Mata uang dolar Australia yang melemah akibat inflasi dan kenaikan harga barang yang terjadi pada tahun 2022 (Foto:kontan.co.id) |
Oleh: Tri Prima Serin
(Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris 2021 Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)
Pasbana - Pemerintah Australia mengatasi permasalahan keniakan harga barang dan inflasi yang terjadi di Austraia pada tahun 2022. Kenaikan ini dipicu oleh beberapa factor sehingga memicu terjadinya inflasi.
Adapun cara dan factor yang mempengaruhi permasalahan tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, Australia dikenal sebagai salah satu negara penghasil susu terbesar di dunia. Hal ini dipengaruhi oleh faktor alam yaitu wilayah rerumputan Australia cukup luas untuk beternak sapi pedaging dan sapi perah.
Produk seperti susu dan yoghurt diproduksi untuk keperluan masyarakat negara ini lalu dikirim ke negara lain sebagai barang ekspor. Pada tahun 2022, harga susu meningkat secara signifikan.
Dilansir dari abc.net.au, Manajer Analisis di Dairy Australia john droppert mengatakan “Harga ritel susu perliter pada tahun itu dibulan oktober sekitar 1,81 dolar Australia. Harga ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya yaitu 1,69 dolar Australia”.
Hal ini dipicu oleh kurangnya sumber susu pada saat itu. The Australian Bureau Of Argricultural And Resource Economics’s pada September lalu menjelaskan bahwa ditemukannya produksi susu berkurang secara cepat di pertengahan awal tahun di wilayah Victoria bagian selatan dan barat daya Tasmania. Pada saat yang sama, harga ekspor untuk produk susu dari Australia meningkat pada awal tahun 2022.
Kedua, Australia memproduksi daging mentah yang dikenal sebagai salah satu pengekspor terbesar di dunia. Harga produk olahan daging seperti daging cincang, sosis, kornet dan spam telah meroket dipertengahan tahun 2022. Menurut Scott Cameron dari Meat And Livestock Australia, “Harga ritel rata-rata produk daging cincang naik sekitar 8 persen dibandingkan harga tahun lalu”.
Ia telah menjelaskan bahwa kenaikan harga ini dipicu oleh kondisi pertumbuhan yang bagus, harga bahan bakar yang melejit serta permintaan dari Negara lain cukup besar. Meskipun peternak Australia memproduksi lebih banyak daging tetapi kemungkinan besar tidak akan membantu menurunkan harga produk berbasis daging.
Selanjutnya, produk yang mengalami kenaikan harga di Australia ialah roti. Dengan maraknya jenis dan merek roti yang beredar di Negara itu menjadikan harga roti susah untuk turun.
Menurut ketua eksekutif Australian Food And Grocery Council, Tanya Barden, ia menjelaskan bahwa “Peperangan di Ukraina memiliki dampak pada harga gandum secara global karena negara Ukraina merupakan salah satu negara pemasok gandum terbesar di dunia”.
Contohnya Australia mengekspor gandum kebeberapa negara dan gandum yang tersisa dijadikan untuk membuat tepung, yang mana tepung ini dijual dengan harga 608 dollar Australia per ton, harganya meningkat 39 persen dari harga tahun sebelumnya.
Selain itu, kenaikan harga ini juga dipicu oleh factor-faktor lain seperti kasus Covid-19 yang naik pada tahun 2021 menyebabkan beberapa pabrik harus tutup dan cuaca yang tak menentu menyebabkan produksi tepung menjadi tidak maksimal. Barden juga meprediksi bahwa inflasi akan terus meningkat pada bulan berikutnya dan mencapai puncak pada tahun 2022 dan akan turun kembali pada akhir tahun.
Selanjutnya ialah kenaikan harga teh impor. Hal ini dipengaruhi oleh melemahnya mata uang dollar Australia yang menjadikan barang impor seperti teh mengalami kenaikan harga. Shaun Cousins, analis pasar di bank investasi UBS menjelaskan bahwa “Ketersediaan pengiriman, jenis tekanan dalam rantai pasokan mempengaruhi logistic barang”.
Kenaikan harga produk kering diperparah oleh realita bahwa harga makanan mulai stabil. Hanifa Humairo, salah seorang mahasiswi yang mempelajari dan mengobservasi budaya dan perekonomian Australia berpendapat “Inflasi terjadi karena harga makanan naik sehingga mau tak mau harga bahan lain ikut naik”.
Selain itu, harga kentang ikut naik pada tahun 2022. Hal ini terbukti bahwa harga satu kantong kentang berat 2 kilogram sekitar 7,5 dollar Australia atau setara dengan 70 ribu Rupiah. Harga kentang ini meningkat 50 persen dari tahun sebelumnya yang hanya 7 dollar untuk berat 2 kilogram kentang.
Kenaikan 50 persen ini disebabkan oleh naiknya harga kemasan, bahan bakar, tenaga kerja, pengiriman serta pupuk. Harga ini dianggap tidak memberi keuntungan dahn hanya untuk membayar modal. Tak hanya itu, bank sentral Australia memperkirakan inflasi akan memuncak dibawah 8 persen pada akhir tahun.
Dilansir dari bisnis.com, Menteri Keuangan Australia Katy Gallagher mengomentari kebijkan fiskal dan moneter Australia secara luas dan selaras. Menurutnya, ada beberapa pengekangan pengeluaran mengingat tantangan inflasi ini.
Kesimpulannya, inflasi dan kenaikan harga barang di Australia pada tahun 2022 lalu dipengaruhi oleh naikya permintaan terhadap barang dan produk Australia yang diekspor ke negara lain sehingga ketersediaan bahan mentah dalam negeri ikut berkurang dan menyebabkan kenaikan harga pada barang-barang lain. Selain itu, dampak pandemic Covid-19 juga memberi pengaruh yang signifika terhadap hasil pertanian dan peternakan Australia pada tahun itu. (*)