Notification

×

Iklan

Iklan

Kunci Panjang Umur dan Sehat Sampai Tua Adalah Memiliki Well-Being

21 Agustus 2022 | 12:55 WIB Last Updated 2022-08-21T05:56:46Z


pasbana - Setiap kita senantiasa berharap bisa berumur panjang dan disertai dengan kondisi badan yang sehat selalu. Sehingga masih bisa beraktifitas optimal dan produktif. Pembangunan dibidang kesehatan adalah kuncinya. 


Salah satu indikator bahwa tingkat kesehatan suatu negara itu baik adalah meningkatnya usia harapan hidup penduduk. 


Usia harapan hidup merupakan indikator utama keberhasilan pembangunan kesehatan, apakah pemerintah berhasil meningkatkan kesejahteraan secara umum dan derajat kesehatan secara khusus.


Perlu diketahui, bahwas usia harapan hidup penduduk Indonesia saat ini telah meningkat dari usia 40 tahun pada 1950 menjadi 72 tahun pada 2022. Artinya dalam 70-an tahun terakhir, usia harapan hidup penduduk Indonesia totalnya naik 81%. 


Pembangunan ekonomi, vaksinasi dasar, intervensi kesehatan ibu dan anak, pendirian Puskesmas di seluruh kecamatan (ada juga yang lebih dari satu) dan kebijakan keluarga berencana telah menurunkan angka kematian penduduk. Penyakit menular bisa dicegah dengan divaksinasi dan diobati.


Namun, usia harapan hidup itu belum dibarengi dengan usia harapan hidup sehat atau Healthy Life Expectancy (HALE). 


Data Global Burden of Disease Study 2019 menunjukkan rata-rata angka harapan hidup sehat (HALE) Indonesia itu 63 tahun pada 2019, lebih tinggi dibanding pada 1990 yang 56 tahun. 


Namun, angka ini masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara G20 lainnya seperti Jepang (74), Australia (70), Cina (69), Amerika Serikat (65), dan Brasil (65). 


Artinya usia harapan hidup rata-rata 72 tahun tapi setelah 63 tahun rata-rata mengalami kesakitan baik karena penyakit infeksi maupun penyakit tidak menular seperti kanker atau stroke. Rendahnya usia harapan hidup sehat ini menurunkan kualiltas hidup pada masa tua.


Selain itu ada masalah ketimpangan usia harapan hidup. Di Papua, usia harapan hidup hanya 65 tahun setara dengan Afganistan yang dilanda konflik dan perang puluhan tahun.


Karena itu, pemerintah harus bekerja keras meningkatkan harapan hidup, meratakan usia harapan hidup di berbagai daerah, dan menurunkan risiko sakit dari penyakit yang tidak menular. Beban penyakit tidak menular telah menjadi penyebab rendahnya harapan hidup sehat setelah berusia 63 tahun.


Indonesia juga menghadapi beban penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, diabetes, stroke, kanker, dan penyakit lain yang sebenarnya bisa dicegah. Ini jenis penyakit yang disebabkan oleh, antara lain, pola konsumsi, gaya hidup, dan kebiasaan merokok. Penyakit-penyakit ini membutuhkan biaya besar untuk menyembuhkannya. Kini biaya penyakit karena rokok cukup menguras anggaran BPJS. 


Harapan Hidup Sehat atau Healthy Life Expectancy (HALE) merupakan indikator yang berperan penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kesenjangan yang cukup besar antara HALE (61,7 tahun) dan LE/Life Expectancy (71,4 tahun) pada tahun 2016 mengindikasikan pengentasan kesenjangan harapan hidup sehat memerlukan kebijakan dan rekayasa sosial berdasarkan faktor-faktor yang menyebabkan HLE rendah.


Faktor-faktor dimaksud: pendidikan dan rata-rata lama sekolah (RLS) serta GDP perkapita yang rendah, dan semua ini diakumulasi pula oleh kondisi masa lalu dimana jumlah penderita stunting yang relatif banyak. 


