Notification

×

Iklan

Iklan

Ratik Tagak, Tradisi Adat Sikaladi Yang Terjaga Kelestariannya

16 Juni 2019 | 11:35 WIB Last Updated 2022-06-30T07:32:18Z


Tanah Datar - Unik dan sudah ratusan tahun turun-temurun itulah cara dan tradisi yang dilaksanakan masyarakat Jorong Sikaladi Nagari Pariangan, Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat dalam menyambut hari Rayo Anam.

Setiap tahun setelah hari raya Idul Fitri yaitu tepatnya setelah enam hari berpuasa pasca lebaran, masyarakat di daerah ini menyambutnya dengan berbagai tradisi dan permainan anak nagari.

Uniknya perayaan ini dilaksanakan setiap hari kamis walaupun itu sudah lewat dari enam hari. Menurut kepercayaan masyarakat setempat arwah para leluhur akan datang pada hari Kamis tersebut, jadi masyarakat sangat mempercayai hari Kamis hari yang baik untuk dirayakan.



Tepat delapan hari pasca Idul Fitri. Kamis (13/06) masyarakat di nagari ini melakukan ziarah dan berdoa bersama keluarga masing-masing kaum setelah selesai melakukan puasa enam di bulan Syawal. Hal ini mereka namakan katompat yaitu ziarah ke makam (pandam perkuburan) melakukan doa bersama, dan kaum ibu akan membawa dulang yang berisikan makanan.

Mamak Pakiah Batuah dari persukuan Pisang salah seorang mamak kaum, mengatakan acara tersebut sudah menjadi tradisi dari nenek moyang di Jorong Sikaladi dan masih bertahan sampai saat ini.

Konon katanya merayakan Hari Rayo Anam bermula di bawah kepemimpinan Kampuang Panji Datuak Tanjuang, kemudian turun kepada Datuak Garang, dari Datuak Garang turun temurun hingga saat ini.

Diperkirakan acara tersebut sudah diwariskan sekitar 400 tahun yang silam dan akan diturunkan kepada anak kamanakan disetiap generasi berikutnya.



Kendati demikian, merayakan Hari Raya Anam bukan sembarangan dirayakan, melainkan ditentukan hari dan waktunya agar doa yang dibacakan benar-benar tepat tujuan dan maksudnya.

Biasanya, masyarakat Sikaladi merayakannya pada Kamis pertama setelah puasa enam dibulan Syawal, dan puncaknya pada petang Kamis di pandam pekuburan Sipuan Raya Suku Pisang dengan menggelar do'a, zikir, dan tahlil bersama.

Mereka meyakini petang Kamis dan malam Jum'at adalah waktu kembalinya arwah nenek moyang mereka ke dunia untuk melihat anak cucunya.

Bagi masyarakat Sikaladi, Hari Rayo Anam sangat meriah jika dibandingkan dengan hari raya Idul Fitri. Karena pada hari rayo anam itu, seluruh anak kemenakan Jorong Sikaladi, baik yang tinggal di kampung halaman maupun di perantauan akan pulang kampung dan berkumpul semuanya.

Selain itu, Hari Rayo Anam juga sebagai bentuk merajut tali silaturahmi masyarakat kaum dari pesukuan itu. Dengan berkumpul bersama, seluruh masyarakat kaum dapat saling mengenal antara sesama.

Setiap rumah membawa bekal dengan talam ke pemakaman. Di dalam talam berisikan nasi bungkus untuk diserahkan kepada masyarakat yang hadir, mulai dari anak-anak hingga tokoh masyarakat dan para perantau.

Wakil Bupati Tanah Datar Zuldafri Darma saat menghadiri acara tersebut mengatakan tradisi Hari Rayo Anam adalah salah satu bentuk kekompakan masyarakat Sikaladi dalam menjaga nilai leluhurnya.
Menurutnya Hari Rayo Anam bisa menjadi tradisi yang memiliki potensi wisata yang bisa mendatangkan wisatawan ke daerah ini.



Sehingga nilai budaya yang telah tertanam dan diwariskan itu bisa dikenal orang serta bisa meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar yang berjualan.

Ia mengapresiasi upaya masyarakat Sikaladi dalam menjaga nilai sejarah tersebut. Apalagi pada puncak Hari Rayo Anam, warga yang berkumpul melakukan tahlil dan zikir bersama yang mereka namakan Ratik Tagak atau tahlilan sambil berdiri.

Sementara salah seorang warga Sikaladi Sukarni (56), mengatakan Hari Rayo Anam adalah waktunya anak kemanakan Sikaladi berkumpul di kampung halaman, yakni dengan berziarah ke pandam pekuburan kaum bersama-sama.

Masing-masing kaum datang ke pemakaman dengan membawa nasi dengan talam. Di pemakaman itu warga akan melakukan do'a, zikir, serta makan bersama di pemakaman tersebut.

Puncaknya yaitu pada petang Kamis di pandam pekuburan Sipuan Raya Suku Pisang dengan menggelar do'a, zikir, dan tahlil bersama dan juga melakukan makan bersama.

"Biasanya kalau hari bagus, diperkirakan 200-250 talam yang dibawa ke pandam pekuburan Sipuan Raya tersebut. Dan semua yang ada pertalian atau hubungan kekeluargaan dengan suku Pisang akan datang ke acara tersebut, acara ini juga dimeriahkan dengan permainan anak nagari panjat pohon pinang," katanya. Dengan makin tahu Indonesia, kita akan bisa lebih bangga akan negeri ini.(Ril/hms)

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update