Foto Ulama Minangkabau (Doc.Sari Bundo) |
Pasbana - Indonesia merupakan salah satu negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Seiring dengan berkembangnya Islam di Indonesia, muncullah pulalah berbagai aliran tarekat yang dianut masyarakat lokal, termasuk di daerah Minangkabau.
Tarekat atau suatu kelompok spiritual dalam Islam telah tersebar luas di Sumatera Barat sejak abad ke-18, dan berkembang dengan pesat pada abad ke-19 dan awal abad ke-20. Penyebaran tarekat di Sumatera Barat terutama dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti peran para ulama, perdagangan, dan migrasi.
Kata tarekat ini sendiri berasal dari bahasa Arab al-tharq, jamaknya al-thuruq merupakan isim musytaraq, secara etimologi berarti jalan, tempat lalu atau metode.
Tarekat merupakan suatu organisasi keagamaan kaum sufi sudah banyak lahir dengan corak yang berbeda. Perbedaan-perbedaan tersebut dalam realitasnya mengarah kepada tujuan yang sama, yaitu berada sedekat mungkin dengan Tuhan.'
Seperti yang dikatakan Max Weber dalam teorinya tindakan rasional berorientasi nilai yaitu manusia bertindak dengan memperhitungkan manfaatnya dan tidak memperhitung tujuan yang dicapai.
Menurut Harun Nasution tarikat ialah jalan yang harus ditempuh seorang sufi dalam tujuan berada sedekat mungkin dengan Tuhan. Hamka mengatakan bahwa diantara makhluk dan khaliq itu ada perjalanan hidup yang harus ditempuh. Inilah yang kita katakan tarikat. Mustafa Zahri mengatakan bahwa untuk mencapai tujuan tarikat, perlu mengadakan latihan bathin, riadah dan mujahada (perjuangan kerohanian). Perjuangan seperti itu dinamakan pula Suluk.2
Dalam ilmu Tasawuf arti tarekat ialah jalan untuk melakukan suatu ibadah sesuai dengan ajaran yang dicontohkan oleh Rasullullah dan dikerjakan oleh para sahabat, tabi'in, dan tabi' tabi'in secara turun temurun hingga kepada para ulama yang menyambung sampai masa kini. Tarekat merupakan sebuah organisasi tasawuf dibawah pimpinan seorang Syeikh yang menerapkan ajarannya kepada para murid-muridnya. Ini membuktikan bahwa struktur sosial masyarakat dalam ibadah sudah dilengkapi oleh fungsionalisasi keagamaan.
Firman Allah SWT surat Al-Maidah ayat 35, yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan".
Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa syarat untuk mendapatkan kemenangan ada 4 syarat yaitu: pertama beriman, kedua takut (patuh) kepada Allah, ketiga mencari jalan (wasilah) kepada Allah, keempat bersungguh-sungguh menempuh jalan (tharikat).
Masyarakat harus bertindak apabila ingin mendapatkan nilai atau ketenangan dunia akhirat. Karena masyarakat itu sendiri yang menentukan sesuatu yang bermakna bagi dirinya. Ayat tersebut mengatakan sama halnya apa yang dilakukan oleh pengikut tarekat yaitu mencari jalan kemenangan melalui 4 cara.
Dalam perkembangan tarekat di Indonesia, tarekat terbagi dalam Ritualisasi tujuh aliran, diantaranya adalah: Tarekat Qodiriyah, Tarekat Rafi'iyah, Tarekat Naqsyabandiyah, Tarekat Sammaniyah, Tarekat Khalwatiyah, Tarekat al-Haddad, dan Tarekat Khalidiyah.
Tarekat Naqsyabandiyah
Tarekat Naqsyabandiyah merupakan salah satu tarekat yang paling banyak diikuti di Sumatera Barat. Tarekat ini tersebar di daerah-daerah seperti Padang, Pariaman, Bukittinggi, dan Payakumbuh. Tarekat Naqsyabandiyah masuk ke Sumatera Barat melalui para pedagang yang berasal dari Gujarat, India.
Di Minangkabau, salah satu aliran tarekat yang berpengaruh adalah tarekat Naqsyabandiyah. Jemaah dari taerkat naqsyabandiyah ini dapat ditemukan di Nagari Talang Anau Kecamatan Gunuang Omeh Kabupaten Lima Puluh Kota. Jemaah naqsyabandiyah Nagari Talang Anau tersebut melakukan sebuah ritualisasi keagamaan yang diberi nama basuluak yang dilakukan di Nagari Pandam Gadang, yang dipimpin oleh seorang Guru yang bernama Syeikh Tengku Abdurrahman.
Basuluak merupakan sebuah ritual untuk menuju tahapan-tahapan berikutnya dalam sebuah ajaran tarekat yang dilakukan dengan cara berkhalawat atau menyepi selama minimal 10 hari atau 20 hari atau 40 hari. Ritualnya itu antara lain mandi taubat, berpuasa,berdzikir dan mengikuti tawajuhan dengan bacaan yang ditentukan oleh mursyid kepada muridnya pada saat ia melakukan baiat.
