Notification

×

Iklan

Iklan

AMSI dan Google News Initiative Gelar Training Literasi Berita di Sumbar

10 September 2021 | 20:00 WIB Last Updated 2021-09-10T13:03:03Z


Pasbana -- sosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dengan dukungan Google News Initiative dan Cek Fakta menyelenggarakan Training Literasi Berita (News Literacy) bagi publik, mahasiswa dan akademisi di Sumatera Barat Jumat-Sabtu 10-11 September 2021.

Selain di Sumbar, training ini juga digelar do Kalimantan Barat, Aceh, Maluku-Maluku Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Papua-Papua Barat. 

Ketua AMSI Sumatera Barat Andri El Faruqi mengatakan, literasi berita digelar untuk penguatan pengetahuan tentang peran dan manfaat media massa di masyarakat. Sehingga masyarakat lebih kritis dalam menerima informasi.

Kata dia, pelatihan literasi berita ini juga untuk meningkatkan keterampilan masyarakat dalam mengindetifikasi mis/dis informasi.

"Tujuannya digelarnya pelatihan ini untuk memberikan pemahaman kepada publik tentang mekanisme kerja pers dan jurnalisme. Juga meningkatkan kesadaran publik akan peran media sebagai rujukan informasi," ujar dalam pembukaan pelatihan Jumat 10 September 2021.

Kata Andri, ada 70 peserta yang mendaftar dalam pelatihan ini. Mereka berasal dari pelbagai kalangan seperti tokoh agama, praktisi humas, akademisi hingga mahasiswa.

Pelatihan ini dimoderatori dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang Abdullah Khusairi yang juga pernah bergiat di media.

Sebelumnya, Wakil Ketua II AMSI Irfan Djuanaidi mengatakan, pelatihan ini diselenggarakan dengan harapan para  peserta dapat mengidentifikasi informasi yang berdasarkan fakta dan yang tidak sesuai fakta.

“Saat ini kondisi memang tidak mudah karena banyaknya berita atau informasi yang bercampur (fakta dan bukan fakta) dengan tujuan tertentu,” ujar Irfan yang juga Pemimpin Redaksi Republika.




Ia mengharapkan peserta dari pelatihan daring ini, ke depannya dapat terlibat dalam gerakan melawan informasi bohong (hoaks). “Kemampuan memverifikasi informasi yang benar sangat bermanfaat bagi masyarakat. Karena itu diharapkan peserta dapat terlibat menahan laju sebaran hoaks atau informasi bohong, yang saat ini dampaknya cukup besar, dan merusak sendi-sendi sosial, bahkan mempengaruhi kebijakan,” katanya. 

Sedangkan Irene Jay Liu, News Lab Lead Google Asia Pacific (APAC) melalui video pengantar menyampaikan pentingnya keterlibatan semua pihak melawan mis-informasi.  Ia berharap pelatihan ini dapat membantu masyarakat mengidentifikasi informasi tersebut benar berdasarkan fakta atau hanya fiksi.

“Terlebih di era pandemi, jika kita tidak dapat membedakan antara informasi yang benar dan fiksi, itu bisa menjadi masalah hidup dan mati. Apalagi informasi tersebut adalah informasi penting yang akan menjadi pertimbangan untuk mengambil keputusan penting bagi keluarga yang mereka cintai,” ujarnya.

Sebelumnya AMSI telah mentraining 20 jurnalis dari media anggota AMSI sebagai trainer Literasi Berita dan kemudian menyelenggarakan training bagi publik ini. Pada kedua  training tersebut, AMSI mengadopsi kurikulum yang dirumuskan oleh Masato Kajimoto, Associate Professor di University of Hong Kong. 

Melalui video pengantar, saat pembukaan training yang diikuti lebih dari 30 peserta ini, pendiri Asian Network of News and Information Educators (ANNIE) tersebut mengatakan kurikulum ini lebih dari sekedar materi membongkar fakta. “Tapi kurikulum ini juga membahas hal lain yang merupakan bagian dari literasi berita,” ujarnya. 

Materi yang akan diterima peserta mencakup di antaranya dampak media sosial terhadap pemahaman publik pada informasi, mewaspadai efek makna ganda pada efek visual atau foto berita dan lain-lain. Peserta akan menerima 7 materi terkait literasi berita. 

Hingga akhir September, AMSI menargetkan setidaknya 300 orang dari berbagai unsur mendapatkan pemahaman terkait isu ini. (Rilis) 

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update