AGAM, PASBANA - Festival Rakik-Rakik merupakan sebuah tradisi unik yang ada di Kabupaten Agam yang digagas oleh anak Nagari Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya. Festival tahunan ini digelar setiap malam pertama lebaran Idul Fitri yang bertepatan pada 1 Syawal.
Rakik-rakik atau dalam bahasa Indonesia disebut perahu rakit, yaitu perahu yang dirakit dari bambu. Kemudian perahu rakit ini dihias dengan berbagai ornamen dan lampu hias.
Wakil Bupati Agam Irwan Fikri menyebut, bahwa festival yang sudah berusia ratusan tahun ini memiliki makna tersendiri dalam penyelanggaraannya yakni semangat gotong royong oleh anak nagari setempat. Apalagi untuk pembuatan sebuah rakik-rakik membutuhkan dana hingga belasan juta rupiah.
"Saya melihat dari sisi luar pariwisata, bahwa acara ini memiliki nilai dan makna yang sangat besar yaitu semangat gotong royong. Dimana untuk pembuatan sebuah rakik-rakik membutuhkan biaya yang cukup besar bahkan mencapai angka Rp 15-20 juta untuk satu rakik- rakik," kata Irwan Fikri kepada wartawan, saat menyaksikan Festival Rakik-Rakik di Maninjau, Minggu (23/4) dinihari.
Rakik hias ini mewarnai Danau Maninjau dengan indahnya. Hal ini seperti terlihat di Jorong Sigiran, Nagari Tanjuang Sani, Kabupaten Agam pada malam itu.
Rakik hias yang dikemas dalam sebuah festival ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Danau Maninjau saat libur Lebaran.
Dan pada tahun ini ada enam rakik turun ke Danau Maninjau, dengan berbagai bentuk yang dibuat sebagus mungkin. Pembuatan rakik ini tidaklah sebentar, membutuhkan waktu cukup lama, bisa sampai sebulan bahkan lebih.
Salah satu hiasan rakik didekorasi seperti rumah gadang, jam gadang dan ornamen lainnya. Kemudian rakik juga ada meriam bambu, yang dibunyikan di tengah danau.
Rakik-rakik ini menyerupai perahu rakit yang dihias dengan beberapa ornamen bangunan seperti rumah gadang, masjid, dan Taj Mahal. Lampu obor dan LED yang terpasang pada ornamen tersebut turut menambah daya tarik ornamen rakik-rakik.
Setiap jorong yang ada di Nagari Maninjau wajib mengirimkan utusan rakik-rakik untuk ditampilkan pada festival Rakik-rakik. Pembuatan rakik-rakik itu didekorasi sekreatif mungkin dengan berbagai bentuk ornamen untuk menarik perhatian masyarakat.
Ada semangat gotong royong yang diperlihatkan anak nagari sejak awal mula pembuatan rakik-rakik, mulai dari mencari bambu ke hutan, menghimpun dana, sampai mendekorasi rakik-rakik dengan berbagai ornamen.
Kegiatan yang sudah membudaya bagi masyarakat wilayah Salingka Danau Maninjau, pada Lebaran tahun ini dibuka oleh Wakil Bupati Agam, Irwan Fikri Dt Parpatiah.
Irwan Fikri berharap tradisi ini harus senantiasa dijaga dan dilestarikan serta diwariskan, karena memiliki nilai dan makna yang terkandung didalamnya.
Pemerintah Kabupaten Agam juga turut memberikan dukungan dalam penyelenggaraan event rakik-rakik di Danau Maninjau. Tahun ini, pemkab mengganggarkan dana untuk hadiah acara rakik-rakik yang digelar di Nagari Maninjau dan Nagari Tanjung Sani.
"Kita berharap tradisi ini harus senantiasa dijaga dan dilestarikan serta diwariskan, karena memiliki nilai dan makna yang terkandung didalamnya," katanya.
Walinagari Maninjau, Alfian menambahkan, event Rakik-rakik merupakan agenda rutin yang digelar setiap tahunnya saat momen lebaran dengan tujuan menghibur masyarakat dan perantau yang pulang ke kampung halaman,
"Event rakik-rakik ini sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Maninjau yang rutin dilaksanakan saat lebaran Idul Fitri," ujarnya.
Ribuan masyarakat selingkar Danau Maninjau dan pengunjung dari luar kota tumpah riah menyaksikan sajian Festival Rakik Hias ini.
Kedepan festival ini agar dikonsep dengan religi. Tentu harapannya Pemkab Agam dapat mendukung seperti pembuatan dermaga khusus. (Budi)