Pasbana.com -- Dalam mengatasi pandemi COVID-19 Indonesia menghadapi sejumlah tantangan utama, mulai akses terhadap layanan kesehatan yang masih belum merata hingga rasio fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang tidak sebanding dengan jumlah penduduk Indonesia. Menghadapi tantangan tersebut, teknologi informasi mempunyai peran yang sangat penting sebagai salah satu solusi mengatasi pandemi COVID-19.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin dalam acara Special Ministerial Conference for ASEAN Digital Public Health, bertajuk “Collaborate for Happier and Healthier World Post Pandemic,” pada Rabu (6/10) mengatakan pemerintah Indonesia sangat mendukung dan mendorong pemanfaatan teknologi digital untuk kesehatan masyarakat di masa mendatang.
Sebagai Ketua ASEAN Health Ministers’ Meeting (AHMM), Menkes Budi yang tampil sebagai pembicara pada Ministerial Panel mengenai “Lesson Learnt from managing the COVID-19 Pandemic in ASEAN” mengatakan dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhan pengguna internet dan pemilik smartphone di Indonesia semakin meningkat. Saat ini tercatat, 202 juta pengguna internet di Indonesia, mayoritas merupakan pemilik smartphone.
“Bagi kami, hal tersebut merupakan peluang untuk memanfaatkan teknologi informasi bagi kesehatan masyarakat di masa mendatang,” ujarnya.
Ia mencontohkan dalam mengatasi pandemi COVID-19 pemanfaatan teknologi informasi digital telah dilakukan saat melakukan strategi pengujian, penelusuran, dan pengobatan COVID-19. Hasilnya, saat ini tingkat positivity rate hanya tinggal 0,88% dan penurunan kasus COVID-19 hingga 58% hanya dalam 2 minggu dari puncak gelombang ke-2 Juli lalu.
Contoh lainnya dalam pengujian COVID-19, telah dibangun database New All Record (NAR) sebagai sistem terintegrasi untuk mencatat hasil pengujian COVID-19 dan menghubungkannya dengan sistem pencatatan sipil nasional. Dengan pengujian ini, kata Budi, dapat dipastikan semua data COVID-19 menjadi sumber daya yang dapat dioperasikan dan berbasis individu.
Rata-rata, lebih dari 200 ribu sampel dicatat setiap hari dan terhubung ke berbagai layanan publik secara real-time.
“Sistem tersebut akan berlaku untuk penyakit lain seperti TB, Malaria, HIV/AIDS, dan lainnya dalam beberapa bulan ke depan,” ungkap Menkes.
Menkes Budi menambahkan untuk penelusuran kasus COVID-19, melalui pemanfaatan teknologi informasi juga telah dibangun SILACAK yang merupakan aplikasi penelusuran hasil kerja sama petugas kesehatan, TNI dan Polri, serta relawan untuk implementasinya. Inovasi ini berhasil meningkatkan rasio penelusuran (tracing ratio) hingga sepuluh kali lipat dalam waktu kurang dari enam minggu.
Selain itu, juga telah diluncurkan aplikasi PeduliLindungi untuk mendukung penelusuran kasus COVID-19 secara digital. Terdapat sekitar 40 perusahaan digital yang telah bermitra untuk berintegrasi dengan aplikasi PeduliLindungi.
Saat penanganan COVID-19, dengan memanfaatkan teknologi informasi, lanjut Budi, Kemenkes telah meluncurkan layanan pengobatan jarak jauh (telemedicine) untuk pasien COVID-19 yang melakukan isolasi mandiri di rumah. Berkolaborasi dengan 15 perusahaan startup telemedicine dan Whatsapp, layanan ini menyediakan pesan Whatsapp otomatis untuk konsultasi gratis jarak jauh dan pengiriman obat gratis dari apotek.
”Layanan ini akan diperluas untuk berbagai penyakit untuk meningkatkan kesehatan (tingkat dan pemerataan) di seluruh provinsi, ” tutur Menkes Budi.
Aspek lain yang juga penting adalah vaksinasi. Teknologi informasi memiliki peran penting dalam mendukung program vaksinasi agar lebih efisien dan merata. Dalam hal ini, Kemenkes telah membangun sistem manajemen informasi vaksinasi end-to-end untuk mengelola semua data dan informasi dari produksi hingga distribusi vaksin.
Setiap hari, lebih dari 1 juta orang tercatat telah menerima vaksin COVID-19 dalam sistem. Kedepannya, sistem ini akan digunakan untuk vaksinasi lainnya seperti Polio, BCG, Hepatitis, dan lainnya. Kemenkes juga telah telah menggunakan sistem Big Data Covid-19 yang terintegrasi untuk menilai situasi Covid-19 di tingkat kota/kabupaten hingga provinsi. Data tersebut terbuka untuk publik untuk transparansi dan akuntabilitas.
Budi melanjutkan, Kementerian Kesehatan saat ini tengah mempersiapkan transformasi digital di bidang kesehatan sebagai strategi jangka panjang untuk menanggulangi COVID-19. Strategi transformasi digital tersebut berfokus pada ekosistem kesehatan, efisiensi layanan, dan integrasi data untuk kebijakan berbasis data.
Indonesia telah menunjukkan teknologi sangat penting dalam mendukung dan mempercepat penanganan pandemi COVID-19. Tumbuhnya ekosistem kesehatan digital memberikan optimisme bagi Indonesia untuk menghadapi pandemi dan epidemi, khususnya COVID-19.
“Sebagai Ketua Pertemuan Menteri Kesehatan ASEAN, saya ingin menggarisbawahi pentingnya platform data pengawasan terpadu di ASEAN & global. Saling berbagi informasi dan data yang cepat memungkinkan kita untuk cepat menanggapi ancaman kesehatan masyarakat di masa depan,” tutur Menkes.
Forum Kolaborasi
Special Ministerial Conference for ASEAN Digital Public Health merupakan forum yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pentingnya kolaborasi kesehatan masyarakat di kawasan ASEAN, khususnya terkait dengan pemanfaatan teknologi digital, dengan tema yang diangkat yaitu “Collaborate for Happier and Healthier World Post Pandemic”.
Kegiatan ini mempertemukan para pembuat kebijakan dari sektor kesehatan dan ekonomi di Negara-negara Anggota ASEAN, badan sectoral ASEAN terkait, Sekjen ASEAN, International organization, INGOs, dan universitas.(rilis)