Ketua pelaksana memberikan sambutan pada opening miffest #5 (Sumber : Youtube Prodi televisi dan Film ISI Padangpanjang, 2021) |
Pasbana.com -- Semakin maraknya karya-karya film di Indonesia yang lahir dari berbagai latar belakang mulai dari sivitas akademika hingga komunitas-komunitas dan khususnya pelajar SMA se-Indonesia, maka program studi Televisi dan Film ISI Padangpanjang memiliki gagasan untuk menyelenggarakan sebuah festival film pelajar untuk mewadahi karya dan sineas lokal, selain sebagai wadah berekspresi kegiatan ini juga dirancang agar pelajar dapat berbagi dan bisa saling mengapresiasi.
Festival ini diharapkan dapat memberi penghargaan dan kepedulian yang besar untuk membangun geliat serta ekosistem perfilman di wilayah Sumatera Barat melalui optimalisasi budaya lokal sebagai kekuatan naratifnya. Gagasan yang dibuat ini sebagai bentuk kecintaan dan pelestarian pada budaya Indonesia, melalui perkembangan media film menjadi salah satu solusi untuk menambah kepedulian kita pada budaya bangsa. Dari berbagai rangkaian kegiatan yang dirancang dalam festival ini, terdapat beberapa manfaat antara lain apresiasi budaya melalui media film, membuka wacana tentang kondisi perfilman lokal, menumbuhkan semangat berkarya pada generasi muda khususnya pelajar setingkat SMA atau yang sederajat se Indonesia, menjalin jaringan sesama penggiat perfilman local, menjalin silaturahmi pada forum Pendidik Seni dan Budaya se-Indonesia.
Gagasan festival yang menjadi kegiatan prodi Televisi dan Film ISI Padangpanjang ini menjadi calendar event yang dilaksanakan oleh seluruh sivitas akademik program studi Televisi dan Film ISI Padangpanjang. Acara ini bertujuan sebagai bentuk perayaan kreativitas perfilman di Sumatera Barat yang semakin berkembang. Acara ini menjadi wadah eksibisi, apresiasi, dan distribusi serta meningkatkan kualitas karya para pembuat film di wilayah Sumatera Barat, serta turut melestarikan budaya Minangkabau sebagai sebuah kekayaan aset bangsa Indonesia.
Tema; “Takuruang Nak Dilua, Taimpik Nak Diateh”.
Masa pandemi yang sudah berjalan hampir 2 tahun ini tidak menyurutkan semangat dalam berkreatifitas dan berkarya para pembuat film, termasuk para pelajar sebagai individu-individu kreatif dalam dunia perfilman lokal. Merujuk pada kata kreatif sebagai sebuah pemikiran dan tindakan untuk mencari solusi sebagai pemecah masalah, hal itu juga yang selama dua tahun ini selalu dilakukan tanpa kita sadari. Pandemi yang membuat seluruh orang harus beradaptasi dengan banyak hal dalam kehidupan kemudian disebut dengan new normal terjadi juga dalam ranah-ranah penciptaan karya seni termasuk produksi film.
Sejak terjadinya pandemi Covid-19, tidak hanya berdampak pada para pengkarya film dan audio-visual tetapi juga seluruh usaha-usaha di bidang produksi audio-visual yang ditutup, bioskop dan art space untuk wadah apresiasi karya juga tidak beroperasi. serta tidak sedikit persewaan alat produksi gulung tikar karena tidak mendapatkan hasil. Pada bidang pendidikan film, perguruan tinggi meliburkan mahasiswa dan beradaptasi melakukan aktivitas belajar mengajar secara online. Kreatifitas untuk adaptif kemudian menjadi solusi, produksi film new normal adalah istilah baru yang sering terdengar. Para pengkarya film beradaptasi untuk kembali beraktivitas melakukan produksi film secara terbatas, dan dengan menggunakan standar kesehatan yang tidak ada sebelum pandemic ini terjadi. Hal ini adalah upaya mengembalikan kegiatan produksi film menggunakan adaptasi dan kebiasaan baru, untuk menjaga agar para pengkarya dan semua yang terlibat di dalamnya tetap berdaya dan kembali berkarya.
