Menurut penyaji hasil
survei, Kunto Adi Wibowo sebagai Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI
sekaligus Peneliti Komunikasi dan Media, survei berhasil mengumpulkan 906
responden. Komposisinya terbagi atas perempuan 58,9 persen dan laki-laki 41,1
persen, dengan generasi
Y (25-40 tahun) 58,4 persen dan generasi Z (17-24 tahun) 41,6 persen.
Dari sisi demografi tertinggi pendidikan tamat SLTA sederajat (52,3 persen),
pekerjaan sebagai karyawan swasta (30,7 persen), hingga socio-economic status (SES) AB dengan pendapatan di atas
Rp3.000.000 (36,5 persen).
Adapun Survei Optimisme Generasi Muda Indonesia 2022
terbagi ke dalam 5 isu utama, yakni Kebutuhan Dasar, Pendidikan dan Kebudayaan,
Ekonomi dan Kesehatan, Kehidupan Sosial, serta Politik dan Hukum.
Generasi Muda Sangat Optimis pada Sektor Kebutuhan Dasar
Hasil survei mengungkapkan
bahwa tingkat optimisme generasi muda yang paling tinggi berada pada sektor kebutuhan
dasar, mencakup aspek pemenuhan gizi seimbang untuk diri sendiri, pasangan, dan
anak serta pembelian pakaian dan rumah yang layak di masa depan. Tepatnya, 81,5
persen responden mengaku optimis, 17,7 persen netral, dan 0,9 persen pesimis.
Persentasenya sedikit
berbeda dengan survei pada 2021 lalu yang justru tidak ada tingkat pesimis. Di
tengah kondisi perekonomian yang belum stabil, bahkan menyebabkan harga
kebutuhan pokok naik, generasi muda meyakini mampu memenuhi gizi seimbang untuk
anaknya dan membeli pakaian yang layak.
Posisi kedua, sektor
pendidikan dan kebudayaan—yang pada tahun
sebelumnya berada di posisi pertama—terdapat
77,8 persen responden optimis, 21,4 persen netral, dan 0,8 persen pesimis.
Kemudian, sektor ekonomi dan
kesehatan, sebesar 74,3 persen optimis, 24,4 persen netral, dan 1,3 persen
pesimis. Sektor kehidupan sosial, 52,9 persen optimis, 44,5 persen netral, dan
2,6 persen pesimis. Terakhir, sektor politik dan hukum hanya 16,0 persen
generasi muda yang optimis, 57,8 persen netral, dan 26,2 persen pesimis.
Dari hasil tersebut, generasi muda terlihat
optimis dalam 4 (empat) sektor, yakni kebutuhan dasar, pendidikan dan
kebudayaan, ekonomi dan kesehatan, serta kehidupan sosial karena hasil net
indeks melampaui di atas 50 persen. Namun, generasi muda cenderung pesimis pada
sektor hukum dan politik.
Menurut Indra Dwi Prasetyo selaku Co Chair Y20 Indonesia 2022, generasi
muda Indonesia masih memiliki optimisme di tengah bombardir berita akan
ketidakpastian global. “Saya berpikir tentang bagaimana menangkap optimisme
ini. Pada akhirnya, ini adalah mesin yang siap untuk berlari kencang, entah
kendala apapun di depan jalan. Teman muda di daerah pun menangkap semangat G20
yang luar biasa masif. Fokus pada penyediaan isu skill, kami percaya bahwa isu skill
di masa depan harus disiapkan. Jika tidak, kita tidak bisa berlari dan
beralih dari teknologi sederhana ke teknologi lebih advance.”
Rendahnya Tingkat Optimisme Generasi Muda pada Politik dan Hukum
Menurut
pemaparan sebelumnya, sektor politik dan hukum masih menduduki tingkat
terendah. Artinya, hanya 16,0 persen generasi muda yang optimis bahwa Indonesia
mampu menegakan hukum secara tidak diskriminatif serta menerapkan sistem
pemerintahan yang bersih, baik, dan transparan di masa depan. Sisanya, 57,8
persen netral dan 26,2 persen pesimis. Generasi muda cenderung pesimis pada sektor
tersebut karena berdasarkan hasil net indeks, tingkat optimisme ini mengalami
penurunan angka yang terbilang drastis, hanya sebesar
-10,2 persen dari 28,1 persen.
Tingginya
praktek korupsi di Indonesia termasuk alasan utama penguat sektor politik dan
hukum memiliki tingkat optimisme rendah daripada sektor lainnya. Namun, Hendri Satrio selaku Pendiri Lembaga Survei KedaiKOPI memandang, “Pada saat indeks optimisme hukum dan
politik menurun, bukan berarti semuanya negatif. Mungkin saja ada keberanian
melaporkan yang akhirnya menguak berbagai hal. Saat keberanian berpendapat muncul, maka
akan ada gerakan perubahan yang terlihat. Itu nampaknya dibaca oleh generasi
muda sebagai hal yang optimis.”
