pasbana - Tradisi suluk banyak dijumpai di berbagai daerah di Sumatera Barat
Mengonsumsi makanan dari sesuatu yang bernyawa merupakan sumber protein hewani. Hal ini penting karena tubuh membutuhkannya untuk mencukupi kebutuhan gizi seimbang. Protein hewani bermanfaat dalam membangun dan memperbaiki jaringan pada tubuh.
Bagi sebagian orang mengkonsumsi protein hewani adalah hal yang wajib dikonsumsi setiap hari. Protein hewani adalah protein yang berasal dari hewan, meliputi daging ruminansia (daging sapi, daging kambing, daging rusa), daging unggas (daging ayam, daging bebek), seafood, serta telur dan susu.
Salah satu keunggulan protein hewani yang sangat dikenal adalah memiliki komposisi asam amino esensial yang lebih lengkap dibandingkan protein nabati. Tidak hanya itu, protein hewani juga memiliki kandungan nutrisi yang lebih beragam, seperti vitamin B12, vitamin D, zat besi, dan asam lemak omega-3.
Namun ada orang yang dilarang mengkonsumsi protein yang berasal dari hewan. Seperti jama’ah suluk, yang tidak diperkenankan mengkonsumsi sesuatu yang bernyawa yang menjadi sumber protein hewani bagi tubuh mereka.
Tradisi Suluk. Tradisi ini bisa dijumpai di berbagai kawasan di Sumatera Barat. Suluk merupakan metode pembinaan spritual untuk para pengikutnya, perjalanan rohani seorang hamba yang dipraktekkan dalam latihan-latihan rohani (riyadhah ruhaniah) secara istiqamah (Asmanidar, 2021).
Suluk biasa dilakukan oleh umat Islam tarekat Naqsabandiyah (Hartono, 2020). Arti, Suluk sendiri berarti sebuah kegiatan berdiam diri dengan khusyuk yang dilakukan secara berkelompok dan dipimpin oleh seorang syeikh (mursyid) dengan tujuan untuk membersihkan hati, memperbaiki akhlak, mendekatkan diri kepada Allah dan mencari ridha illlahi (Syafrizal & Suryono, 2018).
Pelaksanaan suluk, para salik (orang yang melakukan suluk) melaksanakan amalan suluk sesuai dengan mazhab thariqat yang dianutnya. Seorang salik harus mempersiapkan fisik dan mental dengan cara memperkuat keinginannya untuk meninggalkan atau melupakan segala kegiatan dunia selama menjalankan aktifitas suluk serta mengingat kematian dengan niat ikhlas melaksanakan suluk karena Allah SWT.
Tujuan dari suluk itu sendiri adalah untuk mewujudkan diri sebagai sosok ‘abdun (hamba) sebagai manifestasi dari makhluk Allah dan khalifah di muka bumi, dapat mengaplikasikan nilai-nilai suluk dalam aktivitas kehidupan sehari-hari dalam masyarakat untuk ber-akhlakul karimah, baik secara vertikal maupun horizontal sebagai manifestasi bentuk esensi dari ibadah suluk itu sendiri.
Dalam mengamalkan suluk terdapat larangan memakan sesuatu yang bernyawa, seperti daging, ikan dan dilarang berbicara berlebihan serta mengurangi tidur. Semua itu dilakukan supaya mudah terkontrol nafsu, sehingga hati hanya tertuju pada Allah semata (wawancara dengan mursyid/guru suluk).
Padahal ahli gizi berpendapat "Protein adalah nutrisi yang paling mengenyangkan dibandingkan dengan karbohidrat dan lemak, dan oleh karena itu, jika kekurangan protein dalam makanan, maka kemungkin akan merasa lebih sulit untuk kenyang setelah makan. Kekurangan protein akan menyebabkan tubuh mudah lelah dan pada akhirnya jatuh sakit," kata ahli gizi Nichola Ludlam-Raine.
“Saya dalam melaksanakan kegiatan suluk tidak boleh makan sesuatu yang berdarah dan bernyawa, sehingga saya jatuh sakit, karena menurut bidan kurang makan telur, daging dan ikan. Maka kegiatan suluk tidak saya lanjutkan sampai akhir dan memilih pulang ke rumah untuk pemulihan.” (penuturan salah satu jaama’ah suluk) .
Maka sesuai dengan angka kecukupan gizi (AKG), jamaah suluk seharusnya memenuhi kebutuhan protein hewani rata-rata untuk memaksimalkan kinerja tubuh sehingga bisa memaksimalkan tenaganya dalam kegiatan berdiam diri untuk berdzikir kepada Allah SWT.
Jamaah suluk hendaknya makan protein terlebih dahulu daripada karbohidrat. Bila tidak mengkonsumsi cukup protein, seseorang mungkin akan mengalami nafsu makan meningkat. Jika seseorang terlalu sering merasa lapar, bisa jadi dia tidak cukup makan atau tidak cukup asupan protein.
Karena dengan mengkonsumsi protein terlebih dahulu juga dapat membantu menjaga kadar gula darah dan dapat mengurangi nafsu makan dan membuat tubuh kenyang lebih lama. Contohnya jamaah bisa mengkonsumsi telur setiap hari sebagai sumber protein.
Jadi tidak ada hubungan antara mengurangi konsumsi makanan yang berasal dari sesuatu yang bernyawa (protein hewani) akan mengurasi nafsu, namun kebalikannya jika mengurangi konsumsi protein akan membuat tubuh menjadi mudah lesu, mudah lelah dan mengantuk dan meningkatkan nafsu makan.
Maka jama’ah suluk yang dilarang untuk mengkonsumsi sesuatu yang bernyawa adalah suatu keanehan yang secara ilmiah. Protein hewani tidak ada hubungannya kontrol nafsu dalam diri, malah dengan mengurangi protein akan membuat tubuh tidak bertenaga sehingga membuat tubuh jama’ah suluk akan mudah jatuh sakit kerena kekurangan tenaga.
Jama’ah suluk yang tujuannya melakukan dzikir secara khusyu’ akan sulit konsentrasi karena tubuhnya lelah dan mudah lapar sehingga akibatnya tidak bisa melakukan kegiatan suluk secara maksimal.
(Firani Putri dan Nunu Burhanuddin)