Oleh: Ezzy Novia Syafitri *)
Pasbana -- Momentum Hari Pahlawan dijadikan sebagai ajang untuk mengingat kembali jasa-jasa pahlawan yang telah memberikan sumbangsih kepada bangsa ini. Pada hakikatnya memperingati hari pahlawan tentu tidak hanya mengingat tentang perjuangan mereka yang telah berjasa kepada bangsa ini.
Sebagai generasi penerus bangsa kita mesti memahami hakikat peringatan itu sendiri. Sebagaimana yang disampaikan oleh Prof. Haedar Nasir tentang memahami hakikat peringatan Hari Pahlawan. Bagi Prof. Haedar Nasir sendiri sebagai bangsa yang besar tentu kita harus memperingati Hari Pahlawan sebagai ikhtiar untuk menyerap nilai perjuangan dari para pahlawan Indonesia sekaligus mengaktualisasikan nilai-nilai kepahlawanan itu agar hidup di dalam jiwa, alam, pikiran, sikap, dan tindakan warga dan elit bangsa. Hari Pahlawan jangan hanya dijadikan seremonial belaka.
Penetapan hari pahlawan sendiri diambil dari perjuangan para pejuang dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Pertempuran ini sangat dahsyat, karena memerlukan perjuangan yang luar biasa. Para pejuang mengorbankan segalanya demi bangsa Indonesia. Tidak peduli apapun, mereka hanya memprioritaskan kemerdekaan bangsa Indonesia. Darah berceceran dimana-mana, luka di sekujur tubuh, fisik yang sangat mengenaskan, air mata dari keluarga, itulah semua yang dikorbankan oleh para pejuang.
Mereka tetap maju dengan berani seraya mengangkat senjata, seakan-akan menyampaikan pesan tersirat bahwa inilah kami, bangsa Indonesia, yang tidak akan pernah tunduk kepada penjajah begitu saja. Walaupun satu per satu dari mereka mulai gugur, tetapi perjuangan mereka tidak akan pernah gugur. Keberanian seperti itulah yang harus ditanamkan para generasi bangsa Indonesia, di tengah-tengah derasnya arus globalisasi yang bisa saja menghanyutkan putra-putri Indonesia.
Lantas, siapakah yang bisa disebut sebagai Pahlawan?
Mengacu kepada UU Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan menjelaskan bahwa Pahlawan Nasional adalah gelar yang diberikan kepada warga Negara Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajah di wilayah yang sekarang menjadi wilayah negara kesatuan Republik Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara, atau semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan Negara Republik Indonesia.
Berdasarkan hal itulah kenapa ada banyak hal yang bisa dijadikan sebagai acuan dalam mengenang jasa Pahlawan untuk Republik ini. Sebut saja KH. Ahmad Dahlan yang diberi tanda jasa sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 196.
Kenapa KH Ahmad Dahlan dilabeli sebagai Pahlawan Nasional?
Merujuk kepada fakta sejarah K.H Ahmad Dahlan sebagai seorang pahlawan justru tidak pernah ikut mengangkat senjata untuk mengusir penjajahan tapi kenapa beliau diangkat menjadi salah satu pahlawan nasional? Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan beberapa fakta menarik jika kita menelisik jauh kebelakang tatkala KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat. Melalui organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, Dahlan telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsa Indonesia.
Dahlan juga berupaya mengembangkan ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar Iman dan Islam. Dahlan juga melalui organisasi Muhammadiyah, telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam. Dahlan juga melalui organisasi Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria. Berdasarkan jasa-jasa tersebutlah Dahlan dijadikan sebagai salah satu Pahlawan Nasional.
Bagaimana dengan kehidupan modern sekarang ini? Apakah momentum peringatan Hari Pahlawan sangat sakral sebagaimana yang diharapkan oleh Prof. Haedar Nasir?
Hal inilah yang mesti menjadi perenungan bagi kita generasi muda yang sebetulnya merupakan generasi penerus bangsa.
Momentum perjuangan-perjuangan pahlawan dahulu kala mulai tertelan oleh teknologi secara perlahan-lahan. Mungkin hanya satu atau dua orang teman yang mengingatkan bahwa ini adalah hari Pahlawan. Setelah berkata seperti itu, kita yang mendengar hanya berkata, Oh iya, kemudian kembali melakukan aktivitas seperti biasa, tenggelam dalam canggihnya teknologi.
Nilai upacara peringatan hari Pahlawan juga mulai luntur. Upacara hari Pahlawan hanya bersifat ceremonial belaka, tidak mengandung makna sama sekali. Para remaja mungkin lebih memilih bermain gadget daripada berbaris di bawah teriknya matahari. Melupakan fakta bahwa ini merupakan hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. Padahal, jika kita mengikuti upacara dengan sungguh-sungguh, kita bisa menggali sendiri apa makna upacara hari Pahlawan sebenarnya.
Saat ini kita sama-sama dapat melihat keadaan Bangsa Indonesia yang kini dihadapkan dengan tantangan yang lebih kompleks, serta lawan yang datang tidak dalam bentuk penjajahan fisik. Ancaman terbesar justru hadir saat masyarakat tidak lagi menjaga persatuan. Karena itu, melalui momentum peringaan Hari Pahlawan mesti menjadi momentum menghidupkan nilai-nilai kepahlawanan seperti nilai pengorbanan untuk kemajuan bangsa dan Negara.
Dahulu kala para pahlawan telah berkorban demi merawat eksistensi Republik Indonesia dalam panggung sejarah bangsa-bangsa. Jika nilai pengorbanan itu diaktualisasikan dengan baik, akan terbentuk bangsa yang peka dan mau membantu sesama, dan tidak lagi melakukan provokasi yang menimbulkan konflik. Sebagai generasi muda yang berkemajuan sudah sepatutnya kita berupaya merawat keberagaman yang ada di tengah masyarakat demi kesatuan dan keutuhan NKRI.
Menjaga persatuan dan kesatuan merupakan tugas bersama seluruh elemen masyarakat. Kepedulian terhadap sesama merupakan hal yang wajib untuk dirawat agar kepekaan terhadap keadaan sekitar kita semakian lama semakain tajam. Jika rasa saling menghargai dan memiliki ini dapat dirawat dan ditumbuhkembangkan ditengah masyarakat maka pahlawan saat ini adalah kita generasi muda sekarang.
Oleh karena itu, mulailah menanamkan nilai-nilai kepahlawanan dalam diri kita masing-masing, khusunya bagi para pemuda dan pemudi bangsa Indonesia. Kita masih memiliki waktu yang sangat panjang untuk membangun Indonesia menjadi lebih baik lagi. Sehingga tidak adanya lagi penjajahan dan pertarungan di Indonesia yang menyebabkan adanya pertumpahan darah lagi. (***)
*) Penulis adalah Santri Ponpes Kauman Muhammadiyah Kota Padang Panjang
Peserta Pelatihan Kepenulisan Rakyat Sumbar