Ilustrasi diploma ( dok.net ) |
Padang --- Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat mencatat lulusan diploma masih mendominasi angka pengangguran terbuka di provinsi itu dengan komposisi mencapai 10,86 persen dari total angkatan kerja 2,69 juta orang.
" Salah satu penyebab tingginya penganggur lulusan diploma diduga karena terjadinya kejenuhan lembaga pendidikan terutama tingkat diploma yang menghasilkan lulusan cukup banyak namun belum terserap oleh dunia kerja," kata Kepala BPS Sumbar Sukardi di Padang, Senin ( 6/5).
Ia menenggarai salah satu contoh adalah banyaknya akademi keperawatan di Sumbar akan tetapi permintaan dan kebutuhan terhadap tenaga perawat tidak sebanding dengan jumlah lulusan.
Kemudian setelah lulusan diploma, penganggur di Sumbar didominasi oleh tamatan SMA sebanyak 7,80 persen, lulusan universitas 7,46 persen, lulusan SMK 6,06 persen dan SMP 4,09 persen.
Sukardi menyampaikan angkatan kerja di Sumbar pada Februari 2019 masih didominasi oleh penduduk bekerja berpendidikan rendah yaitu SMP ke bawah sebesar 1,34 juta orang atau 52,75 persen.
Sementara penduduk bekerja berpendidikan SMA sederajat berjumlah 806,32 ribu orang atau 31,68 persen, berpendidikan tinggi 396,13 ribu orang atau 15,57 persen terdiri atas diploma 104,75 ribu orang dan sarjana 291,38 orang.
"Artinya penawaran tenaga kerja yang tidak terserap didominasi oleh diploma dan mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau bekerja apa saja," katanya.
Sementara berdasarkan lapangan pekerjaan utama pada Februari 2019 masih didominasi sektor pertanian sebanyak 849,72 ribu orang, sektor perdagangan 490 ,61 ribu orang dan industri pengolahan 263,14 ribu orang.
Kemudian pada Februari 2019 sebanyak 1,59 juta orang atau 62,19 persen bekerja pada sektor informal dan 959,56 ribu orang atau 37,71 persen bekerja pada sektor formal, lanjut dia.
Dari seluruh penduduk yang bekerja pada Februari 2019 profesi paling banyak adalah buruh, karyawan dan pegawai 33,33 persen, usaha sendiri 18,81 persen, buruh tidak tetap 20,22 persen, pekerja keluarga 15,29 persen.
Ia menyebutkan jumlah pengangguran pada Februari 2019 mencapai 142,24 ribu orang dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 5,29 persen.
Ia menjelaskan angkatan kerja adalah penduduk berusia 15 tahun atau lebih yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja.
Sedangkan penganggur terbuka adalah masyarakat yang tidak punya pekerjaan dan mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan usaha, atau tidak mencari kerja karena merasa tidak mungkin mendapatkannya serta mereka yang sudah punya pekerjaan tapi belum mulai bekerja.
Sebelumnya Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LL Dikti) Wilayah 10 mendorong perguruan tinggi swasta untuk menyiapkan lulusannya mampu bersaing di era industri 4.0.
"Sekarang orang tidak lagi bicara indeks prestasi tapi ilmu pengetahuan dan teknologi karena itu pengelola perguruan tinggi harus menyiapkan kurikulum yang bisa mengakomodasi kebutuhan dunia kerja era industri 4.0," kata Kepala Bagian Akademik dan Kemahasiswaan LLDikti wilayah 10 Ely Susanti.
Menurutnya sekarang semuanya berbasis teknologi informasi, untuk itu perlu disiapkan lulusan yang terampil dan andal.
"Dalam rangka mempersiapkan hal itu dimulai dari penyusunan kurikulum sehingga lulusan siap beradaptasi pada era serba teknologi informasi," katanya.(ant/pb)