Notification

×

Iklan

Iklan

Akibat Kekurangan Oksigen, Enam Ton Ikan di Maninjau Mati Mendadak

11 Mei 2021 | 21:43 WIB Last Updated 2021-05-11T14:46:57Z

Akibat Kekurangan Oksigen, Enam Ton Ikan di Maninjau Mati Mendadak


Agam -- Sebanyak 6 ton ikan yang dikelola pada keramba di Danau Maninjau Kabupaten Agam kembali mati mendadak karena kekurangan oksigen.


"Enam ton ikan jenis nila siap panen yang mati itu berasal dari puluhan keramba jaring apung milik petani di Sungai Batang, Muko Jalan, Galapuang, Sungai Batang dan Kotomalintang," kata Penyuluh Perikanan Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Asrul Deni Putra, Selasa (11/5/2021).


Menurut Asrul, ikan itu mulai mati sejak Sabtu (8/5/2021), setelah angin kencang disertai curah hujan tinggi melanda daerah itu.


Akibatnya, terjadi pembalikan air dari dasar danau ke permukaan, sehingga oksigen berkurang di dasar danau.


"Saat ini kondisi air danau berwarna hitam setelah amoniak muncul ke permukaan," katanya.


Akibatnya petani mengalami kerugian Rp114 juta, mengingat harga ikan di tingkat petani Rp19 ribu per kilogram.


"Bangkai ikan telah bertebaran di permukaan danau dan beberapa hari kedepan akan mengurai," katanya.


Kematian ikan itu merupakan yang keempat kalinya selama Januari sampai 11 Mei 2021 dan total ikan mati sekitar 59 ton.


Sebelumnya, lima ton ikan milik petani di Galapuang mati secara mendadak pada Senin (5/4/2021).


Lebih lanjut dijelaskannya, menurut data yang ada kematian massal ikan keramba terjadi di tiga nagari yang ada di Kecamatan Tanjung Raya.


Yakni dua lokasi berada di Nagari Tanjung Sani, dua lokasi di Nagari Koto Malintang, serta satu lokasi di Nagari Sungai Batang.


Kata Handria, salah seorang penyuluh pertanian kecamatan mencatat sudah 6 ton ikan mati. Jika diakumulasikan, kerugian materinya hampir mencapai Rp 120 juta.


Lanjut dia, faktor alam juga menjadi salah satu penyebab kematian massal ikan-ikan tersebut.


"Kalau ikannya mati di daerah Bayua, Maninjau, Sungai Batang, itu asalnya karena angin darat," ujarnya.


Kemudian di Nagari Tanjung Sani, Sungai Batang yang terdampak ialah karena angin dari bukit. Selain itu, faktor lain juga disebabkan petak keramba jaring apung (KJA) yang diisi melebihi kapasitasnya.

"Kebanyakan masyarakat mengisi bibit yang melampaui kuota," kata dia.


Soal kapasitas KJA tersebut, menurut Handria standarnya maksimal 2.500 bibit ikan.


"Ketika kondisi air menjadi pekat, maksimal banyaknya hanya 2.500. Kemudian dampak tidak terlalu besar jika isi bibit ikannya di bawah 2.500," imbuhnya. 


Selanjutnya, jika melebihi standar bibit satu petak tersebut, risikonya sangat besar.

"Kita selalu imbau masyarakat yang punya ikan keramba agar mematuhi standar kapasitas KJA," ajaknya.(rel) 


IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update