Suluak dilakukan setiap bulan Ramadhan di surau-surau ulama. Satu bulan penuh kegiatan suluak itu berjalan di surau dengan berbagai ritual ibadahnya. Dimana seluruh pesertanya tidur di surau dan memasak bersama. Pada umumnya banyak diikuti oleh lansia, sehingga surau pada saat itu hampir sama dengan panti jompo.
Menurut beberapa jemaah naqsyabandiyah di Surau Syaikh Tengku Abdurrahman Pandam Gadang, Kecamatan Gunuang Omeh, Kabupaten Lima Puluh Kota, terdapat informasi bahwa tradisi ibadah tarekat Naqsabandiyah di Surau ini diikuti oleh sebagian dari masyarakat setempat, dan ada juga penganutnya yang berasal dari luar daerah seperti Padang, Pekanbaru, Malaysia dan Brunai Darussalam.
Tarekat Qadiriyyah juga tersebar di Sumatera Barat, terutama di daerah-daerah seperti Padang, Bukittinggi, dan Payakumbuh. Tarekat ini masuk ke Sumatera Barat melalui para pedagang yang berasal dari Arab dan India.
Tarekat Syattariyah Tarekat Syattariyah juga tersebar di Sumatera Barat, terutama di daerah-daerah seperti Padang, Bukittinggi, dan Payakumbuh. Tarekat ini masuk ke Sumatera Barat melalui para pedagang yang berasal dari India.
Tarekat Khalwatiyah
Tarekat Khalwatiyah juga tersebar di Sumatera Barat, terutama di daerah-daerah seperti Padang, Bukittinggi, dan Payakumbuh. Tarekat ini masuk ke Sumatera Barat melalui para pedagang yang berasal dari Arab.
Selain itu, terdapat juga beberapa tarekat lain yang tersebar di Sumatera Barat, seperti tarekat Rifaiyah, tarekat Shiddiqiyah, dan tarekat Tijaniyah.
Penyebaran tarekat di Sumatera Barat sangat dipengaruhi oleh peran para ulama dan para pedagang. Para ulama memainkan peran penting dalam menyebarkan tarekat melalui pengajaran dan dakwah mereka. Sedangkan para pedagang, terutama yang berasal dari India, Arab, dan Gujarat, juga membawa ajaran-ajaran tarekat ke Sumatera Barat melalui perdagangan dan migrasi mereka.
Berikut beberapa tokoh tarekat yang terkenal di Sumatera Barat:
Berikut beberapa tokoh tarekat yang terkenal di Sumatera Barat:
Syekh Burhanuddin Ulakan
Syekh Burhanuddin Ulakan merupakan ulama yang berasal dari Ulakan, Padang. Ia dikenal sebagai pendiri tarekat Naqsyabandiyah di Sumatera Barat pada abad ke-18. Syekh Burhanuddin Ulakan juga dikenal sebagai ulama yang memiliki pemahaman yang luas dalam berbagai bidang ilmu agama.
Syekh Abdul Qadir Jailani
Syekh Abdul Qadir Jailani adalah pendiri tarekat Qadiriyyah yang berasal dari Persia pada abad ke-12. Meskipun ia tidak berasal dari Sumatera Barat, namun pengaruh tarekat Qadiriyyah sangat kuat di daerah tersebut, terutama dalam bidang tasawuf.
Syekh Ahmad Khatib Sambas
Syekh Ahmad Khatib Sambas merupakan ulama dan tokoh tarekat yang berasal dari Sambas, Kalimantan Barat. Ia dikenal sebagai pendiri tarekat Syattariyah di Sumatera Barat pada abad ke-19. Syekh Ahmad Khatib Sambas juga dikenal sebagai seorang ulama yang memiliki keahlian dalam bidang fiqh.
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari adalah ulama dan tokoh tarekat yang berasal dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Ia dikenal sebagai pendiri tarekat Banjariyah, yang kemudian tersebar di seluruh Nusantara, termasuk di Sumatera Barat. Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari juga dikenal sebagai seorang ulama yang sangat menghargai keberagaman dan kerukunan antarumat beragama.
Syekh Abdul Wahid Hasibuan
Syekh Abdul Wahid Hasibuan adalah ulama dan tokoh tarekat yang berasal dari Padang, Sumatera Barat. Ia dikenal sebagai seorang ulama yang aktif dalam mengajar dan menyebarkan ajaran tarekat Naqsyabandiyah. Syekh Abdul Wahid Hasibuan juga dikenal sebagai tokoh yang berperan dalam mendirikan Pondok Pesantren Al-Falah di Bukittinggi, Sumatera Barat.
Jumlah pasti mengenai jumlah pengikut tarekat di Sumatera Barat pada saat ini. Namun, dapat dikatakan bahwa tarekat telah menjadi bagian yang integral dari kehidupan agama dan sosial di Sumatera Barat selama beberapa abad terakhir. Karena banyak tarekat yang tersebar di daerah tersebut dan memiliki banyak pengikut, sulit untuk menentukan jumlah pasti pengikut tarekat di Sumatera Barat.
Selain itu, jumlah pengikut tarekat juga dapat berubah dari waktu ke waktu, tergantung pada banyak faktor, termasuk peran para ulama dan kepemimpinan tarekat, kondisi sosial dan politik, dan dinamika masyarakat setempat. Makin Tahu Indonesia (Budi)