Seekor Beruang yang terperangkap dalam kerangkeng ( foto : Dok.Padeks) |
Solok Selatan - Sudah hampir sebulan ini,
Warga di tiga jorong Kenagarian Bidar Alam, Kecamatan Sangir Jujuan, Solok Selatan (Solsel) resah oleh kawanan beruang liar yang masuk ke permukiman mereka. Kawanan beruang juga memangsa ternak ayam peliharaan warga.
Warga di tiga jorong Kenagarian Bidar Alam, Kecamatan Sangir Jujuan, Solok Selatan (Solsel) resah oleh kawanan beruang liar yang masuk ke permukiman mereka. Kawanan beruang juga memangsa ternak ayam peliharaan warga.
Wali Nagari Bidar Alam, Gefriadi menjelaskan bahwa kawanan beruang itu masuk ke kampung dan mulai terpantau sejak sebulan lalu. Hewan ternak ayam warga sudah banyak dimangsa .
Menurut Gefriadi, ada tiga ekor beruang liar yang sejauh ini masuk ke permukiman. Tidak hanya di satu tempat, melainkan di tiga jorong di nagari tersebut. Yakni, di Jorong Pasar, Bulian dan Batikan. Beruang yang terlihat itu, sejenis beruang madu.
Terkait hal ini, pihaknya telah melaporkan ke Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar sekitar tiga pekan lalu. Pihak BKSDA sudah memasang satu alat perangkap berupa kerangkeng di jorong Pasar seminggu lalu. Namun belum membuahkan hasil hingga kini.
“Petugas BKSDA sudah pernah datang untuk memasang kerangkeng di sini lalu pergi lagi. Kami sudah berupaya menghubunginya kembali dan juga sudah melapor kemana-mana, termasuk ke dinas pertanian di sini. Sementara ini, warga sudah mengaktifkan ronda malam. Kami harap ini secepatnya ditangani,” ujarnya.
Terpisah, Kepala Seksi BKSDA Wilayah III Sumbar, Suraji mengatakan, pagi ini (kemarin, red) pihaknya sudah mengutus lima petugas BKSDA ke Bidar Alam untuk menangani konflik beruang masuk kampung tersebut. BKSDA pasti akan menindaklanjuti setiap laporan warga dan tidak mungkin membiarkannya saja.
“Untuk konflik beruang di Bidar Alam, kita sudah melakukan dua penanganan yakni penghalauan dan memasang perangkap tanggal 15 April lalu. Namun, belum berhasil dan laporan warga beruangnya muncul lagi. Pagi ini, lima petugas sudah menuju ke sana untuk melakukan upaya penanganan lanjutan,” ujarnya seperti dilansir Padeks.
BKSDA lanjut Suraji, memiliki keterbatasan personel sehingga masyarakat dimohon untuk bersabar. Kemudian jelasnya, dalam penanganan konflik tersebut, tidak hanya bermuara pada BKSDA saja namun dibutuhkan perhatian banyak instansi dan pihak termasuk masyarakat juga bisa membantu.
Di tengah keterbatasan petugas itu terangnya, pihaknya juga harus memburu waktu dan membagi personel ke daerah lain di wilayah III Sumbar untuk menangani konflik serupa. Seperti menangani konflik harimau di Sumpur Kudus, Sijunjung, beruang madu di Batang Barus, Solok dan ada lagi beruang madu di Pessel.
Lalu sambungnya, perlu juga dipahami, bahwa penanganan konflik satwa dilakukan berjenjang. BKSDA akan merasa berhasil bila satwa liar kembali kehabitatnya. Dimulai dari penghalauan, pemasangan perangkap, pengusiran besar-besaran dan terakhir pembiusan.
“Jadi kita berharap semua sama-sama peduli. Bukan BKSDA tak merespons laporan warga. Terkait perangkap yang ditinggalkan petugas setelah dipasang, namanya perangkap ya ditinggalkan dan tidak perlu ditunggui,” jelasnya.
Hewan sejenis beruang madu tambahnya lagi, sejatinya binatang omnivora yang tidak memakan daging seperti ayam tersebut. Tapi makanannya madu dan semut.
“Terjadinya mutasi makanan itu, bisa jadi disebabkan karena habitat hewan itu sudah semakin sempit akibat adanya aktivitas pembukaan lahan. Sehingga, makanannya kian terbatas dan lalu masuk ke perkampungan warga,” ungkapnya. (Ril)