Sumatera Barat, Pasbana -- Pandemi Virus Corona memberi dampak besar bagi industri pariwisata di Sumatera Barat . PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) setempat mencatat, ada 26 hotel dan penginapan yang tutup, dan 2.500 orang karyawan dirumahkan imbas Corona.
"Tentu saja, kami sangat terpukul dengan kondisi saat ini. Sampai hari ini sudah 26 hotel yang (memilih) tutup," kata Ketua PHRI Sumatera Barat, Alan Maulana Yusran kepada wartawan di Padang, Rabu (8/4/2020).
Ia mengatakan, saat ini ada 110 hotel yang menjadi anggota aktif PHRI di Sumbar. Dari jumlah tersebutlah, 26 di antaranya yang memilih tutup.
Hotel yang tutup tersebut sebagian besar berada di Kota Padang, selebihnya di daerah yang memiliki destinasi wisata terkemuka di Sumbar seperti di Kota Bukittinggi, Kabupaten Tanahdatar dan Kepulauan Mentawai.
Dampak penutupan itu, sekitar 2500 karyawan terpaksa dirumahkan. Mereka ada yang tetap dibayar setengah gaji atau tidak digaji sama sekali.
"Tidak ada PHK. Tapi dalam kondisi saat ini, kami harus melakukan langkah merumahkan karyawan, sesuai dengan kesepakatan yang dibuat dengan pekerja. Mereka dirumahkan dulu sementara," kata Alan.
PHRI meminta pemerintah untuk memberikan stimulus yang nyata terhadap hotel dan restoran, sehingga beban biaya selama masa tanggap darurat ini bisa diminimalisir.
"Pemerintah seharusnya memberikan stimulus dalam bentuk keringanan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan, maupun pembayaran listrik, ini sangat membantu hotel. Tapi kalau yang dipotong adalah pajak hotel dan restoran, sama saja, tidak ada arti, karena pajak tersebut dibebankan kepada tamu, sementara kami tidak punya tamu," tambah dia.(detik)
"Tentu saja, kami sangat terpukul dengan kondisi saat ini. Sampai hari ini sudah 26 hotel yang (memilih) tutup," kata Ketua PHRI Sumatera Barat, Alan Maulana Yusran kepada wartawan di Padang, Rabu (8/4/2020).
Ia mengatakan, saat ini ada 110 hotel yang menjadi anggota aktif PHRI di Sumbar. Dari jumlah tersebutlah, 26 di antaranya yang memilih tutup.
Hotel yang tutup tersebut sebagian besar berada di Kota Padang, selebihnya di daerah yang memiliki destinasi wisata terkemuka di Sumbar seperti di Kota Bukittinggi, Kabupaten Tanahdatar dan Kepulauan Mentawai.
Dampak penutupan itu, sekitar 2500 karyawan terpaksa dirumahkan. Mereka ada yang tetap dibayar setengah gaji atau tidak digaji sama sekali.
"Tidak ada PHK. Tapi dalam kondisi saat ini, kami harus melakukan langkah merumahkan karyawan, sesuai dengan kesepakatan yang dibuat dengan pekerja. Mereka dirumahkan dulu sementara," kata Alan.
PHRI meminta pemerintah untuk memberikan stimulus yang nyata terhadap hotel dan restoran, sehingga beban biaya selama masa tanggap darurat ini bisa diminimalisir.
"Pemerintah seharusnya memberikan stimulus dalam bentuk keringanan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan, maupun pembayaran listrik, ini sangat membantu hotel. Tapi kalau yang dipotong adalah pajak hotel dan restoran, sama saja, tidak ada arti, karena pajak tersebut dibebankan kepada tamu, sementara kami tidak punya tamu," tambah dia.(detik)