Notification

×

Iklan

Iklan

Membangun Energi Positif dengan Rumus 90/10

19 April 2020 | 12:57 WIB Last Updated 2020-04-19T05:57:12Z
Oleh :
Satria Asmal, SP, CH, CHt
(Direktur Specta Indonesia)

Pasbana.com -- Pada Suatu Pelatihan, Saya Pernah bertanya kepada audiens, Adakah Diantara kita diruangan ini yang tidak pernah punya masalah dalam hidupnya..? 

Jika ada silahkan tunjuk tangan..!
Semua audiens diam..
Kemudian pertanyaan itu saya ulangi..
Respon audiens sama, Diam..!
Lalu saya lanjutkan..
Berarti kita semua diruangan ini punya masalah..?
Dan mereka serempak menjawab, Iyaaaa.....
Dan saya pun berkata, memang tampak dari wajah nya adalah wajah wajah penuh masalah...
Grrrrrrrrrhhhhh......seluruh ruangan pun heboh dan bergemuruh suara tawa renyah dari audiens.

Bagaimana jika pertanyaan itu saya ajukan ke pembaca tulisan ini?
Saya yakin jawaban nya pasti sama..
Yaitu setiap kita pasti punya masalah..

Lalu bagaimana respon kita terhadap masalah itu..?

Berbagai reaksi muncul saat kita punya masalah. Ada yang stress, panik, kehilangan kendali, marah marah, kesal, benci, dendam dan berbagai macam reaksi muncul dalam diri kita..

Hanya saja dengan bersikap demikian apakah masalah itu selesai....?
Ternyata tidak, justru malah menimbulkan masalah baru.

Makin panik, makin cemas, tambah marah justru membuat diri kita sakit. Membuat tubuh kita depresi dan organ organ tubuh kita bekerja tidak normal. 

Sedih,marah,benci,dendam, satu menit akan membuat tubuh kita depresi selama enam jam. 
Nah lo...bahaya dampaknya bukan?

Maka disinilah terkadang kita perlu bijak menyikapinya...

Apalagi disaat kondisi seperti sekarang ini, banyak masalah yang kita hadapi. Kecemasan yang berlebihan karena merebaknya wabah covid 19, juga akan berdampak buruk pada menurun nya imun tubuh.

Belum himpitan ekonomi semakin berat tentu akan menambah daftar masalah dalam diri kita. 

Maka yang pertama kali yang perlu disiapkan untuk menghadapi semua itu adalah diri kita sendiri dengan mengelola cara berfikir dan sikap mental kita.
Karena kalau tidak, justru kita akan terjebak pada kondisi justru membahayakan diri kita sendiri.

Maka rumus kehidupan 90/10 perlu kita gunakan. 

Apa itu 90/10.....?

90% Kebahagiaan itu ditentukan oleh penyikapan dan cara pandang kita
Dan 10 % saja kebahagiaan itu ditentukan oleh kejadian dan lingkungan disekitar kita.

Contoh kasus
Ada seorang ayah yang mau berangkat bekerja. Lalu anak nya mengambilkan segelas kopi. Namun ternyata kopi itu tertumpah kebaju sang ayah.
Maka sang Ayah langsung bereaksi marah ke anaknya..

"Aahhh kamu! Jadi kotor baju kerja ayah,
Kalau jalan pakai mata! Ayah hari ini harus presentasi kerja ayah..
Kalau kotor begini gimana caranya..!
Bentak sang ayah.
Sang anak pun merajuk karena dimarahi
Sampai tidak mau pergi sekolah..
Tidak cukup dengan itu..
Sang ayah pun memarahi istrinya..
"Itu anakmu diajari dong 
Buatin kopi aja sampai tumpah!
Dan sang istri pun merajuk dimarahi..

Akhirnya karena terburu buru
Sang ayah pergi ketempat kerja, mestinya dia membawa anak nya sekolah tapi karena dimarahi sang anak merajuk dan tidak mau pergi sekolah.

Pergi lah sang ayah sendirian dengan mobil ketempat kerja, karena ngebut akhirnya dijalan raya kena tilang polisi.

