Pasbana.com –
Seiring meningkatnya antusiasme masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya di
pondok pesantren, harapan besar tertumpang pada pondok pesantren ( boarding
school ). Banyak pihak berharap pondok
pesantren memiliki kontribusi signifikan dalam perekonomian daerah.
Diharapkan ponpes tak hanya sebagai lembaga penting
pembentuk karakter, namun juga lembaga yang punya kontribusi signifikan dalam
perekonomian daerah. Data terakhir, jumlah pesantren hingga tahun 2020 ini
tercatat sebanyak 28.194 pesantren dengan 5 juta santri mukim.
Ini
jumlah yang cukup besar sebagai penggerak ekonomi daerah.Jumlah sumber daya manusia (SDM) yang cukup besar
ini bisa terus dikembangkan serta sebagai pilar integritas. Ponpes atau
Boarding School bisa menjadi penggerak, lalu trendsetter untuk mendorong daerah
terutama di bidang ekonomi yang bisa menguasai pangsa pasar halal.
Untuk menyikapi potensi
ini, sebenarnya telah digulirkan Program "One Pesantren One Product"
(OPOP) yang digagas Dinas Koperasi dan UMKM. Program ini rencananya
melakukan pemberdayaan bekerja sama dengan Koperasi Pondok Pesantren.
Selain menjadi tempat untuk pembinaan moral
kesalehan santri dan pembelajaran ilmu-ilmu agama Islam, pesantren seyogyanya
perlu juga melakukan diversifikasi keilmuan unggulan khusus dan atau melakukan
diversifikasi keahlian praktis tertentu.
Artinya, setiap pesantren perlu membuat satu keunggulan (nilai plus) tertentu
yang membedakan pesantren satu dengan pesantren lainnya, misalnya dengan
meningkatkan keunggulan dalam keahlian ilmu tertentu seperti keunggulan
keahlian dalam kajian hadits, atau disiplin ilmu agama tertentu, atau bisa juga
dalam bentuk keahlian praktis lain misalnya keahlian bahasa, keahlian pertanian
dan keahlian praktis lainnya.
Beberapa pesantren di tanah air telah mencoba melakukan hal seperti itu dan
terbukti telah menunjukkan keberhasilan, seperti Pesantren Gontor dengan
penekanan pada aspek kemampuan berbahasa asing (Arab dan Inggris).
Pesantren-pesantren tertentu yang menekankan pada penguasaan ilmu alat (nahwu
dan shorof). Pesantren-pesantren yang mencoba membekali santri dengan kemampuan
praktis seperti ketrampilan pertanian yang ada di Pesantren Darul Falah di
Ciampea dekat Bogor Jawa Barat.
Dalam memasuki dunia yang semakin kompetitif, ke depan pesantren-pesantren
semacam itu perlu terus dikembangkan, bahkan kalau memungkinkan variasi
kompetensi perlu diperbanyak lagi. Misalnya di bidang keahlian keilmuan ada
pesantren yang menambah nilai plus nya dengan kepakaran di bidang tafsir, fiqh,
aqoid, ilmu falak, dan sebagainya; di bidang keahlian praktis misalnya perlu
ada pesantren bercorak nelayan, pesantren otomotif, pesantren elektronik dan
sebagainya.
Usaha-usaha ekonomi di berbagai pesantren belum dikelola secara professional
dan sebagian besar masih merupakan proses awal pembangunan tradisi
dan masih terkesan merangkak mencari bentuk.
Jumlah santri di pendidikan pesantren setiap tahunnya mengalami peningkatan signifikan. Pesantren memiliki potensi ekonomi yang cukup bagus.
Selain Penggerak, Pesantren merupakan Pasar Potensial
Jumlah santri di pendidikan pesantren setiap tahunnya mengalami peningkatan signifikan. Pesantren memiliki potensi ekonomi yang cukup bagus.
Potensi itu yang pertama adadalam diri santri. Hal ini potensi besar karena santri jumlahnya luar biasa. Jumlah yang sangat banyak itu bisa menjadi modal luar biasa memandirikan umat.
Kedua, peran pondok pesantren sebagai penghubung masyarakat sekitar.Pesantren bisa menjadi penghubung antara UMKM pesantren dengan pasar dan konsumen.
Potensi ketiga, peran pesantren dalam pengumpulan zakat dan wakaf umat. Selama ini, pesantren menjadi lembaga pendidikan yang dipercaya oleh masyarakat, termasuk dalam pengelolaan zakat dan wakaf.Tiga potensi yang dimiliki ini sangat berpotensi untuk menciptakan kemandirian ekonomi pesantren dan membangun kekuatan ekonomi umat. (budi)