Notification

×

Iklan

Iklan

Alunan Tumbuak Lasuang Hantarkan Kenangan Kampuang Halaman

24 Juli 2022 | 21:14 WIB Last Updated 2023-01-30T02:00:31Z

Dokumen Palanta Luhak Nan Tuo

Tanah Datar, pasbana - Serasa terbawa hanyut dalam suasana di kampuang halaman, saat alunan lasuang dan kayu penumbuk beradu. 

Lasuang mampunyoi konteks manumbuak padi di lasuang. Untuk mangenang masa dulu, lasuang marupakan satu dari banyak tempat untuk bermain dengan sesama. 
Lasuang dijadikan juga untuk momen  mendapatkan nasihat dan pelajaran hidup untuk masa depan. 

Biasanya, amak (ibu) memberikan nasihat saat manumbuak lasuang. 
Modernisasi telah merubah pola hidup masyarakat dalam banyak aspek kehidupan. Salah satunya adalah pemanfaatan sarana dan media yang digunakan dalam aktivitas sehari-hari. 

Namun, kemajuan teknologi tidak semuanya merubah kebiasaan manusia. Di beberapa nagari di Minangkabau masih menggunakan alat tradisional ini. Salah satunya adalah tradisi "Tumbuak Lasuang" yang masih dipakai oleh masyarakat di Sungai Tarab - Kabupaten Tanah Datar. 

Tumbuak Lasuang adalah kegiatan menumpuk beras menjadi tepung, dengan menggunakan peralatan tradisional lesung dari batu atau kayu. Proses Tumbuak Lasuang cukup sederhana. 
Beras yang sudah dicuci dimasukan ke dalam wadah (lesung), kemudian dua orang (biasanya kaum ibu) masing-masing memegang kayu untuk menumbuk secara bergantian.

Di Minangkabau, lasuang terbuat dari kayu, ada juga yang terbuat dari batu. Adapun lasuang yang terbuat  dari kayu, masyarakat menamakannya antan/alu. 
Mangenai lasuang, tidak hanya untuk menumbuk padi menjadi beras, namun dapat  juga dijadikan untuk menumbuk beras menjadi tepung. 

Tepung yang dihasilkan melalui tumbukan lasuang akan berbeda dengan yang digiling melalui mesin. Sehingga, hasil olahan makanan pun berbeda rasanya. Terasa lebih enak dan terasa ciri khas tepung yang ditumbuk melalui lasuang.

Menurut para ibu di Sungai Tarab, tepung yang dihasilkan dengan cara ini lebih kembang dan wangi dari pada digiling dengan mesin.

Tradisi tumbuak las yang juga mengandung berbagai filosofi.  Tumbuak Lasuang memiliki falsafah kerja sama, sabar dan tidak egois. Untuk satu lesung biasanya  ada berdua atau lebih, jadi harus bisa bergantian. Saat yang satu menumbuk, yang lain mengangkat kayu miliknya, begitu seterusnya. 
Biasanya kegiatan ini mulai ramai dilakukan menjelang lebaran karena kebutuhan akan tepung beras meningkat. 

Dan sajian tumbuak lasuang ini juga ditampilkan dalam seni tradisi tarian gandang tumbuak lasuang. Irama ritmik yang dihasilkan, terdengar sangat merdu dan membawa hanyut pendengarnya akan suasana kampuang halaman nan jauah di mato. 

Banyak tradisi yang membuat kita makin tahu Indonesia, dan makin cinta tradisinya. (budi) 

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update