"Mereka berharap, disisa masa jabatan Yusuf Lubis sebagai Bupati Pasaman, cap Mapatunggul sebagai daerah tertinggal dan terisolir terangkat derajatnya"
Tudingan warga tersebut bukannya tanpa alasan. Sebab, kehidupan masyarakat di sana masih tertinggal jauh dan dalam segala hal. Baik itu infrastruktur, sarana prasarana, telekomunikasi dan penerangan listrik. Belum lagi tingkat kemiskinan dan angka putus sekolah yang masih terbilang tinggi.
Mereka berharap, disisa masa jabatan Yusuf Lubis sebagai Bupati Pasaman, cap Mapatunggul sebagai daerah tertinggal dan terisolir terangkat derajatnya. Angka kemiskinan dan putus sekolah juga menurun sesuai dengan visi misi Pemkab Pasaman, terwujudnya masyarakat yang sejahtera, agamis dan berbudaya.
"Kecamatan Mapattunggul, masih jauh tertinggal dari kecamatan lainnya di Kabupaten Pasaman. Terutama dibidang inprastruktur jalan. Dari tiga nagari (Desa) yang ada, dua diantaranya kondisi jalan sangat miris dan memperihatikan," ujar tokoh masyarakat Jorong Botung Busuk, Syukur, dihadapan Tim Safari Ramadan (TSR) 2 Kabupaten Pasaman di Mesjid Nurul Islam, Rabu lalu.
Ia mengatakan, bahwa jalan menuju kantor Wali Nagari Muaro Tais dan Nagari Muaro Tais Koto Gadang saja hingga kini masih jalan tanah dan berlumpur. Itu belum lagi termasuk ruas jalan lainnya di wilayah itu.
"Ruas jalan Betung Busuk, Sibintayan, Kububaru dan Soma saja panjang jalan yang belum diaspal mencapai 12, 5 Km lebih. Belum lagi ruas jalan lainnya, seperti Sungai Biluik - Muaro Tais, 3,5 Km. Lubuk Godang-Marapan 5 Km," ungkap Syukur.
Menurut Syukur, kondisi itu sudah bertahun - tahun adanya. Meski demikian keadaannya, masyarakat disana masih bisa bersabar. Namun, kata dia, masyarakat tetap berharap banyak kepada Pemda setempat untuk memperbaiki keadaan tersebut.
"Kami warga Mapattunggul tetap berharap, Pemda bisa meningkatkan infrastruktur dari jalan tanah ke aspal. Sehingga terwujud masyarakat sejahtera disini," pintanya.
Dikutip dari haluan.com, Camat Mapattunggul, Sayuti Pohan mengatakan, selain infrastruktur jalan yang disampaikan tokoh masyarakat tadi. Masyarakat juga sangat membutuhkan jaringan telekomunikasi untuk memudahkan masyarakat dalam berkomunikasi dengan "dunia luar".
"Selain infrastruktur, masyarakat masih terisolir untuk yang satu ini," katanya.
Soal kue pembangunan, mantan Kepala BPBD ini mengatakan, Mapattunggul kalah jauh dibanding kecamatan lainnya. Tahun anggaran 2019 ini, alokasi anggaran pada APBD untuk pembangunan di kecamatan itu hanya berkisar Rp186 juta.
"Hampir dua tahun bertugas sebagai camat di Mapattunggul belum bisa memberikan kue pembangunan. Hal itu bisa dilihat khusus di APBD 2019 ini, untuk pembangunan di Mapattunggul hanya ada sekitar Rp186 juta, sementara di kecamatan lain belasan bahkan puluhan miliar," jelasnya.
Senada dengan warga, Sayuti juga berharap pada pemerintah kabupaten agar menjadi pertimbangan untuk pembangunan Mapattunggul ke depannya. Sebab, wilayah itu masih tertinggal jauh. Contohnya saja, untuk panjang ruas jalan yang belum diaspal mencapai 40 Km lebih.
"Itu mulai dari ruas Botung Busuk - Soma. Benai-Muaratais, Sei Biluik - Muaratais. Untuk Kenagarian Lubukgadang, ruas Lubukgadang - Air Cocong, Mapattunggul Selatan melewati Marapan," katanya.
Selain itu, empat unit jembatan di wilayah itu masih kayu. Terdapat di ruas Kampung Tonga- Muaratais 2 unit jembatan, jembatan dekat lapangan bola Muaratais 1 unit serta jembatan lubuak Linjuang ke Soma 1 unit.
"Untuk angka kemiskinan di Mapattunggul lumayan tinggi berkisar 1.600 KK. Untuk angka putus sekolah, angka pastinya kita cek dulu yah," ujarnya. (Gani)