalam kehidupan yang dipengaruhi oleh kecanggihan teknologi saat ini. Kesadaran akan pentingnya membina kegiatan literasi di tengah kehidupan masyarakat Padangpanjang tampaknya mulai tumbuh dengan baik sehingga perlu dicanangkan Padangpanjang menjadi sebagai Kota Literasi.
Usaha ke arah itu sudah dilakukan secara terstruktur oleh pemerintah Kota Padangpanjang melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan yang berkolaborasi dengan Forum Penggiat Literasi Kota Padangpanjang.
Kegiatan literasi di Padangpanjang nampaknya sudah tumbuh dengan cepat. Kegairahan untuk membaca dan menulis terlihat sudah tumbuh. Memandangkan hal sedemikian, saya ingin menyampaikan sebuah usulan, agar pemerintah Kota Padangpanjang dapat memberi ruang dan fasilitas untuk berdirinya lembaga penerbit dan percetakan di Kota Padangpanjang agar produk-produk literasi dapat didokumentasikan dengan baik.
Keadaan sedemikan menyebabkan hati dan semangat mereka terpaut di Kota Padangpanjang meskipun ada yang tidak lagi menetap di Padangpanjang. Pastinya, ungkapan-ungkapan tersebut muncul karena Kota Padangpanjang memiliki daya pikat tersendiri yang secara alamiah dirasakan di dalam sanubari orang-orang yang pernah bersentuhan dengan alam Kota Padangpanjang. Persentuhan tersebut, apabila dibaca sebagai sebuah pengalaman jiwa, dan diungkapkan baik dalam bentuk ucapan dan tulisan, maka pada hakikatnya hal tersebut adalah menyentuh kepada persoalan literasi.
Persoalan literasi yang pada akhir-akhir ini mencuat nampaknya sudah menjadi sebuah gerakan yang terus disosialisasikan pada setiap lapisan kehidupan masyarakat di Kota Padangpanjang. Tujuannya tentu berkaitan dengan usaha untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya sehingga dapat berperan serta di dalam pembangunan yang berkelanjutan dengan cara membangun kecerdasan masyarakat melalui kegiatan literasi.
Kota Padangpanjang yang terletak di kaki Gunung Merapi memang memiliki banyak keunikan yang secara alamiah telah berlangsung sejak lama. Secara geografis, kota ini dikurung oleh kehidupan masyarakat Batipuah X Koto.
Hubungan yang erat antara masyarakat yang bertempat tinggal di Padangpanjang dengan masyarakat Batipuh X Koto dapat diibaratkan seperti kuku dengan daging, aur dengan tebing, sanda manyanda di dalam berbagai kepentingannya.
Setidaknya, masyarakat Batipuh X Koto selalu berkunjung ke Padangpanjang dua kali dalam seminggu pada setiap hari pasar Senin dan Jumat. Pada saat hari pasar itu, masyarakat Batipuh X Koto datang untuk berbelanja dan bertemu dengan masyarakat Kota Padangpanjang dalam suasana silaturahim yang akrab. Dalam pada itu, berbagai produk kebudayaan masyarakat Batipuh X Koto dapat juga dilihat dan dirasakan di dalam kehidupan masyarakat Padangpanjang. Dapat dikatakan bahwa Kota Padangpanjang telah menjadi pusat kegiatan masyarakat Batipuh X Koto, baik dalam bentuk kegiatan pendidikan, kesehatan, ekonomi dan perdagangan, sosial dan kebudayaan.
Sebagai pusat kegiatan, Kota Padangpanjang banyak memiliki sekolah umum dan sekolah agama. Data pendidikan dasar dan menengah dari kementrian pendidikan dan kebudayaan tahun 2018/2019 dinyatakan bahwa Kota Padangpanjang memiliki 79 sekolah dari SD, SMP, SMA dan SMK, baik yang dikelola secara swasta maupun dengan status negeri. Antara sekolah-sekolah tersebut, mayoritasnya adalah sekolah agama dan pesantren.
Selain itu, di Kota Padangpanjang juga terdapat dua perguruan tinggi yang salah satunya adalah perguruan tingi seni yang sudah berdiri sejak tahun 1966. Perguruan tinggi seni dengan nama Institut Seni Indonesia (ISI) akhir-akhir ini nampak semakin maju dan berkembang dengan dua fakultas dan satu program pascasarjana.
Di Kota Padangpanjang juga terdapat 91 masjid dan musholla yang tersebar di berbagai kelurahan dimana sebahagian besar daripada masjid dan mushola itu menyelenggarakan pula kegiatan pembelajaran keagamaan seperti baca alquran dan didikan subuh sehingga dapat dirasakan kegiatan agama Islam memang semarak dan menggairahkan. Demikian pula kegiatan-kegiatan olahraga dan seni di dalam kehidupan masyarakatnya, terdapat aktivitas kepemudaan yang bergabung dalam kelompok Karang Taruna dan kelompok-kelompok kegiatan olahraga dan seni.
