Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terus melakukan serangkaian upaya investigasi terkait dugaan bocornya data pribadi penduduk Indonesia di Raid Forum beberapa waktu lalu. Dengan begitu, dapat diketahui berapa jumlah data valid masyarakat yang bocor di platform tersebut.
"Angka 297 juta patut dipertanyakan benar atau tidak, sebab kita masih melakukan investigasi terhadap dugaan bocornya data pribadi tersebut," ujar Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika (Aptika) Kementerian Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan pada program dialog TVOne pada Minggu, (23/5/2021).
Pihaknya, kini tengah melakukan serangkaian proses investigasi terhadap dugaan bocornya data pribadi yang terbukti valid milik penduduk Indonesia. Karena ada kemungkinan, data yang di klaim milik masyarakat pada platform tersebut tidak sepenuhnya valid.
Terbukti, data yang dirilis oleh forum dimaksud, hanya sebanyak 100.002 data pribadi yang valid dari 1.000.000 data yang diberikan secara cuma-cuma oleh. Artinya, jumlah data valid yang sesungguhnya saat ini tengah dilakukan investigasi oleh Kementerian Kominfo.
"Klaim ada 1.000.000 data tetapi yang benar valid cuma 100.002 data," imbuhnya.
Investigasi dilakukan oleh pihaknya, lanjut dia, guna memastikan data berapa jumlah data valid yang telah disebarkan oleh akun di forum itu. Kemudian, data yang disebarkan berasal dari lembaga atau institusi mana.
"Kita dapat mengetahui jumlahnya dan bagaimana bocornya. Maka kita lakukan Investigasi secara mendalam," tuturnya.
Di sisi lain, pihaknya juga telah melakukan pemblokiran kepada forum yang diduga menyebar luaskan data pribadi milik penduduk Indonesia. Agar, situs dunia maya tersebut tidak meresahkan kembali masyarakat ke depan.
Selanjutnya, tautan yang diduga memuat data pribadi masyarakat Indonesia juga telah dilakukan pemblokiran sejak Jumat (21/5). Sebab, ada tiga tautan yang digunakan untuk melakukan transfer data di atas.
Tautan itu berada di situs bayfiles.com, mega.nz, dan anonfiles.com.
"Antisipasi ada yang kita blok dan tutup. Ditenggarai digunakan untuk konten pornografi. Dan Tautan file sharing sudah kita sampaikan ke provider dan take down," pungkasnya. (Ril/bd)