Sampai ditempat kerja sang ayah pun terlambat..
Semua orang menunggu presentasi dari beliau.
Dan boss nya pun marah marah, 
Dan gawatnya..!
Bahan prensentasi itupun tinggal dirumah karena tadi buru buru..
Akhirnya sang ayah dipecat oleh boss nya.
Padahal hari itu adalah hari prensentasi untuk promosi kenaikan pangkat sang ayah...

Dan ketika kembali kerumah..
Didapatinya rumah terkunci dan telah kosong.
Ternyata anak dan istrinya pun minggat dari rumah.
Bertubi tubi masalah didapati sang ayah hari itu..

Dari kasus diatas, siapa yang salah?
Kopi kah?
Sang anak yang menumpahkan kopi?
sang istri yang tidak mengajari anaknya?
Pak polisi dijalan raya yang menilang nya?
Atau boss yang telah memecatnya?

Siapa kira kira yang salah..?
Ketika saya coba tanyakan masalah ini kepada audiens saya dimana pun saya training
Tak satu pun yang menyalahkan orang orang diatas.

Yang salah adalah reaksi dan cara bersikap sang ayah..
Kopi dia tetap telah tumpah
Bajupun telah terlanjur kotor
Maka semua kejadian itu telah terjadi

Maka bagaimana kalau penyikapan sang ayah seperti ini.

Ketika sang anak membuatkan kopi lalu tumpah, maka sang ayah berkata, tidak apa apa nak. Anak ayah sudah butin ayah kopi, Lain kali hati hati ya
Sang anak pun berkata, maaf ayah..
Saya akan buatkan lagi kopi untuk ayah. Sambil berlari ke dapur dengan gembira
Dan sang ayah pun bergegas menganti baju nya.

Ketika berpapasan dg istrinya, sang ayah mengucapkan terimakasih karena telah mengajari anak nya untuk membuat kopi untuknya. Dan sang istri pun merasa senang karena dipuji oleh suaminya. Sang istri pun telah menyiapkan semua perangkat kerja suami nya. Termasuk bahan presentasi kerja nya.

Sang ayah pun berangkat kerja sambil mengantar anak nya sekolah.
Mereka begitu gembira. Sesampai dikantor boss nya telah menunggu untuk mendengarkan presentasi kerja dari sang ayah.

Boss pun merasa senang karena anak buah nya datang lebih awal. Dan presentasi pun berjalan lancar. Selesai Presentasi sang ayah  naik jabatan, karena ternyata presentasi kerja itu adalah promosi nya untuk naik jabatan.

Dari cerita diatas kok endingnya berbeda ya...
Semuanya seakan berjalan dengan sangat baik.

Padahal kasus awalnya sama.
Kopi yang tertumpah..

Lalu apa yang membuat semua nya berbeda?
Semua karena cara berfikir dan penyikapan kita. Bukan karena kejadian disekitar kita

Jadi bukan kejadian dan lingkungan yang mengontrol kebahagiaan kita.
Tapi kitalah yang mengontrol lingkungan dan kejadian disekitar kita dengan penyikapan dan cara berfikir kita
Sehingga bahagia itu hadir dengan sendirinya.

Pada akhirnya sebuah ungkapan

Bukan masalah itu yang sulit
Tapi cara berfikir kita yang sempit
Sehingga membuat masalah semakin rumit.
(Satria-Specta)

Dalam kondisi seperti ini, Islam juga mengajarkan kita untuk membangun fikiran positif dengan beberapa cara:

1. Berbaik sangka kepada Allah.
Karena Allah seperti prasangkaan kita kepada Nya.

2. Senantiasa berzikir kepada Nya.
Dengan berzikir, hati akan menjadi tenang. Hati yang tenang akan lebih jernih menyikapi masalah, Akan lebih optimis menyikapi kendala dan terukur menyiapkan solusi.

3. Tetap optimis dan memaksimalkan ikhtiar
Karena Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sampai kaum itu sendiri yang mengubahnya .

4. Bertawakal kepada Nya 
Setelah semua usaha dilakukan...
Setelah semua ikhtiar dilaksanakan
Maka Tawakkal adalah cara paling indah bagi orang beriman.

Karena wilayah kita sebagai manusia telah kita maksimalkan maka selanjutnya hak Allah lah untuk menentukan.
Sehingga orang beriman itu senantiasa tidak takut apapun dan tidak pula bersedih hati
Kenapa..?
Karena kita punya Allah...

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update