Samosir -- Opera Batak Sisingamaraja XII episode Boru Lopian telah membuat gemuruh di tanah Pangururan Kabupaten Samosir pada acara Festival Ulos, tanggal 17 Oktober 2020.
Secara keseluruhan pertunjukan berjalan dengan lancar dan mendapat sambutan hangat dari masyarakat setempat. Kurang lebih 300 penonton memenuhi lapangan yang telah disediakan panitia .
“Akhirnya Opera Batak selesai kita laksanakan, kita melakukan apa yang memang menjadi pencapaian kita sebagai tim, dan sambutan serta tepuk tangan meriah kita terima setelah pertunjukan” kata Enrico Alamo.
Sebagai sutradara saya berharap semoga ini menjadi pemicu bagi masyarakat Samosir untuk mempertahankan dan melakukan pertunjukan Opera Batak setelah kita kembali ke Padangpanjang, termasuk memulangkan sejarah di tanah mereka.
Trilogi Sisingamangaraja XII episode Boru Lopian Ulu Porang Tano Batak, merupakan pertunjukan yang dilakukan dengan upaya panjang agar tetap memiliki kekuatan tradisi yang dipadukan dengan modernitas, ditambahkan musik efek (digital) sebagai pembaharuan dari musik modern. Kemudian, pertunjukan tersebut berawal dari naskah sebagaimana teater modern . Berbeda dengan pertunjukan Opera Batak yang biasanya berangkat dari benang merah saja.
Pertunjukan Boru Lopian berlangsung kurang lebih 1 jam, dengan dominasi perempuan sebagai penari ataupun aktor dalam pertunjukan. Diperankan dengan baik, ada yang menjadi sebagai warga, srikandi, penari dan penyanyi dari awal sampai tumpah darah Lopian ditambatkan .
Terpisah, Ibu Tetti sebagai Kepala Bidang Seni Budaya Kabupaten Samosir mengatakan bahwasanya Opera Batak ini dijadikan upaya untuk memperkenalkan kembali sebuah pertunjukan yang hampir punah.
" Semoga ini menjadi cara untuk memajukan kebudayaan dan kedepannya kita masih tetap bisa bekerja sama dengan ISI Padangpanjang . Serta, semoga tahun berikutnya dapat melakukan festival Opera Batak, "Ucapnya dalam sesi wawancara.
Ucapan terimakasih juga dihantarkan kepada pemerintah Kabupaten Samosir, pemerintah Kota Padangpanjang yang memberikan fasilitas melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, Dinas Koperindag Padangpanjang, Sanggar tari Samosir, ISI Padangpanjang, serta seluruh tim yang memberikan tenaga hingga acara selesai. Ucap Sulaiman Juned sebagai Ketua Peneliti .
Pertunjukan Opera Batak ini berawal dari hasil penelitian yang didanai oleh Hibah Dikti P3S ISI Padangpanjang bersama peneliti lain yakni: Dr. Sulaiman, S.Sn.,M.Sn sebagai ketua peneliti dan penulis naskah - Enrico Alamo, S.Sn.,M.Sn Sutradara merangkap Desain Artistik, Dr. Rostaminawati, S.Sn., M.Si anggota peneliti juga merupakan pimpinan produksi dan pemain opera dan Sherli Novalinda,S.Sn.,M.Sn Koreografer.
Didukung oleh IDN Supenida, S.SKar.,M.Sn-Sriyanto, S. Sn., M. Sn, Dr.Rosmegawaty Tindaon, S.Sn.,M.Sn, Dr.Dharminta Soeryana, S.Sn., M.Sn sebagai Komposer dan pemain. Thompson Hs penulis naskah dan pemain. Oktavianus Matondang, penata musik tradisi, Leny Martalina penata kostum (ulos), merupakan mitra penelitian dari Pusat Latihan opera Batak (PLOt) Pematangsiantar.
Para pemain lainnya adalah: Tya Setiawati, Gian Sabilillah, Eli Susanti (Teater Sakata), Din Saaduddin (Sherlilab). Para penari merangkap pemain; Oky Satria, Dendi, Lovia Tri Yuliani, Silvi, dan Velia. Pemusik: IDN supenida, Sriyanto, Khairul Hatta, Rosmegawaty, Yohanes Xaverisu Manik dan Mirnawati. Koordinator Dokumentasi Giat Syailillah, Koordinator Publikasi Ubai Dillah Al Anshori. S. Pd., M. Sn. (Ubai)