Setelah tahun lalu mengangkat tema “Indak Kayu Janjang Dikapiang” yang memiliki arti harafiah tidak ada kayu tangga dipotong, dengan filosofi untuk memanfaatkan segala keterbatasan untuk tetap dapat mencapai tujuan. Tahun ini masih dengan semangat yang sama Minang film Festival mengusung tema “Takuruang Nak Dilua, Taimpik Nak Diateh” yang memiliki arti harafiah terkurung tetapi di luar, terhimpit tetapi di atas, kata-kata ini bisa diartikan secara negatif dan positif, tergantung bangaimana orang dalam memandangnya, secara pengertian positif kata-kata ini memiliki filosofi bahwa seburuk apapun keadaannya harus tetap bisa menikmati. Situasi hari ini adalah refleksi dari kata-kata pepatah minangkabau yang kita usung tahun ini.
Keadaan memang memaksa kita untuk hidup penuh dengan keterbatasan demi kesehatan tetapi semangat hidup tetap harus positif dan berkobar, termasuk untuk dapat tetap berkarya.
Rangkaian acara MIFFEST #5 2021
Minang film festival ke 5 pada tahun 2021 ini memiliki rangkaian kegiatan yang dimulai dengan kegiatan roadshow di beberapa kota yang mengundang para siswa dari beberapa sekolah menengah. Bukittinggi menjadi kota pertama untuk kegiatan itu, roadshow yang diadakan bekerjasama dengan SMAN 5 Bukittinggi mengundang perwakilan dari 10 sekolah di kota Bukittinggi. Pada hari ke dua kota Payakumbuh menjadi pilihan untuk pelaksanaan kegiatan ini, SMKN 2 Payakumbuh menjadi tuan rumah pada kegiatan ini, kemudian berakhir di kota Solok dengan bekerjasama dengan komunitas Gubuak Kopi, sebuah komunitas yang sangat aktif dan dekat dengan para anak muda di kota ini.
Semua kegiatan tatap muka pada acara Minang Film Festival ini selalu menerapkan prokes covid 19 yang ketat, seperti membatasi peserta, menjaga jarak dan selalu menggunakan masker.
Acara pembukaan Minang Film Festival diadakan pada tanggal 17 September secara online di disiarkan langsung melalui streaming di channel youtube prodi televisi dan film ISI padangpanjang. Acara pembukaan yang dihadiri oleh ketiga dewan juri yaitu; Kusen Doni Hermansyah M.Sn seorang akademisi yang juga praktisi dan merupakan dewan juri nasional pada ajang kompetisi film pendek FLS2N, Ferry Irawan praktisi yang berprofesi sebagai asisten sutradara pada banyak film-film layar lebar yang saat ini juga menjabat sebagai ketua asosiasi asisten sutradara Indonesia, lalu Elfit Fahriansyah, M.Sn., alumni prodi TV dan Film yang telah memiliki pengalaman dalam berbagai festival film dan menuai prestasi. Miffest #5 ini di buka secara resmi oleh Dekan FSRD ISI Padangpanjang yang diwakili oleh Pembantu Dekan 1, Dr. Rosta Minawati, S.Sn, M.Si.
Kompetisi film pendek yang menjadi acara utama dibuka dengan melakukan pendaftaran film bisa diunduh melalui ig @minangfilmfest pada tanggal 10 September dan berakhir pada 10 Oktober dengan harapan selama satu bulan itu akan masuk film-film baru yang sesuai dengan tema yang di usung pada tahun ini. Pada tanggal 21 Oktober akan menjadi malam puncak dari rangkaian kegiatan Minang Film Festival dan akan berlangsung malam penganugrahan sekaligus menjadi malam penutupan Minang Film Festival ke 5 tahun 2021.
Minang Film Festival tahun ini mengusung tema ‘Takuruang Nak di Lua, Taimpik Nak di Ateh’ yang memiliki arti harafiah terkurung tetapi di luar, terhimpit tetapi di atas.
“Kata-kata ini bisa diartikan secara negatif dan positif, tergantung bangaimana orang dalam memandangnya,” ucap Maisaratun Najmi.
Secara pengertian positif, kata-kata ini memiliki filosofi bahwa seburuk apapun keadaannya harus tetap bisa menikmati. Situasi hari ini adalah refleksi dari kata-kata pepatah Minangkabau yang diusung tahun ini.
“Keadaan memang memaksa kita untuk hidup penuh dengan keterbatasan demi kesehatan tetapi semangat hidup tetap harus positif dan berkobar, termasuk untuk dapat tetap berkarya,” ujarnya. (Rilis)