Di Indonesia, lato-lato sudah populer sejak 1960-an, tapi keberadaannya populer kembali belakangan ini. Walaupun sudah ada yang menjadi korban, tetap permainan ini masih viral.
Tidak semua keadaan menaruh kita pada posisi yang baik-baik saja (bahagia). Terkadang ada situasi tertentu yang membuat kita down, putus asa, menyerah, atau bahkan sampai pada keputusan untuk mengakhiri hidup yang terlalu lelah.
Bermain dengan membenturkan kedua bola pada lato-lato sampai berbunyi melalui gerakan mengayunkan satu sama lain itu seperti menggambarkan dampak negatif bermacam-macam.
2. Pembunuhan dan Perundungan
Kenapa hal itu bisa terjadi?
Tentu saja kembali dengan cara bagaimana memainkannya ditambah adanya dendam, sakit hati, atau adanya amarah membara. Hal ini serupa dengan penjelasan sebelumnya, tapi dampaknya tertuju pada orang lain.
Hubungan pembunuhan dan perundungan dengan lato-lato bisa digambarkan seperti adu domba, pertengkaran, dan serupa lainnya. Boleh digarisbawahi kalau pembunuhan dan perundungan itu akibatnya.
Ditambah kita sudah mengamati sendiri di masyarakat, kalau lato-lato tidak hanya bentuknya kecil segenggaman telapak tangan.
Orang yang tersulut amarah, dia akan sulit untuk mengendalikannya, dan dia akan melakukan sesuatu sampai puas dengan benda yang dilihatnya sehari-hari.
Dampak Negatif Bermain Lato-lato
Beberapa orang mengatakan kalau lato-lato adalah permainan yang banyak membawa manfaat, seperti melatih motorik anak, mengurangi penggunaan gadget, dan lainnya.
Beberapa orang mengatakan kalau lato-lato adalah permainan yang banyak membawa manfaat, seperti melatih motorik anak, mengurangi penggunaan gadget, dan lainnya.
Akan tetapi, setelah saya melakukan penelusuran lebih lanjut, ternyata dampak negatif terhadap psikologis seseorang begitu besar jika berlebihan dalam memainkannya. Apa saja?
1. Melukai Diri Sendiri
1. Melukai Diri Sendiri
Tidak semua keadaan menaruh kita pada posisi yang baik-baik saja (bahagia). Terkadang ada situasi tertentu yang membuat kita down, putus asa, menyerah, atau bahkan sampai pada keputusan untuk mengakhiri hidup yang terlalu lelah.
Kebiasaan apa yang dilakukan dalam keseharian itu akan menjadi responnya, kalau kebiasaan baik pasti responnya akan baik, dan jika kebiasaannya buruk pasti akan buruk.
Bermain lato-lato jika menjadi kebiasaan, itu akan beralih ke kebiasaan buruk. Hal itu tentu saja karena psikologisnya terganggu.
Perlu diingat, kita akan mengambil keputusan sesuai dengan apa yang dilihat, diamati, dan dilakukan. Gambarannya dengan flashback ke aplikasi TikTok yang dulu sempat mengakibatkan sindrom TikTok karena berlebihan penggunaannya.
Bermain dengan membenturkan kedua bola pada lato-lato sampai berbunyi melalui gerakan mengayunkan satu sama lain itu seperti menggambarkan dampak negatif bermacam-macam.
Misalnya, anak kecil yang tidak diarahkan orang tua atau keluarga dan anak yang berkebutuhan khusus, bisa menggambarkan itu sebagai benturan kepalanya kepada benda di sekelilingnya saat marah (tidak terkendali) atau bisa dengan gambaran serupa lainnya.
Bukan hanya itu, permainan ini juga dapat menimbulkan kebutaan atau kecelakaan lainnya bagi pemain.
Bukan hanya itu, permainan ini juga dapat menimbulkan kebutaan atau kecelakaan lainnya bagi pemain.
Hal yang perlu kita ingat juga, bahwa lato-lato ini terbuat dari benda apa pun tetap berbahaya, karena cara memainkannya jelas punya keamanan minim.
2. Pembunuhan dan Perundungan
Bermain lato-lato tanpa ada arahan orang dewasa yang paham penggunaannya dengan benar, juga akan memungkinkan terjadinya pembunuhan dan perundungan yang bisa dilakukan oleh siapa pun.
Kenapa hal itu bisa terjadi?
Tentu saja kembali dengan cara bagaimana memainkannya ditambah adanya dendam, sakit hati, atau adanya amarah membara. Hal ini serupa dengan penjelasan sebelumnya, tapi dampaknya tertuju pada orang lain.
Hubungan pembunuhan dan perundungan dengan lato-lato bisa digambarkan seperti adu domba, pertengkaran, dan serupa lainnya. Boleh digarisbawahi kalau pembunuhan dan perundungan itu akibatnya.
Ditambah kita sudah mengamati sendiri di masyarakat, kalau lato-lato tidak hanya bentuknya kecil segenggaman telapak tangan.
Ada juga yang besar, dan medium (sedang), serta bahannya ada yang terbuat dari semen, kayu, plastik, dan lainnya. Bisa dibayangkan bagaimana kalau alat ini menjadi perantara amarah?
Orang yang tersulut amarah, dia akan sulit untuk mengendalikannya, dan dia akan melakukan sesuatu sampai puas dengan benda yang dilihatnya sehari-hari.
(Sumber : Kumparan)