Maapam menggunakan tungku atau tempat memasak tradisional dengan api dari daun kelapa, dan kuali yang digunakan adalah yang terbuat dari besi.
Tradisi ini merupakan contoh nyata bentuk gotong royong dan perwujudan nilai sosial dalam masyarakat yang perlu dilestarikan, khususnya kepada generasi milenial agar mereka peduli akan tradisi budaya yang ada.
Melaksanakan tradisi maapam bisa secara berkelompok maupun sendiri-sendiri. Mereka lebih memilih ruang terbuka, karena asap yang ditimbulkan dari bahan bakar alami berupa daun kepala kering cukup banyak. Bahan-bahannya pun sangat mudah di dapat, seperti tepung beras yang sudah ditumbuk (dihaluskan), santan kelapa, garam, gula dan pemanis alami seperti gula aren.
Selain menjaga kelestarian budaya, tradisi maapam juga dapat menjalin silaturahmi antara sesama. Cara memasak apam ini dilakukan secara alami, mereka menggunakan tungku dan bahan bakar nya dari daun kelapa yang sudah kering.
Sambil memasak apam, para kaum ibu saling bersendagurau sambil mengaduk bumbu dan santan kental sebagai bahan dasar apam sebelum dimasak.
Semua bahan dan cara yang digunakan terlihat masih sangat tradisional sekali. Biasanya setelah di masak, apam akan disantap bersama-sama atau dibagikan kepada masyarakat sekitar dan sanak keluarga baik yang dekat maupun yang jauh.
Fungsi dari tradisi Maapam ini yaitu; untuk menjamu kanak-kanak agar menghormati anak-anak yang telah meninggal, meningkat ssolidaritas antar sesama, serta menjalin silaturahmi antar masyarakat. Jadi makin tahu Indonesia dengan budaya dan tradisinya.
Tradisi ini harus dilestarikan kepada generasi-generasi penerus, agar tidak punah dan tidak di klaim oleh daerah lain atau bisa jadi Negara luar. Oleh karena itu pemerintah Pasaman Barat terus berupaya agar makanan ' Apam ini bisa didaftarkan menjadi salah satu budaya dilindungi ke tingkat nasional dalam budaya non benda. (Bd)