Pasbana.com -- Umat muslim yang tengah menjalani terapi penyembuhan penyakit jantung tetap bisa menunaikan shaum atau ibadah puasa di bulan Ramadhan. Kendati begitu ada beberapa hal yang penting dihindari jika pasien penyakit jantung ingin menunaikan niatnya berpuasa.
Tim Medis Sultan Agung Cardiac Center RSI Sultan Agung Semarang merekomendasikan berpuasa cara Rasulullah SAW paling tepat bagi pasien penderita penyakit jantung agar tidak meningkatkan risiko yang bisa membahayakan penyakitnya.
Kepala Kelompok Staf Medik (KSM) Jantung dan Pembuluh Darah Sultan Agung Cardiac Center RSI Sultan Agung Semarang, dr Adhitia Budy Prakoso SpJP(K) FIHA mengatakan, berpuasa penuh selama bulan suci Ramadhan, tentu menjadi keinginan umat muslim guna memenuhi kewajibannya. Bahkan penderita penyakit jantung pun tetap bisa melaksanakan puasa.
“Namun tentunya ada beberapa tips berpuasa yang harus dilakukan agar niat untuk menunaikan rukun Islam yang keempat tersebut tetap aman bagi penderita penyakit jantung,” ungkapnya, di Semarang, Ahad (12/5).
Jika yang bersangkutan masih harus menjalani terapi pengobatan, jelas Adhitia, hal yang penting dilakukan dan tidak boleh ditinggalkan adalah tetap meminum obat secara teratur. Sejauh ini waktu yang ideal untuk minum obat secara teratur adalah di pagi, siang, atau malam.
Di bulan Ramadhan obat dikonsumsi di waktu yang berbeda. “Misalnya pada pagi hari bisa diminum setelah makan sahur, siang hari di minum setelah berbuka puasa serta untuk malam hari diminum sebelum beristirahat (tidur),” jelasnya.
Hal berikut yang penting diperhatikan, lanjut Adhitia, adalah tetap mengupayakan ketercukupan asupan nutrisi dan air. Untuk pasien penyakit jantung memang dibedakan, ada pasien yang dibatasi asupan cairan dan ada juga yang tidak perlu membatasi asupan cairan.
Tiap pasien bisa berkonsultasi langsung dengan dokter pribadi masing-masing atau dokter yang menangani. Sehingga saran serta masukan dokter tersebut akan sangat membantu pasien untuk tetap bisa melaksanakan ibadah puasa dengan aman.
Meskipun berpuasa, Adhitia juga menyarankan agar pasien penyakit jantung tetap mengupayakan berolahraga. Untuk olahraga yang paling direkomendasikan adalah jalan kaki minimal 30 menit setiap hari. Lakukan selama lima hari dalam sepekan.
Sementara itu, Konsultan Elektrifisiologi Semarang Cardiac Center RSI Sultan Agung Semarang, dr Pipin Ardhianto SpJP (K) FIHA menambahkan, hal yang tidak kalah penting dan benar- benar harus dihindari oleh pasien penyakit jantung pada saat berpuasa adalah jangan ‘balas dendam’.
Artinya, meskipun sudah seharian penuh menahan lapar dan haus, pada saat tiba waktunya berbuka puasa tetap bisa mengendalikan diri. Jangan memaksakan semua makanan yang ada harus disantap.
Kalori dan asupan tetap harus diperhatikan dan dijaga. Rasulullah SAW telah mencontohkan bahwa berbuka puasa harus bisa mengendalikan diri dan tetap mengendalikan pola makan serta tidak makan yang berlebihan.
Bahkan, lanjut Pipin, dalam hal kecepatan masuknya makanan pun juga harus tetap dijaga. Terkadang pasien penyakit jantung kalau terlalu banyak dan terlalu cepat memasukkan makanan justru seperti orang olahraga. Akibatnya justru memicu kembali gejala- gejala sesak napas, nyeri dada atau bahkan bisa mengalami serangan jantung lagi.
Pada saat memasukkan makanan, lanjutnya, pasien penyakit jantung sangat disarankan melakukan secara gradual. Misalnya seperti membatalkan puasa dengan minum air putih terlebih dahulu, setelah itu baru melaksanakan shalat maghrib. Lalu makan kurma dulu ambil jeda sebelum makan yang tidak berlebihan.
“Pada prinsipnya bagi penderita penyakit jantung masih bisa melaksanakan puasa, sepanjang berpuasa seperti halnya yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, agar tetap aman bagi kesehatan jantungnya,” tandas Pipin.
Sumber : Republika