Padang Panjang – Buku Kumpulan Cerita Pendek (Cerpen) karya penulis muda produktif Indonesia, Maya Sandita (Batam), Minggu (20/6), malam, diluncurkan dan “dibedah”. Acara ditaja Komunitas Seni Kuflet Padang Panjang di ruang Zoom Cloud Meetings.
Tampil sebagai pembicara Dr. Sulaiman Juned, S.Sn., M.Sn. (Sastrawan, Sutradara Teater, dan Ketua Prodi Teater ISI Padang Panjang), Tati Y. Adiwinata (Cerpenis, Bandung), dan Muhammad Subhan (Penulis, Pegiat Literasi). Diskusi dipandu Sherly Ekaputri, S.Kom. (Pegiat Komunitas Seni Kuflet Padang Panjang.
Menurut Sulaiman Juned, Maya Sandita penulis potensial yang telah berproses sejak ia masih menjadi mahasiswi di ISI Padang Panjang. Di masa itu, Maya juga aktif berkegiatan di Komunitas Seni Kuflet Padang Panjang.
“Di awal-awal proses kreatifnya, Maya Sandita menulis puisi dan naskah teater. Ia tak segan bertanya pada apa pun yang menjadi kendala dalam proses kreatifnya,” kata Sulaiman Juned yang juga penulis Buku Kumpulan Puisi “Rajah” (2020).
Setamat kuliah, Maya Sandita memilih Batam sebagai daerah rantaunya. Ia bermukim di sana, menjadi seorang pendidik untuk sebuah lembaga kursus yang ia kembangkan. Namun demikian, ia tak melepaskan bakat menulisnya.
“Beberapa tahun terakhir, Maya aktif menulis cerpen, dan cerpen-cerpennya hampir setiap pekan kita baca di koran-koran lokal dan nasional,” ujar Sulaiman Juned.
Bagi Komunitas Seni Kuflet, tambah Sulaiman, capaian Maya Sandita membanggakan, dan pada cerpen-cerpennya ia tak sekadar berkutat pada masalah diri sendiri tetapi juga memungut realitas sosial yang ia jadikan realitas sastra.
“Kebaruan-kebaruan cerpen Maya membuktikan bahwa Maya Sandita adalah penulis yang melek pada kondisi kekinian yang terjadi,” ungkap Sulaiman Juned yang dikenal juga sebagai penyair.
Sepakat pada pendapat Sulaiman Juned, Tati Y. Adiwinata, Cerpenis asal Bandung, menyebut Maya Sandita sebagai penulis cerpen yang punya ciri khas pada cerita-ceritanya. Yang paling kentara ditandai, narasi Maya bermain pada rima, sehingga cerpen Maya ketika dibaca asyik, tuturannya lancar, dan membuat pembaca betah untuk membaca hingga titik paling akhir.
“Seandainya Maya Sandita bertahan dan fokus di ranah cerpen, saya memastikan Maya akan menjadi penulis masa depan Indonesia yang diperhitungkan karya-karyanya,” kata Tati.
Sementara Muhammad Subhan menyebut cerpen-cerpen Maya Sandita berangkat dari hasil riset yang dilakukan penulisnya dengan sungguh-sungguh. Seperti pada cerpen “Tanya di Sepanjang Sungai, di Rimbun Hutan”, penulisnya langsung mendatangi lokasi untuk melihat bagaimana kondisi hutan di Rimbang Baling (Kampar, Riau) yang tak luput dari pembalakan liar dilakukan oknum tidak bertanggung jawab.
“Begitupun pada cerpen “Penabur Bunga”, Maya melihat realitas kekinian ketika terjadi demontrasi besar-besar menolak RUU Omnibus Law, dan hal serupa dijumpai pada beberapa cerpen lainnya,” kata penulis Novel “Rumah di Tengah Sawah” itu.
Buku Kumpulan Cerpen “Ruang Tunggu” karya Maya Sandita diterbitkan Penerbit Egypt van Andalas, sebuah penerbit independen di Kota Padang Panjang, Sumatra Barat.
Di ranah kepenulisan, Maya Sandita dikenal sebagai sutradara, aktor, dan penulis. Ia alumnus Prodi Seni Teater ISI Padangpanjang (2019). Beberapa cerpennya pernah diterbitkan dalam antologi juga media cetak lokal dan nasional.
Ia meraih Juara 1 dalam Lomba Menulis Cerita Rakyat Berbahasa Minangkabau tingkat provinsi yang diadakan Disbud Sumatera Barat, Juara1 Lomba Menulis Sastra Minangkabau Tema Kaba tingkat provinsi yang diadakan oleh Disbud Sumatera Barat, Juara 2 Lomba Menulis Cerita Rakyat Sawahlunto tingkat Nasional yang diadakan komunitas KOLOM Sawahlunto, dan Juara 1 Lomba Menulis Cerita Rakyat Berbahasa Minangkabau tingkat provinsi yang diadakan oleh Disbud Sumatera Barat (2018). (relis)