Lahan pertanian padi di Kabupaten Tanah Datar (foto : Dok.Ist ) |
Pasbana.com --- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sicincin, Sumatera Barat mengemukakan ada sembilan daerah di Sumbar yang akan memasuki musim kemarau pada akhir Mei 2019.
"Musim kemarau di Sumatera Barat terjadi bervariasi di masing-masing daerah, paling singkat selama dua bulan dan paling lama terjadi selama lima bulan," kata Analis Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sicincin, Rizky Armei Saputra di Padang, Jumat (26/04).
Ia menyampaikan daerah yang akan mengalami musim kemarau yaitu Kabupaten Pasaman, Kabupaten Limapuluh Kota bagian timur, Kota Payakumbuh, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Solok, Kota Solok, Kota Sawahlunto, Kabupaten Sijunjung dan Kabupaten Solok Selatan.
Musim kemarau ditandai dengan jumlah curah hujan yang sedikit, "Hujan itu masih ada selama musim kemarau tapi dengan curah hujan lebih kecil dari 50 milimeter," jelas Rizky.
Berdasarkan tinjauan atmosfer secara global dan regional, yang akan mempengaruhi musim kemarau dapat dilihat dari kondisi indeks suhu muka laut Pasifik dan India.
Kondisi Elnino pada April hingga September 2019 diperkirakan pada fase lemah, suhu muka laut di Perairan Sumatera dalam kondisi menghangat, sehingga membuat pembentukan hujan masih terjadi di saat musim kemarau. Ini membuat sifat hujan musim kemarau didominasi kategori normal berada dinilai rata-ratanya di seluruh daerah musim, kata dia.
Diperkirakan juga akan terjadi belokan angin pola siklonik di perairan barat Sumatera Barat dan belokan angin terus berlangsung hingga Juni 2019.
Ia menyampaikan indeks Musim Australia diprediksi mulai aktif April 2019 sehingga sifat musim kemarau di beberapa wilayah diperkirakan juga normal sesuai kondisi rata-rata musim kemarau di masing-masing wilayah.
Menurutnya sejak tujuh tahun terakhir musim kemarau yang cukup parah terjadi pada 2014 dan 2016.
Saat itu banyak lahan sawah yang terdampak dan mengurangi produksi padi. Ada15.000 hektare sawah terdampak tidak dapat ditanami di daerah Limapuluh kota, Tanah datar dan Sijunjung, kata dia.
Bahkan berdasarkan laporan Dinas Pertanian Sumbar kekeringan menyebabkan produksi padi tahun tersebut menurun 47 ribu ton dari tahun sebelumnya.
Ia berharap, adanya prakiraan musim kemarau yang bersifat normal diiringi dengan langkah mitigasi dan adaptasi.
Penyesuaian pola tanam di daerah musim khusus pada sawah tadah hujan dengan menyesuaikan kebutuhan air tanamannya, kata dia.
Ia mengutarakan mengganti tanaman padi dengan tanaman palawija bisa menjadi pilihan dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan di saat musim kemarau dengan sosialisasi terus menerus kepada masyarakat untuk tidak membakar lahan.
Pada sisi lain berdasarkan laporan terbaru dari Met Office selaku Badan Meteorologi Inggris menyampaikan saat ini dunia sedang mengalami dekade terhangat sejak pencatatan dimulai pada 1850.
Diprediksi suhu dunia sepanjang lima tahun ke depan akan mencapai kenaikan satu derajat Celsius di atas suhu rata-rata pada masa praindustri, ujarnya.
Dalam lima tahun ke depan diprediksi kenaikan suhu rata-rata global lebih tinggi, bisa lebih dari 1,5 derajat Celsius, ujarnya.
(ant/pb-01)