Oleh : Tomi Tanbijo |
Pasbana.com -- Januari - Maret 2021, nyaris tak terdengar ada razia petugas, terkait dengan pemakaian masker dan pelaksanaan Perda AKB (Adaptasi Kebiasaan Baru). Kehidupan seolah berangsur menuju normal. Tak ada lagi pembatasan kegiatan, acara, dan kerumunan.
Selama tiga bulan itu masyarakat bebas-bebas saja, menikmati kebebasan bepergian kemana-mana, keluar rumah, ke tempat-tempat keramaian, dan kemana suka. Tak ada larangan, tak ada razia. Sebagian besar warga keluar rumah tanpa memakai masker.
Selama tiga bulan itu, denyut kehidupan mulai agak terasa. Aktivitas warga berangsur normal. Di mana-mana ada kerumunan. Terutama di pusat jajanan. Orang mulai tak peduli pada pandemi. Tapi mencoba tetap patuh pada protokol kesehatan.
Warung, toko, kedai, pasar swalayan, cafe, restoran, hotel, penginapan, angkutan umum, dan tempat wisata mulai ramai oleh warga. Meski belum berjalan normal, namun geliat perputaran gerigi roda ekonomi daerah mulai terasa di tiga bulan itu.
Eh, pada bulan April 2021, entah sebab dan alasan apa, tiba-tiba saja di berbagai kota/kabupaten di Sumbar mulai lagi pengetatan pengawasan aktivitas dan kebiasaan hidup warga, bahkan sampai pada razia penindakan pelanggaran.
Tiga bulan warga baru mencoba hidup beradaptasi, dan bahkan cenderung cuek/tak peduli lagi dengan pandemi Covid-19, eh tiba-tiba saja kembali dikejutkan dengan adanya razia dan aksi 'sweeping' oleh petugas terhadap pelanggar Perda AKB.
Banyak warga yang terjerat razia dan terpaksa menjalani sanksi penindakan, dibuat menggerutu oleh kebijakan yang diterapkan dadakan tanpa sosialisasi oleh pemerintah daerah tersebut. Dari sebelumnya dibiarkan bebas, tiba-tiba ada lagi penertiban.
Seorang teman 'ngopi' di warung nyelutuk, "Ibarat sekolah, bisa jadi pada Januari sampai Maret kemaren itu, Covid-19 lagi libur panjang. Bulan April ini dia masuk sekolah lagi," celoteh si teman sekenanya sembari menghembuskan asap sigaret.
Teman lain menimpali. "Tiga bulan kemaren, kan awal tahun. Awal tahun, anggaran pemerintah belum cair. Tak ada anggaran, maka aktivitas warga dibiarkan bebas. Sekarang, bulan April. Anggaran mulai cair. Makanya Covid-19 riuh lagi," seleneh si teman.
Teman ngopi yang duduk di pojok, dengan nada lantang setengah berteriak ikut berkomentar, "Iya, seperti itu. Habis anggaran, habis pula Covid-19. Eh, anggaran ada, Covid-19-nya ada lagi. Cerdik juga Covid-19 ini, tahu dia kapan anggaran cair," seloroh dia.
"Kinerja pemerintahan itu, kan memang berbasis anggaran. Namanya, anggaran berbasis kinerja. Ada anggaran, baru bekerja. Tak ada anggaran, tak bisa kerja. Apa yang bisa dikerjakan, bila tak ada anggaran?," timpal teman yang baru datang. (*)
(Catatan Malam, Minggu 11 April 2021)