Namun, Indonesia berpeluang relatif besar untuk mencapai hidup sehat di masa depan, mengingat angka Harapan Lama Sekolah (HLS) Indonesia yang relatif tinggi (12,9 tahun). 


Kebijakan tersebut antara lain: perawatan kesehatan dan pemenuhan gizi, peningkatan dana pendidikan, peran lembaga swasta dalam bidang pendidikan, peningkatan daya beli masyarakat melalui peningkatan GDP, pembangunan infrastruktur tranportasi untuk daerah yang sulit dijangkau (remote area), dan regulasi penyerapan tenaga kerja anak menjadi faktor dominan di daerah industri .


Healthy life expectancy adalah tentang kesehatan tubuh yang terjaga sejak masih kecil, remaja, dewasa, dan usia tua. Semakin kita bisa menjaga di semua periode hidup itu, maka semakin panjang HALE kita. Tentu menjaganya melibatkan banyak aspek kehidupan. Itu tentu juga butuh sains untuk menjelaskannya.


Cara termudah untuk menjaganya, adalah dengan menjaga kesehatan otak kita. Neuroscience menemukan, bahwa otak yang berfungsi dengan baik, ternyata memiliki pengaruh besar pada berbagai aspek kehidupan kita, termasuk kesehatan tubuh.


Ternyata itulah yang dikejar atau diidamkan oleh manusia sejak awal peradaban pertama. Kita mengenalnya sejak dulu dengan sebutan mengejar kebahagiaan atau happiness, namun neuroscience menyebutnya dengan kata yang lain, yaitu positivity atau well being. 


Individu pasti mendambakan kondisi yang sehat baik fisik maupun mentalnya seperti rasa bahagia dan sejahtera melalui berbagai usaha untuk dapat mewujudkannya. 


Kesehatan mental perlu dianggap sama pentingnya seperti kesehatan fisik karena akan mempengaruhi dalam menyadari potensi dirinya, mengatasi tekanan/tantangan hidup, cara berpikir, berelasi dengan orang lain sehingga dapat melakukan aktivitas kehidupan secara produktif di tengah masyarakat.


Kesehatan mental berbicara tentang positive mental health  yaitu upaya mempelajari dan mengetahui pendekatan maupun intervensi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan dan memperoleh kesejahteraan (well-being).


Individu yang memiliki kesehatan mental positif akan berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya baik secara fisik, emosi, intelektual, spiritual, dan intrapersonal. Selain itu juga individu akan memiliki resiliensi/tangguh dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan dan menyesuaikan diri dengan tepat sehingga akan dapat menunjukkan kesejahteraan dan merasakan kebahagiaan.


American Psychological Association (APA) mendefinisikan well-being sebagai keadaan yang memiliki rasa bahagia, kepuasan, tingkat stres yang rendah, sehat secara fisik dan mental serta menjaga kualitas hidup yang baik. 


Individu yang memiliki well-being tinggi menjaga kesehatan mental dan fisik agar mampu mengatasi tantangan, mencapai kebahagiaan dan kepuasan dalam hidupnya. Well-being berkaitan dengan positive mental health juga sebagai berfungsinya secara optimal aspek fisik, sosio emosional, spiritual, kognitif yang sangat dipengaruhi oleh konteks sosial budaya dimana individu hidup, bekerja, dan melakukan kegiatan sehari-hari. 


Well-being merupakan keadaan yang terbentuk dari pengalaman, fungsi individu yang optimal dan merupakan outcomes melalui sebuah proses kerja keras dan usaha dalam mewujudkannya.


Cara sederhananya dengan memperbanyak rasa syukur pada Tuhan dengan berkat yang sudah diterima dan mengekspresikan rasa syukur melalui menerima keadaan apapun saat ini, terus berbuat baik kepada siapapun, mengampuni orang lain, dan fokus pada hidup yang dijalani saat ini. Marilah kita mengupayakan kesehatan mental positif supaya dapat mewujudkan keadaan sejahtera dan bahagia. (Budi) 


IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update