Saya tulis semua potensi pendidikan yang terdapat di Kota Padangpanjang ini adalah karena semua potensi itu dapat diberdayakan bagi membangun kegiatan literasi di Kota Padangpanjang.
Sememangnya, kegiatan literasi pada hakikatnya berkaitan dengan aktivitas membaca dan menulis. Salah satu syarat terwujudnya kegiatan literasi adalah melalui kegiatan membaca. Oleh karena itu, bahan bacaan tentu harus tersedia.
Minggu yang lalu, saya menyaksikan dilaksanakannya Festival Literasi di Kota Padangpanjang. Festivalnya sangat meriah. Bertempat di Bancahlaweh. Ada acara karnaval yang diikuti oleh pelajar sekolah dan kelompok-kelompok masyarakat kelurahan. Di dalam rangkaian acaranya, terdapat pula acara pameran dan diskusi literasi dengan pembicara yang didatangkan dari Padang dan Jakarta.
Pesertanya selain terdiri dari pelajar di Padangpanjang juga ada yang datang dari luar Kota Padangpanjang. Semua peserta nampak antusias mengikuti rangkaian acara festival.
Walikota Padangpanjang Fadly Amran bahkan hadir untuk membuka acara festival yang kemudian dicanangkan pula Kota Padangpanjang sebagai Kota Literasi. Bahkan pada malam harinya Walikota Padangpanjang sengaja membuat jamuan makan malam di rumahnya yang dihadiri tamu dan para penggiat literasi.
Pada hakikatnya, mesti difahami bahwa persoalan literasi bukan hanya persoalan membaca bahan bacaan dan menulis saja. Tetapi lebih jauh dari itu, literasi adalah berkaitan dengan persoalan memahami kehidupan untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat menjadi lebih baik.
Dalam pada itu, aktivitas literasi adalah merujuk kepada kegiatan mengamati perubahan alam dan mendiskusikannya di dalam bentuk pembicaraan dan penulisan. Bilamana pemahaman literasi dapat dimengerti sampai kepada persoalan pengamatan terhadap kehidupan alam, maka kegiatan literasi tentu saja berkaitan dengan aktivitas berguru kepada alam.
Apabila kegiatan literasi ditarik kepada pengertian akademis, maka kegiatannya sangat sinkron dengan membangun pemahaman etnografi melalui strategi penelitian kualitatif yang melibatkan kombinasi kegiatan lapangan dan observasi untuk memahami fenomena budaya dan alam sekitar.
Kegiatan-kegiatan seperti ini adalah berkaitan dengan bidang antropologi, sosial dan budaya yang ujung-ujungnya akan bermuara kepada kemampuan seseorang untuk dapat membaca keadaan alam dengan baik, menuliskannya dengan jelas, membicarakannya dalam bahasa yang terukur, dan memecahkan berbagai masalah kehidupan bermasyarakat dan alam sekitarnya.
Melihat kepada kemanfaatan kegiatan literasi, nampaknya aktivitas literasi dapat menjadi kata kunci untuk membangun peradaban manusia yang lebih baik di dalam kehidupan bermasyarakat. Sebab, kegiatan literasi sangat berkaitan dengan membangun kemampuan seseorang agar memiliki pengetahuan yang cukup di dalam berkomunikasi, terlebih di dalam kehidupan yang dipengaruhi oleh kecanggihan teknologi saat ini. Kesadaran akan pentingnya membina kegiatan literasi di tengah kehidupan masyarakat Padangpanjang tampaknya mulai tumbuh dengan baik sehingga perlu dicanangkan Padangpanjang menjadi sebagai Kota Literasi.
Usaha ke arah itu sudah dilakukan secara terstruktur oleh pemerintah Kota Padangpanjang melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan yang berkolaborasi dengan Forum Penggiat Literasi Kota Padangpanjang.
Kegiatan literasi di Padangpanjang nampaknya sudah tumbuh dengan cepat. Kegairahan untuk membaca dan menulis terlihat sudah tumbuh. Memandangkan hal sedemikian, saya ingin menyampaikan sebuah usulan, agar pemerintah Kota Padangpanjang dapat memberi ruang dan fasilitas untuk berdirinya lembaga penerbit dan percetakan di Kota Padangpanjang agar produk-produk literasi dapat didokumentasikan dengan baik.
Padangpanjang, 22 Maret 2019
*) Pengamat Budaya dan Dosen ISI Padang Panjang