Dok. SwaraFajar |
pasbana - Atraksi Talempong Pacik tercatat dalam rekor MURI (Musium Rekor Indonesia) saat pembukaan Festival Pesona Minangkabau (FPM) Tahun 2019 yang digelar di Istano Basa Pagaruyung, Rabu lalu (4/12). Atraksi ini dipertunjukan oleh 1.559 anak SD, SMP dan sanggar seni sehingga menghasilkan nada yang unik di telinga.
Sebenaranya ada dua jenis talempong, yaitu talempong pacik dan talempong duduak (melodis). Beda keduanya letak atau posisi talempong saat dimainkan. Talempong pacik dipegang dengan tangan sedangkan talempong melodis diletakkan pada rel atau bantalannya.Talempong pacik terdiri dari dua kata, ‘talempong’ dan ‘pacik’.
Talempong adalah alat musik tradisional Minangkabau yang dibunyikan dengan cara dipukul menggunakan stik (kayu). Pacik dalam bahasa Indonesia berarti pegang. Jadi Talempong pacik adalah alat musik yang dibunyikan dengan cara dipegang dan dipukul.
Talempong
pacik dimainkan dengan cara dijinjing dengan tangan kiri dan dipukul dengan
stik menggunakan tangan kanan.Ibu jari
tangan kiri memegang talempong bagian atas, sedangkan, sedangkan jari telunjuk
berguna untuk membatasai perantara antara kedua talempong.
Bagian bawah
dipegang oleh 3 jari, yaitu jari kelingking, jari manis dan jari tengah. Talempong bagian atas bernada rendah, dan bagian posisi bawah bernada tinggi. Dikutip dari ensiklopedi Jakarta, talempong terbuat dari bahan campuran tembaga, timah putih dan besi putih.
Talempong merupakan istilah yang dikenal oleh masyarakat Minangkabau sebagai alat musik (gong kecil) dan atau musik talempong itu sendiri.
Di setiap daerah di Sumatera Utara musik dan alat musik ini pernah hidup dan berfungsi di tengah-tengah masyarakat pendukungnya. Talempong sebagai alat musik terbuat dari bahan logam. Biasanya terbuat dari kuningan, besi, atau tembaga, sehingga menghasilkan suara yang mendengung. Dengungan itu kemudian diharmonisasi dengan talempong bernada berbeda dan alat musik lain.
Talempong duduak dan talempong pacik merupakan dua genre musik talempong tradisional yang tumbuh dan berkembang hingga kini. Pengisitlahan ini bertujuan untuk
memberdakan kedua genre alat musik. Meskipun pada kenyataannya kedua alat musik
ini sering juga disebut dengan istilah talempong atau calempong saja
oleh masyarakat pendukungnya.
Dalam permainannya disebut batalempong atau bacalempong. Talempong dibuat
dengan cara dipatri oleh padai besi hingga terbentuk sedemikian rupa,
menyerupai gong dengan bentuk yang kecil.
Musik talempong pacik merupakan
suatu jenis kesenian berbentuk ensambel telempong. Namanya juga
ensemble pastinya musik ini dimainkan oleh sebuah kelompok. Konsep kelompok ini
sangat penting dalam membangun harmonisasi dan sambung-menyambung nada
atau interlocking.
Dalam hal ini, masing-masing musisi
harus kompak dan mempunyai apresiasi yang searah (khusus tradisi musik talempong),
sehingga terjadi kesatuan dalam susunan bunyi yang dilahirkan secara
berkelompok.
Genre talempong
pacik mengutamakan jalinan permainan ritmik menuju suatu hasil berupa
melodi-melodi pendek yang selalu berkembang, diiringi oleh beberapa alat musik
lain dalam fungsi ritmik seperti gandang dan rapa’i (single
headed frame drum), dan alat musik pupuik gadang yang
berfungsi melodis.
Pupuik gadang atau pupuik liolo yang
memiliki banyak lidah (multiple–reed) juga dianggap tidak begitu
penting dalam komposisi musik talempong pacik; fungsi musikalnya
tidak berhubungan langsung dengan aspek interlocking.
Sayangnya, para musisi talempong hingga
kini juga sulit ditemui, kecuali para pemain pupuik gadang dengan
kemampuan terbatas yang ada, itupun jarang dijumpai.
Talempong Minangkabau
yang mengandung dua unsur yang sangat penting dalam musik, yaitu unsur ritme
dan unsur melodi. Secara tradisional kedua unsur
tersebut selalu berkembang dari pola-pola yang sederhana hingga pola permainan
yang cukup rumit.
