Pasbana - Saat ini, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah (SpJP) hanya berjumlah 1.485 orang. Jumlah ini masih jauh dari kebutuhan.
Idealnya, 1 dokter jantung melayani 100.000 orang. Namun, saat ini, 1 dokter jantung harus melayani sebanyak 250.000 orang.
Untuk itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mendorong perguruan tinggi memproduksi lebih banyak dokter spesialis. Sebab, jumlah dokter spesialis yang ada saat ini masih sangat kurang dan belum merata di seluruh Indonesia.
“Saat ini kita kekurangan banyak dokter spesialis, karenanya saya membutuhkan bantuan dari universitas untuk memperbanyak dan mengakselerasi produksi dokter spesialis,” kata Menkes dalam Sidang Terbuka Dies Natalia ke-68 Universitas Airlangga, Surabaya pada Rabu (9/11).
Menkes menyebut salah satu layanan yang masih kekurangan banyak dokter spesialis adalah layanan kesehatan jantung.
Kekurangan ini berdampak pada pelayanan pasien jantung di fasilitas pelayanan kesehatan menjadi tidak maksimal, akibatnya banyak pasien yang meninggal.
Oleh karena itu, pihaknya berupaya untuk menambah produksi dokter spesialis. Upaya akselerasi yang dilakukan diantaranya menambah jumlah prodi di fakultas kedokteran, membuka fellowship dan mendorong pendidikan dokter berbasis rumah sakit (hospital base) dan universitas (university base).
Universitas Airlangga, lanjut Menkes, sebagai salah satu perguruan tinggi dengan dokter spesialis terlengkap di Indonesia diharapkan bisa membantu dan mendukung upaya percepatan tersebut.
Sehingga, produksi tenaga kesehatan semakin meningkat, pelayanan kesehatan utamanya penyakit tidak menular juga semakin baik, berkualitas dan merata di seluruh Indonesia.
“Saya tidak bisa bekerja sendiri, sekali lagi saya membutuhkan bantuan dari perguruan tinggi untuk memproduksi lebih banyak lagi dokter spesialis guna menyelamatkan lebih banyak nyawa manusia,” ujar Menkes.
Di kesempatan yang sama, Rektor Universitas Airlangga, Prof. Dr. Mohammad Nasih mengaku siap mendukung pemerintah untuk mengatasi masalah kesehatan di Indonesia. Khususnya, terkait dengan pemenuhan dokter spesialis.
“Kami siap mendukung berbagai kebijakan termasuk pengembangan spesialis-spesialis yang belum ada di Universitas Airlangga, dan tentu juga menambah daya tampung dari spesialis-spesialis yang sudah ada, yang datanya memang sangat luar biasa kurangnya,” kata Prof. Nasih