Agam, pasbana - Masjid Gobah merupakan salah satu tempat ibadah tertua di Jorong Pasia Tiku, Nagari Tiku Selatan, Kecamatan Tanjung Mutiara. Masjid yang tercatat sebagai cagar budaya ini menyimpan cerita karomah para penyebar syiar Islam di Kawasan Tiku dan sekitarnya.
Masjid Gobah merupakan salah satu surau yang cukup tua di Nagari Tiku yang mempunyai ornamen campuran antara Minangkabau dan pesisir. Masjid ini merupakan bangunan masjid kuno dengan bahan utama kayu.
Lantainya berupa lantai semen dan atapnya dari seng. Dinding-dindingnya polos tanpa hiasan (ukiran). Masijid ini berdenah bujur sangkar dan sampai sekarang masih digunakan sebagai tempat ibadah (living monument ).
Disamping Masjid Gobah terdapat kompleks makam yang dikenal sebagai pemimpin Islam di daerah Tiku. Dalam kompleks Gobah tersebut terdapat 3 buah makam, yaitu makam Syekh Abdullah dengan dua muridnya: Syekh Jabar dan Syekh Lazim.
Menurut Labai Muis (cucu Syekh Abdullah, 77 tahun, suku Jambak), ketiga orang tersebut adalah pengembang agama Islam di Nagari Tiku. Murid-murid tersebut berasal dari berbagai daerah di Minangkabau seperti Kamang, Bukittinggi, Sasak, Air Bangih dan sebagainya. Pada saat ini tempat tersebut digunakan oleh para pengikutnya untuk melakukan ziarah sesuai dengan nazar mereka. Komplek makam tersebut telah dipagar keliling dan beratap seng bentuk gonjong, dinding kayu.
Masjid ini memiliki arsitektur seperti masjid umumnya, karena sudah mengalami 3 kali perubahan. Terdapat kubah tunggal. Disebelah selatan masjid terdapat 3 makam. Masjid memiliki lebar 14,5 meter dan panjang 10,5 meter. Kemudian diutara masjid terdapat masjid baru, masjid baru difungsikan untuk menggantikan peran masjid gobah yang sudah dianggap tidak bisa mememnuhi kapasitas warga untuk beribadah.
Camat Tanjung Mutiara, Edo Aipta Pratama bercerita dahulunya Masjid Gobah merupakan surau kebanggaan warga Tiku. Sewaktu berdiri, masjid ini didesain dengan ornamen campuran antara Minangkabau dan pesisir.
Awal berdiri, bangunan masjid kuno ini berbahan utama kayu. Lantainya berupa lantai semen dan atapnya terbuat dari seng.
Sedangkan, dinding-dindingnya polos tanpa hiasan ataupun ukiran. Masijid ini berdenah bujur sangkar.
“Namun saat ini masjid ini tidak lagi berfungsi, masyarakat membangun masjid yang baru persis di sampingnya,” terang Edo, Jumat (24/3).
“Namun saat ini masjid ini tidak lagi berfungsi, masyarakat membangun masjid yang baru persis di sampingnya,” terang Edo, Jumat (24/3).
Diceritakan lebih lanjut, di samping Masjid Gobah terdapat kompleks makam pemimpin Islam di daerah Tiku. Dalam kompleks Gobah tersebut terdapat 3 makam, yaitu makam Syekh Abdullah dengan dua muridnya.
“Ketiga tokoh tersebut merupakan pengembang agama Islam di Nagari Tiku. Murid-murid tersebut berasal dari berbagai daerah di Minangkabau seperti Kamang, Bukittinggi, Sasak, Air Bangih dan sebagainya,” sebutnya.
Dahulunya, komplek Gobah kerap digunakan oleh para pengikut untuk melakukan ziarah sesuai dengan nazar mereka.
Berdasarkan cerita turun-temurun lanjut Edo, merupakan cangkang kerang berukuran besar. Dahulunya, di dalam cangkang ini terdapat air yang tak pernah kering.
Gobah ini merupakan satu paket peninggalan ulama Pariaman yang terdapat di Topah. Topah ini berjarak sekitar 2 KM dari Gobah.
“Dahulu masyarakat meyakini, Gobah ini berbunyi jika akan terjadi bencana. Namun saat ini keyakinan tersebut mulai memudar seiring perkembangan zaman,” katanya.(rel/Bd)