Talempong
pacik relatif banyak ditinjau dari
nama-nama lagunya, namun adakalanya ditemui kesamaan dasar lagu antara repertoar telempong pacik suatu nagari dengan nagari lain,
sedangkan nama atau judul lagunya berbeda. Sebaliknya, nama lagunya
sama tetapi dasar komposisinya berbeda, maka tetap saja lagunya berbeda.
Hal tersebut terjadi karena peranan
seniman-seniman yang mewariskan tradisi musik tersebut. Dalam proses
penyebarannya terjadi persilangan pewarisan, misalnya pewaris mewariskan pada
orang di daerah atau nagari lain.
Kadangkala para seniman tidak mengenal nama
lagu, mereka hanya mengetahui komposisi musiknya saja, tetapi karena suatu hal
mereka harus memberi nama terhadap musiknya atas permintaan pihak tertentu dan
terjadilah kesamaan nama dengan nama lagu yang telah ada di tempat lain.
Fungsi gendang dalam ensambel talempong
pacik tidak selalu sama.Perbedaan yang tampak pada umumnya dalam hal
pola ritme gendang dengan pola ritme talempong.
Beberapa kelompok
yang lain menggunakan gendang dalam fungsi mempertegas hasil jalinan ritme (interlocking) permainan talempong sedangkan kelompok talempong paciklainnya
menggunakan gendang hanya sebagai pengatur tempo dan memberi aksen dalam bentuk
ritme konstan.
Seperti
alat musik tradisional Sumatera Barat pada umumnya, talempong
pacik biasa dimainkan saat acara adat. Misalnya, pesta perkawinan dan
perhelatan adat lainnya. Sehingga kesenian talempong pacik ini
banyak menarik minat masyarakat pendukungnya.
Untuk melestarikannya, talempong biasanya
diperlombakan hingga tingkat provinsi. Talempong pacik merupakan satu pertunjukkan alat musik pukul yang terbuat
dari logam berbentuk bundar. Istilah talempong pacik ini
hadir untuk membedakannya dengan telempong rea (talempong
yang dimainkan dengan jumlah 21 talempong ).
Penamaan talempong pacik didasarkan pada caramemainkan talempong ketika dimainkan,
yakni dengan cara dipegang (pacik). Alat musik ini menyerupai bonang
(berbentuk bonang dengan pencu di tengah) yang dimainkan sambil berdiri dan ada
kalanya sambil berjalan, dimana tangan kiri menenteng satu atau dua satuan,
sedangkan tangan kanan memainkan dengan pemukul yang terbuat dari kayu.
Pemain talempong pacik terdiri atas tiga
orang, dimana masing-masing memegang dua buah talempong (sepasang).
Alat musik talempong pacik ini merupakan alat musik bersistem
nada pentatonik. Dari
keterangan wawancara salah seorang pelaku, praktisi sekaligus akademisi alat
musik talempong di Minangkabau yang bernama Irwandi (2021),
beliau mengatakan bahwa perkembangan alat musik tradisional khususnya di
Minangkabau bermula dari alat musik yang sederhana untuk dimainkan.
Lalu, berkembang dan diadaptasi
menjadi alat musik yang lebih rumit memainkannya. Hal ini sejalan dengan
lahirnya alat musik Talempong Pacik di Minangkabau, dimana
alat musik ini diadaptasi dari alat musik tradisional Minangkabau yang
sederhana dalam memainkannya yaitu Aguang (Gong).
Selain itu,
Margareth J Kartomi dalam penelitiannya pada tahun 1998, memperkirakan
bahwa talempong sudah ada sejak masa kedatangan Islam di
Sumatera pada akhir abad ke-13.
Margareth juga menyebutkan dalam artikel Musical
Strata in Sumatera, Java and Bali, bahwa para pengrajin perunggu dari
Tonkin, utara Vietnam, datang ke Minangkabau beberapa abad sebelum Masehi. Pada
zaman yang disebut Zaman Perunggu itu diperkirakan talempong dan
juga gong dibawa oleh nenek moyang orang Minangkabau.
Diakhir kekuasaan raja Adityawarman di
Minangkabau, kebudayan musik gong dan talempong menjadi simbol, prestise dan kebesaran dari
raja-raja. Pada titik ini Antony Reid (1995) dalam Mahdi Bahar (2009)
mengatakan bahwa pada tahun 1550-an musik perunggu menggunakan ketle-drums,
yaitu alat musik idiofon terbuat dari metal yang diyakini adalah talempong merupakan
musik dari tradisi kerajaan Minangkabau, di samping itu keberangkatan raja bersama rombongan pada masa itu juga diiringi dengan
musik talempong tatkala menenui orang Portugis di pantai Tiku
(Bahar, 2009: 116).
