Notification

×

Iklan

Iklan

Kemewahan Rubicon, Kemegahan Julius Caesar, dan Kekuasaan Islam

24 Agustus 2022 | 09:01 WIB Last Updated 2022-08-24T02:05:35Z

Oleh: Hengky Al Bantany


pasbana - Kendaraan Jeep memiliki sejarah panjang di dunia automotif global. Mobil yang di cap sebagai kendaraan tangguh ini telah menjadi alat transportasi andalan sejak zaman perang dunia.

Seiring berjalannya waktu, berbagai model Jeep telah terlahir di dunia. Salah satunya di antaranya adalah Jeep Wrangler. Dari seri ini terciptalah Wrangler Rubicon yang mengawali debut dunianya pada 2003 silam.

Lalu apa arti Rubicon pada mobil 4x4 asal Amerika Serikat tersebut? Konon kabarnya nama tersebut terinspirasi oleh bentangan pegunungan di benua Amerika yang dikelilingi oleh hutan, danau, sungai dan bebatuan.

Diciptakan sebagai kendaraan tangguh, Jeep Wrangler Rubicon tidak hanya mampu melibas berbagai medan berat off-road mulai dari bebatuan, berlumpur hingga menerabas banjir sekalipun tetapi juga nyaman digunakan di wilayah perkotaan.

Mobil tangguh asal Amerika Serikat ini dilengkapi kap mesin berventilasi yang diberi nama "power dome hood". Komponen ini dirancang untuk melepas panas mesin serta desain drainase special yang mencegah air terperangkap masuk di ruang mesin, terutama saat mobil berada di medan off-road. Selain itu model ini juga dilengkapi penutup tangki bensin untuk menjaga keselamatan baik jalan aspal ataupun di lintasan alam bebas.

Mobil pabrikan Amerika Serikat, Rubicon mengeluarkan seri terbarunya yaitu, Jeep Wrangler Rubicon 4-Door, Jeep Gladiator Rubicon hingga Wrangler Sahara.

Tidak bisa dimungkiri, Rubicon menjadi salah satu jenis mobil Jeep yang memiliki kesan elegan dan mewah. Selain harganya yang cukup tinggi, mobil ini juga memiliki spesifikasi yang mumpuni. Namun, dibalik kemewahan itu, Rubicon juga memiliki nilai historis, khususnya nama yang dipakai hingga saat ini.

Berdasarkan kanal jeep.ca, nama Rubicon untuk jenis mobil Jeep ini memiliki makna off-road. Filosofi ini diambil dari kisah Julius Caesar yang berani mengambil konsekuensi ketika menyeberangi Sungai Rubicon, walaupun sudah dapat larangan dari pemerintah Romawi dan menerima risiko untuk berperang.

Pada zaman Romawi, untuk menandai perbatasan antara Italia dan Cisalpine Gaul (wilayah selatan Pegunungan Alpen yang diperintah Julius Caesar), masyarakat menggunakan sungai kecil yang disebut dengan Rubicon menjadi sebuah patokan.

Menurut hukum Romawi, gubernur yang memerintah dan membawa pasukan menuju Italia melintasi sungai Rubicon akan dinyatakan sebagai musuh publik. Lebih lanjut, seseorang ataupun kelompok yang menyeberangi sungai ini sebagai simbol pernyataan perang.

Pada awal 49 SM, pengaruh Julius Caesar yang semakin kuat membuat senat Pemerintah Romawi menginstruksikan pada masyarakat untuk mengesampingkan perintahnya. Caesar yang berniat untuk melewati perbatasan tersebut mengerti betul konsekuensi yang akan ia terima ketika melanggar aturan senat.

Julius percaya akan terjadi perang saudara ketika ia melintasi Sungai Rubicon, bahkan ia menyadari akan melawan mantan sekutunya, Pompey. Jika Caesar menyeberangi Rubicon, maka tidak ada jalan kembali untuknya.

Petinggi militer terkemuka saat itu. Di bawah kepemimpinannya, ia berhasil memperluas wilayah Romawi hingga Benua Atlantik dan melanjutkan penaklukan hingga Prancis, kini.  

Gaius Julius Caesar terkenal dengan semboyannya, vini, vidi, vici (saya datang, saya berperang, saya menang).

Barang siapa melupakan sejarah, dia pasti akan berulangnya. Banyak di antara umat Islam kini yang tidak lagi mengenali sejarah kebesaran Islam pada masa lalu. 

Mengutip kata-kata George Santayana: "Mereka yang tidak belajar dari sejarah ditakdirkan untuk mengulanginya." 

Islam merupakan agama yang paling banyak memiliki banyak peradaban yang tersebar di seluruh penjuru dunia dalam perjalanannya.

Tidak banyak yang tahu bahwa luas wilayah kekhalifahan Umayyah hampir dua kali lebih besar daripada wilayah dari Roma di bawah Julius Caesar.

Cordoba misalnya, sebuah kota di Andalusia, berada di sebelah barat Spanyol. Cordoba berdiri di sepanjang tebing Sungai Guadalquivir. Sejarah peradaban Islam di Cordoba Spanyol dimulai pada 169 SM. Dahulu kota ini bernama Iberi Baht, dibangun oleh kekaisaran Romawi. Cordoba begitu terkenal setelah menjadi ibukota kekaisaran Romawi di bawah pimpinan Kaisar Lotheo . Julius Caesar, salah seorang panglima militer Romawi juga sempat menaklukannya pada tahun 45 M.

Keajaiban dunia, begitulah julukan yang disematkan untuk Cordoba di era tamadun Islam dari seorang penulis barat bernama Stanley Lane-Pool. Tak ada satu kota pun yang dapat menyamai Cordoba kala itu, Cordoba adalah seluruh keindahan yang menjadi satu. Meskipun Islam tidak lagi berjaya di Cordoba, namun beberapa peninggalan dari masa lalunya bisa disaksikan.

Lima abad setelahnya, Cordoba berada di bawah kekuasaan Bizantium saat pemerintahan Raja Goth Barat. Cordoba memasuki era baru ketika Islam datang ke wilayah Eropa pada 711 M atau 93 H. Di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad, tentara Islam dari Dinasti Umayah yang membawa misi dakwah berhasil merebut Cordoba dan wilayah Spanyol dari kekuasaan Goth Barat, Kekaisaran Visigoth.

Penaklukan Cordoba oleh pasukan Thariq bin Ziyad dilakukan atas perintah Musa bin Nusair, seorang gubernur Afrika Utara, di bawah pemerintahan Walid bin Abdul Malik atau Walid I (705-715 M) dari Dinasti Umayah yang beribukota di Damaskus. Selain Cordoba, tentara Islam juga menguasai wilayah lain di Spanyol, seperti Toledeo, Seville, Malaga, dan Elvira. Masjid Agung Cordoba menjadi satu-satunya bangunan bersejarah di Spanyol yang masih tersisa, meskipun sudah tidak lagi difungsikan sebagai sebuah masjid.

Dari cerita ringkas diatas 🤭, bahwa dibalik kemewahan Rubicon dan diantara kemegahan dan kekuasaan Julius Caesar, masih lebih megah kekuasan kekhalifahan Islam waktu itu.

“Sesungguhnya rahmat Allah Swt amat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A'raf: 56)

Wallahu a’lam bishowwab 

Jogja, 17 Agustus 2022

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update