“Kita harus melakukan penggalian data dari beberapa hal
yang ada di sini, bukan hanya tentang politik dan hukum, tetapi bisa pula
keberadaban di media sosial. Generasi muda kita pun menyoroti hal tersebut, sangat
dibutuhkan kedewasaan dalam mengungkapkan apapun yang ada di dalam pikiran,”
tandasnya.
Isu Perhatian dan Rencana Prioritas Masa Depan
Survei pun berusaha mengulik
permasalahan utama yang tengah Indonesia hadapi. Menurut pengungkapan generasi
muda, jawaban teratasnya adalah kasus korupsi (19,8%), kenaikan harga kebutuhan
pokok (14,1%) serta kondisi ekonomi belum yang stabil (11,6%).
Generasi
muda pada 2022 memerhatikan 3 (tiga) isu utama, yaitu pelecehan seksual,
penyebaran berita hoax atau konten yang tidak memberikan manfaat, serta lapangan pekerjaan yang sulit.
Menanggapi
hal tersebut, Rahayu Saraswati selaku
Founder dan Chairwoman Parinama Astha Foundation berusaha fokus hal positif
terlebih dahulu yang akan menguatkan Indonesia sehingga tidak patah semangat.
Baginya, optimisme berarti generasi muda mau melakukan sesuatu yang
mendatangkan kebaikan.
“Saat ini, isu top of mind atau paling memprihatinkan
bagi generasi muda adalah pelecehan seksual. Berarti sudah banyak yang sadar.
Kita sebagai aktivis telah menjalankan tugas untuk mengedukasi masyarakat
tentang permasalahan kekerasan seksual di Indonesia, fenomena gunung es yang
akan berdampak pada perdagangan dan eksploitasi seksual. Optimismenya, lebih
banyak kasus terungkap merupakan hal baik. Masyarakat memiliki perasaan berani
untuk melaporkan, tidak ada lagi ketakutan, menahan diri, dan malu,” ungkap
Rahayu.
Sementara
itu, rencana prioritas pada tahun yang akan datang, generasi muda ingin sukses mendapatkan pekerjaan atau membangun karier, memiliki atau meneruskan usaha,
hingga melanjutkan atau menyelesaikan pendidikan.
Tentang Survei Optimisme 2022
Survei menggunakan metode
telesurvei atau survei melalui telepon dalam rentang waktu 7 hingga 22 juli
2022 mencakup 11 kota besar di Indonesia, yakni Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta,
Surakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Palembang, Banjarmasin, dan Makassar.
Dalam penyajian survei
optimisme yang telah berjalan sejak 2008 silam ini, GNFI dan KedaiKOPI
mengutamakan kredibilitas metodologi dan operasional agar memberikan data yang
sahih untuk dimanfaatkan sebagai rujukan atau referensi dalam pengambilan
kebijakan dalam jangka panjang.
Lebih dari itu, harapannya
hasil survei pun dapat berperan sebagai rujukan dalam pengembangan kebijakan
pemerintah, perusahaan, dan lembaga masyarakat. Selain itu, mampu menginspirasi
dan menghidupkan semangat optimisme terhadap Indonesia.
Tentang GNFI
Good News From Indonesia (GNFI) adalah platform media untuk berbagi
informasi yang bersifat independen untuk menyebarkan semua berita positif dan
kabar baik dari seluruh Indonesia.
GNFI bersifat non-partisan dan menjunjung tinggi jurnalisme positif, guna
meningkatkan optimisme dan menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap masa
depan negeri ini. Kunjungi situs www.goodnewsfromindonesia.id, email
gnfi@goodnews.id, dan media sosial kami di Facebook, Twitter, Instagram, dan
YouTube.
Tentang KedaiKOPI
Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) adalah
lembaga riset independen yang mengkaji opini publik untuk kebutuhan pengambilan
keputusan dan penyusunan strategi komunikasi berlandaskan pada metode ilmiah. Lembaga survei KedaiKOPI dibentuk pada 28
Oktober 2014, dan terus berkembang hingga kini. Sejak 2014, Lembaga Survei
KedaiKOPI telah melakukan berbagai riset pada berbagai bidang, mulai dari politik, ekonomi, sosial, komersial, dan kesehatan, serta dipercaya untuk
turut berperan di berbagai sektor usaha. Kunjungi KedaiKOPI di kedaikopi.co dan
email info@kedaikopi.co.