“Perkembangan gempa (susulan) InsyaAllah perkembangannya jauh melandai. Artinya, gempa-gempa susulan yang terjadi semakin melemah menuju kestabilan,” ujar Dwikorita melalui keterangan tertulisnya, Senin (28/2/2022).
Yang patut diwaspadai, kata Dwikorita, adanya banjir, banjir bandang dan longsor dari hulu Gunung Talamau, apalagi juga musim penghujan.
“Kewaspadaan masyarakat harus bergeser, tidak lagi soal gempa, tapi bencana akibat musim penghujan,” ungkapnya.
Hasil survei BMKG, tambah Dwikorita, teridentifikasi luapan banjir sedimen mencapai radius kurang lebih 200 meter dari tepi sungai di lokasi tersebut.
“Jadi, kitam minta warga agar menghindari zona dalam radius 200 meter dari tepi sungai,” katanya.
Sebelumnya, Dwikorita dalam jumpa pers daring yang digelar Jumat (25/2/2022) menyebutkan, bahwa gempa yang terjadi di Pasaman Barat berada di Sesar Sumatra Segmen Angkola.
Saat itu, Dwikorita mengatakan, bahwa Segmen Angkol bisa melepaskan energi atau gempa dengan kekuatam 7,6.
Pernyataan Dwikorita itu juga sempat membuat gaduh, hingga diklaim hoaks oleh BMKG Padang Panjang melalui postingan di Instagram dan Facebook.
Namun, pada Minggu (27/2/2022), saat berada di Pasaman Barat, Dwikorita menyebutkan bahwa BMKG sedang mensurvei terkait segmen gempa yang terjadi di Pasaman Barat.
Menurut Dwikorita, gempa di Pasaman Barat terjadi di patahan Sumatra, yang terdapat Segmen Sianok, Angkola dan Barumun. (Rilis)