Jakarta, pasbana - Pelayanan kateterisasi dan radiologi intervensi (Cath Lab) bayi dan anak Pusat Kesehatan Ibu dan Anak Nasional (PKIAN) RS Anak dan Bunda Harapan Kita diresmikan Menteri Kesehatan Budi G. Sadikin pada hari ini Kamis (29/12). Melalui layanan ini diharapkan dapat mengurangi Kematian Penyakit Jantung Bawaan pada Bayi Baru Lahir.
Penyakit jantung bawaan merupakan penyebab kematian tersering dari seluruh kelainan bawaan. Terjadi sekitar 8 dari 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian terjadi dalam 6 bulan pertama kehidupan, dan 80% kematian terjadi pada usia 1 tahun.
“Sekitar 12.500-15.000 bayi baru lahir kena penyakit jantung bawaan kelainan jantung bawaan. Sementara kapasitas operasi baru 1.600 maksimal setahun. Jadi ini adalah salah satu upaya untuk mencegah anak-anak kita meninggal karena tidak bisa tertangani karena tidak ada alat dan dokter spesialisnya,”.” Ujar Menkes Budi beberapa waktu lalu.
Layanan Cathlab sendiri saat ini sedang disiapkan di 514 Kabupaten/kota dan diprioritaskan untuk pemasangan ring jantung, karena penyakit jantung menjadi penyebab kematian paling tinggi di Indonesia dengan beban pembiayaan paling tinggi. Lebih dari 200 ribu orang meninggal tiap tahun dengan biaya lebih dari Rp. 9 Triliun.
Upaya ini, lanjut Menkes merupakan bagian dari transformasi kesehatan khususnya pada pilar Kedua, yaitu transformasi layanan kesehatan rujukan.
Direktur PKIAN RSAB dr Ockti Palupi Rahayuningtyas, MPH, MH.Kes mengatakan dengan operasionalnya layanan Cathlab, maka perawatan bayi baru lahir dengan PBJ di NICU dapat dipangkas dari yang sebelumnya membutuhkan waktu perawatan selama dua bulan, menjadi hanya 10 hari.
“Dengan adanya cath lab, bayi lahir bisa langsung dilakukan kateterisasi pada usia bayi 7 hari, sehingga outcome lebih baik dan cepat. Waktu Perawatan di nicu juga lebih singkat,” Ujar dr. Ockti.
Layanan Cathlab akan mulai beroperasi pada januari 2023 setelah mendapatkan izin Bapeten.
“Kedepannya Cath lab akan dikembangkan untuk radiologi intervensi anak untuk prosedur diagnostik dan terapi minimal invasif dengan dibantu modalitas NICU lain seperti USG CT Scan, MRI.” lanjut dr. Ockti. (rel/bd)