Dari keterangan para ahli di atas,
dapat disimpulkan bahwa kehadiran alat musik talempong,
khususnya talempong pacik sudah ada sejak zaman dahulu di
Minangkabau. Musik talempoang
pacik Pariangan memiliki berbagai jenis lagu dan irama.
Ada lagu yang
bernama rantak kudo, ilia banda, pucuak rabuang, siamang tagagau dan
lain sebagainya. Setidaknya ada 15 jenis lagu talempoang Pariangan
dengan ratusan ragam cara memukulnya sehingga mengeluarkan nada yang berlain
pula.
Adapun repertoar yang dimiliki Talempong pacik cukup banyak dengan spesifikasi yang
tidak sama di tiap-tiap daerah, namun demikian secara konseptual musikal, antara
satu daerah dengan daerah lain adalah sama yaitu mempunyai sistim permainan
dengan teknik interlocking (pola permainan antara pola dasar dengan
pola pecahan, terdapat motif saling mengisi).
Jika dilihat dari jenisnya,
talempong pacik memiliki tiga jenis yang berbeda, yaitu talempong jantan, talempong batino, dan talempong pengawin.
Unit talempong jantan terdiri dari dua
buah telampong yang menggabungkan nada paling rendah dan paling tinggi, atau
talempong dengan nada pertama dan nada keenam atau ketujuh. Unit talempong jantan yang hanya memakai satu nada saja yaitu nada keenam
atau ketujuh.
Jumlah talempong yang dipakai pada unit talempong
jantan disesuaikan dengan kondisi atau aspek kebutuhan komposisi
musiknya. Unit talempong batino terdiri dari dua buah talempong, nada talempong yang dipakai tidak selalu tetap, atau selalu
berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan lagunya. Kadang-kadang
digunakan talempong dengan nada kedua dan keempat ada kalanya
juga digunakan nada ketiga yang digabungkan dengan nada kelima.
Unit talempong pangawin adalah talempong yang
disebut dengan talempong paningkah/ pengawin. Permainan pola
melodi yang digunakan adalah pengawinan pola melodi yang telah digunakan oleh unit talempong jantan dan unit talempong batino.
Permainan unit talempong
pangawin adalah saling mengait atau saling mengisi terhadap melodi
untuk talempong jantan yang saling mengait atau mengisi
terhadap motif yang dimainkan oleh unit talempong batino. Dalam
permainannya biasanya tidak ada yang saling bertabrakan secera paralel, tapi saling bermain kait berkait (interlocking).
Ciri khas inilah yang menjadi ciri khas
komposisimusik talempong di Minangkabau. Talempong
Pacik sebagai alat musik kultural dalam kehidupan masyarakat dapat
berfungsi dalam berbagai kegiatan seperti dalam adat perkawinan, penyambutan
tamu dalam upacara tertentu, pertunjukan randai dan lain sebagainya.
Talempong
Pacik dipakai dalam bentuk musik hidup (life music) sebagai musik
iringan Tari Gelombang dalam penyambutan atau pembukaan
upacara tertentu, seperti upacara Batagak Penghulu.
Dalam hal
penyajian Tari Gelombang
sebagai bagian acara menyambut tamu, talempong dimainkan
sebagai musik pengiring tari. Talempong Pacik merupakan
seni musik tradisional Minangkabau yang berkembang di seluruh saentro Sumatera Barat kecuali Mentawai.
Talempong pacik sebagai musik tradisional Minangkabau, sampai saat sekarang masih tetap bertahan di beberapa tempat. Dalam kata lain, masih dominan jika dibandingkan dengan beberapa kesenian tradisional yang lain. Namun akhir-akhir ini talempong pacik dirasakan seakan–akan kurang mempunyai daya tarik
lagi oleh beberapa generasi muda.
Hal ini lah yang menjadi fokus dan tantangan para seniman di daerah agar kesenian ini tetap bertahan dan tidak punah.
Beberapa daerah di Sumatera Barat yang memiliki kesenian talempong yang tidak asing lagi antara lain adalah: Talempong Koto Anau (Kab.Solok), Talempong Padang Magek (Kab. Tanah Datar), Talempong Unggan (Kab. Sijunjung), Talempong Talang Maua (Kab.Limapuluh Kota), Talempong Jao (Kab.Tanah Datar), Talempong Kapak Lasuang (Kab.Padang Pariaman) dan lain sebagainya (Darlenis, 2006). Jadi makin tahu Indonesia !
#makintahu_Indonesia