Payakumbuh -- SMP Islam Raudhatul Jannah (SMP I RJ) Meluncurkan buku antologi cerpen. Yang berjudul gadis hujan. Kegiatan ini dilaksanakan senin (27/05) bertempat di Aula YPI Raudhatul Jannah.
Selain launching kegiatan ini sekaligus pembedahan buku oleh sastrawan nasional Gus TF Sakai dan Iyut Fitra. Dihadiri juga oleh Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh, Dinas Perpustakaan dan kearsipan, Kemenag Payakumbuh, Forum lingkar literasi Payakumbuh dan guru-guru SMP se kota Payakumbuh.
SMP Islam Raudhatul Jannah melakukan launching buku antologi cerpen yang bertemakan semangat pemuda semangat berkarya. Dihadiri oleh ratusan orang, yang terdiri dari pejabat pemerintahan, guru se kota payakumbuh, pengurus YPI RJ, forum lingkar literasi dan siswa siswi yang menyempatkan hadir.
Launching buku ini adalah pengejawantahan YPI RJ dalam semangat membangun generasi yang melek literasi. Selain launching kegiatan ini sekaligus bedah buku dari sastrawan Nasional Gus TF Sakai dan Iyut Fitra. Tujuannya supaya siswa dapat mengambil banyak pelajaran, pengalaman serta masukan dari sastrawan yang telah malah melintang didunia sastra.
Gerakan Literasi sekolah yang dicanangkan pemerintah melalui Kementerian pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud) direspon dengan sangat baik oleh SMP Islam Raudhatul Jannah. Terbukti, hingga kini Yayasan Pendidikan Islam Raudhatul Jannah (YPI RJ) telah menerbitkan 5 antologi cerpen dan puisi.
Mulai dari Taman Surga (2011), Malakok (2013), Buah sebuah pilihan (2017), 10 tahun lagi (2018), Guyur Hujan (2019), dan InsyaAllah dalam waktu dekat Di sini surga kita (2019).
Gerakan Literasi yang semakin menggeliat dilingkungan YPI RJ, dijadikan momentum oleh para guru untuk mengajak siswanya menulis. Terlebih di YPI RJ, ada banyak guru-guru yang berbakat menulis, seperti Lindawati dan Novi Handra.
Jauh, sebelum pemerintah mencetuskan gerakan literasi nasional, dari YPI RJ telah mewajibkan kepada siswanya untuk melek membaca dan menulis. Berkat kerja keras dari semua guru dalam membimbing, akhirnya tahun 2011 YPI RJ menerbitkan karya sastra pertama yang berjudul taman surga. Dari sinilah cikal bakal gerakan literasi menjadi massif di lingkungan YPI RJ, hingga hari ini (27/05) YPI RJ menerbitkan buku yang ke 5.
Saat memberikan sambutan dihadapan ratusan tamu undangan, Ultra selaku ketua pengurus YPI RJ menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang ikut membantu mulai belum terbentuknya suatu karya hingga menjadi karya yang manis untuk dibaca terkhusus kepada siswa SMP I RJ angkatan ke XV yang telah menggoreskan pena, menuangkan ide dan hingga tersusun karya sastra yang akan dinikmati banyak orang.
Ultra melanjutkan bahwa menulis ini adalah selembut-lembutnya cara untuk berjihad, namun mampu membunuh jutaan orang yang membacanya. Inilah istimewanya menulis dia lebih tajam dari sebuah peluru. peluru hanya mampu membunuh satu kepala namun dengan tulisan bisa membunuh jutaan kepala secara bersamaan. Semoga anak kita bisa konsisten dan mampu menjadi sastrawan nasional bahkan dunia.
Wawancara terpisah dengan Lindawati selaku pembina dan salah satu inisiator gerakan literasi di lingkungan YPI RJ mengisahkan hampir secara keseluruhan anak-anak kita sangat susah menulis bahkan ada yang keberatan jika saya menulis, namun berkat kegigihan dan rasa percaya dalam diri keberatan itu kini telah menjadi kecintaan, semoga saja dari rahim YPI RJ ini lahir penulis-penulis berbakat yang mampu mensyiarkan Islam dan membawa arah baru bangsa Indonesia tercinta.
Sementara itu sekretaris Dinas pendidikan kota Payakumbuh, Dasril mengatakan bahwa SMP I RJ satu satunya sekolah di kota Payakumbuh yang telah menerbitkan buku plus memakai isbn. Kami dari Dinas pendidikan kota Payakumbuh menyampaikan rasa kagum dan apresiasi kepada SMP I RJ terkhusus kepada siswa yang terlibat. Saya tau menulis itu sangatlah susah, butuh ide yang bagus, butuh mood yang baik namun siswa SMP I RJ mampu mengalahkan semua halangan dan rintangan tersebut.
Ananda Sadira siswa SMP I RJ dan salah satu penulis yang tulisannya menjadi judul dari buku “Gadis Hujan” menceritakan bahwa sebelumnya tulisan ini diperuntukkan untuk memenuhi tugas disekolah, namun ibu Lindawati selaku pembina selalu mengarahkan saya untuk terus mengasah kemampuan menulis dan akhirnya saya mampu menghasilkan karya.
Buku gadis hujan dicetak sebanyak 500 eksemplar dengan harga normal 65 ribu. Antologi yang bermuatan 148 halaman ini dikemas dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. ( Ril/SRJ)