Notification

×

Iklan

Iklan

Wamen Archandra Kunjungi Nagari Andaleh

15 September 2019 | 17:10 WIB Last Updated 2019-09-15T10:10:46Z




BATUSANGKAR - Mungkin tidak banyak yang tahu kalau Andalas itu nama sebuah pohon. Nama pohon Andalas pun diambil menjadi sebutan lain Pulau Sumatera. Pohon Andalas yang dijadikan nama Pulau Sumatera ini berada di desa/nagari yang juga bernama Nagari Andaleh (Andalas-red) Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar.

Secara umum, Pohon Andalas dengan nama latin Morus Macroura ini telah ditetapkan sebagai flora identitas Sumatera Barat dan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat pun sudah meluncurkan program Gertak Andalas (Gerakan Tanam Serentak Pohon Andalas), selain kualitas kayunya setara jati atau disebut juga Jati Sumatera yang banyak digunakan untuk rumah gadang, pohon yang berkerabat dengan pohon murbai saat ini sudah mulai langka.  Nama universitas tertua di luar Pulau Jawa yang berada di Kota Padang juga diberi nama Universitas Andalas.

Wakil Menteri ESDM Archandara Tahar pun menyempatkan diri berkunjung ke Nagari Andaleh melihat secara langsung pohon berumur ratusan tahun dengan ukuran dekapan delapan orang dewasa dan tinggi tidak kurang dari lima belas meter.

Disambut Sekda Irwandi, Asisten Ekobang Edi Susanto, beberapa kepala OPD, Anggota DPRD Tanah Datar, Camat Batipuh Arianto, Pj. Walinagari Sri Wahyuni dan tokoh masyarakat setempat, Sabtu (14/09/2019), Archandra didampingi isteri terlihat merasa takjub mendengar penjelasan H. Hali Salmi Dt Panduko Basa tokoh masyarakat setempat tentang keberadaan pohon yang oleh masyarakat setempat sering disebut Urek Andaleh atau Kayu Andaleh yang sudah berumur ratusan tahun bahkan ada penelitian menyebut hampir 1.000 tahun.

Wamen ESDM mengaku senang bisa berkunjung ke Nagari Andaleh. “Kunjungan ini tidak direncanakan sebelumnya, namun saya tertarik datang ke sini dan saya merasa senang, saya lihat Andaleh punya banyak potensi. Negerinya indah, alam sejuk dan tanahnya pun subur apalagi punya sejarah dengan Kayu Andalehnya,” sampainya.

“Kayu Andaleh harus dijaga dengan baik karena umurnya sudah panjang sekali. Harapan kita Ini bisa dijadikan obyek wisata yang bagus untuk masyarakat tetapi harus dilengkapi dengan cerita yang bagus sehingga orang ingin datang melihat pohon ini. Kalau bisa dituliskan ceritanya secara lengkap kemudian viralkan di medsos, nanti saya juga tarok di instagram saya,” kata Archandra,

Sebelumnya Dt Paduko Basa atau yang dikenal Angku Ladang menjelaskan menurut cerita dari orang tua-tua dulu,  setelah nenek moyang turun dari Nagari Pariangan kemudian menyebar termasuk ke Nagari Andaleh. Di Andaleh mereka istirahat melepas penat lalu ditancapkanlah tongkat di sini.

“Tongkat yang ditancapkan tersebut tumbuh yang kemudian diberi nama andeh lai, artinya andeh lai panek den (amboi penatnya badan ini-red) dan lama kelamaan diucapkan masyarakat menjadi Andaleh (Andalas),” ceritanya.

Saat ditanya umur, Angku Ladang mengatakan pohon ini sudah besar sebelum Belanda datang. “Kato ninik-niniak koto dulu, waktu ambo ketek-ketek dulu kayu Andaleh lah sagadang iko juo, tamasuka carito niniak sabalumnya, (kata orang tua kita, saat dirinya kecil pohon Andalas sudah sebesar ini termasuk cerita yang didapat orang kami sebelumnya,” sampainya menceritakan saking panjang umur pohon Andalas ini.

Lebih lanjut Angku Ladang mengatakan ada cerita lain yang diperoleh yang secara akademik belum ditemui tetapi bisa diyakini. “Nama pulau ini sebelum diberi nama Sumatera, terjadi perdebatan sehingga ada yang menemukan titik tengah Sumatera Barat berada di Kayu Andaleh ini.  Ini berkembang sehingga ada beberapa kali penelitian yang dilakukan oleh universitas, namun hasilnya secara resmi belum masyarakat ketahui,” terangnya lagi. 

Wali Jorong Subarang Aldarusman menambahkan beberapa kampus sudah melakukan penelitian. “Dari hasil penelitian, ada menyebutkan umur pohon Andaleh sekitar 980 tahun, bahkan ada dari kampus lain yang di atas 1.000 tahun,” sampainya.

Cerita ganjil pun melekat di tengah-tengah masyarakat Andaleh. “Pada waktu-waktu  tertentu, akan terdengar bunyi air menderu pada malam hari saat melewati pohon ini, karena menurut ceritanya di lokasi ini ada sumber mata air yang besar. Selain itu pohon pun seolah turut berduka, seperti saat tanaman padi masyarakat diserang hama tikus daunnya pun diserang ulat,” jelasnya. (ril/Put)

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update