Notification

×

Iklan

Iklan

Dampak Covid, Kunjungan Pariwisata di Mentawai Menurun Tajam

23 Desember 2020 | 23:57 WIB Last Updated 2020-12-23T16:57:10Z



Mentawai -- Pandemi Covid-19 membuat pariwisata di Kepulauan Mentawai babak belur. Kunjungan wisatawan jauh menurun dan pelaku bisnis pariwisata seperti resort harus menelan pil pahit karena sepinya tamu yang datang.


Salah satu yang terdampak adalah Resort Surfcamp Luluni Island di Pulau Nyanyang Kecamatan Siberut Barat, Mentawai. Manager Surfcamp, Farindra Leonardo mengatakan resort yang dikelolanya bahkan tak ada pengunjung sepanjang tahun ini. Padahal resort sudah tutup sejak Oktober 2019 bertepatan dengan selesainya musim ombak untuk berselancar dan resort melakukan renovasi.


"Awalnya Surfcamp sudah tutup sejak Oktober 2019 karena renovasi dan bertepatan dengan habis musim (ombak) waktu itu, dan pas kami mau buka pada Januari 2020, Covid-19 mulai terjadi sehingga praktis resort tak beroperasi sampai Desember ini dan sama sekali tak ada pendapatan,’’ katanya kepada Mentawaikita.com, Minggu (20/12/2020).


Menurut Farindra, dulu sebelum Covid-19, Surfcamp mendapatkan tamu rata-rata 15-20 orang tiap bulan yang biasanya dibagi dalam satu kali trip berisi 10 orang atau lebih. Rata-rata dalam satu kali trip tamu akan menginap selama 10 hari. Mereka umumnya datang dari Brazil, Amerika dan Australia. ‘’Kami menawarkan paket perjalanan melalui website kami, tiap paket sudah masuk tur dan biaya guide, semua guide kami adalah guide lokal,” katanya.


Kini sejak tak lagi beroperasi, 10 crew Surfcam Luluni terpaksa dirumahkan. “Termasuk saya juga terpaksa berhenti tanpa ada pekerjaan, untung saja saya masih ada usaha jual air galon, dari situlah kami mendapat sedikit untuk belanja, kalau tidak itu kami sama sekali tak ada pekerjaan,’’ katanya.


Dengan kondisi dunia pariwisata Mentawai saat ini, Farindra berharap pemerintah terutama Pemda Mentawai memberi perhatian. 


‘’PAD Mentawai dari retribusi wisata miliaran namun saat pandemi ini kondisi kami pengelola wisata tak mendapat perhatian, contohnya crew kami yang berhenti tak dapat bantuan apa, kalau pun ada sebagian yang dapat BLT namun itu hanya bagi yang sudah bekeluarga, ada crew kami yang masih lajang kini menganggur, kami berharap ada sedikit perhatian Pemda,” katanya.


Sepinya kunjungan juga dialami Hendro, seorang pemandu wisata (tour guide) tracking di Siberut Selatan yang biasanya mendampingi tamu berwisata ke pedalaman Siberut untuk melihat kehidupan kebudayaan asli Mentawai di Desa Madobag khsususnya Dusun Buttui dan mengunjungi uma di Rourougot. Dia mengaku masih was-was mendampingi tamu untuk wisata budaya.


"Tamu yang datang saat ini di masa Covid tidak terlalu banyak, pada biasanya tamu yang masuk orang mancanegara yang sudah terkurung di Bali, lalu mereka mau berkunjung ke Mentawai tapi ketika mereka tawarkan harga tak sesuai kami menolak tamu tersebut, dan takut akan risiko kepada masyarakat karena kita tidak tahu virus ini apakah hilang atau memang akan muncul lagi,’’ katanya.


Sementara Kepala Dinas Parawisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kepulauan Mentawai Jhony Anwar mengatakan, hingga Oktober 2020 jumlah PAD Mentawai dari wisata selancar Rp1,4 miliar. Jumlah ini jauh menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp6 miliar hingga Rp7 miliar.


"Saat ini beberapa resort ada tamu, namun bagi tamu yang masuk harus swab dengan hasil negatif, dan tetap mengikuti protokol kesehatan, terkait dengan resort yang belum ada tamu Itu kami serahkan sepenuhnya kepada pelaku pengelola resort yang bersangkutan," kata Jhoni, Rabu (22/12/2020).

[ mentawaikita ]

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update