Padang,pasbana — Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia. Dari waktu ke waktu seiring dengan bertambahnya populasi manusia dan aktifitas mereka membuat volume sampah bertambah sehingga menjadi masalah bukan hanya bagi pemerintah tetapi juga masyarakat itu sendiri .
Permasalahan diatas juga dialami oleh Kota Padang. Padang merupakan kota terbesar di Sumatera Barat dengan jumlah penduduk terbanyak juga menghadapi masalah persampahan. Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang, timbulan sampah yang terdapat di Kota Padang sebanyak mencapai 641 ton per harinya, masih menyisakan sampah yang tidak terkelola sebesar 62,8 ton atau 14 persennya, banyak ditemukan di muara sungai, bantaran pesisir pantai, serta ditempat-tempat yang dijadikan penumpukan sampah liar.
Sedangkan berdasarkan data jumlah timbulan sampah Provinsi Sumatera Barat tahun 2020 mencapai 999.419 ton dengan jumlah sampah terbanyak dihasilkan oleh Kota Padang yakni 237.926 ton. Menurut Dinas Lingkungan Hidup pada tahun 2020 penduduk kota Padang mencapai satu juta jiwa dengan indeks rata-rata perorangnya menghasilkan 0,5 Kg sampah perhari, maka setiap harinya akan ada 500 ton sampah dengan luas tempat pembuangan akhir (TPA) di Air Dingin sekitar 16 hektar.
Maka diperkirakan 8-10 tahun kedepan tidak akan sanggup lagi menampung sampah dari setiap rumah tangga. Melihat dari permasalahan tersebut, masyarakat di Pasir Nan Tigo berusaha untuk mencai solusi agar bisa keluar dari masalah samapah ini.
Pasir Nan Tigo sendiri merupakan salah satu kelurahan yang terletak dalam wilayah Kecamatan Koto Tangah Kota Padang memiliki luas wilayah ± 14,57 km2, dengan jumlah penduduk sebesar 9.450 jiwa, terdiri dari 4.803 laki-laki dan 4.647 jiwa perempuan, dan kepadatan penduduk sebesar 648 per km2
Sebagian besar penduduk di Kelurahan Pasir Nan Tigo bermata pencarian sebagai nelayan yaitu mencapai 60%, yakni sebanyak 1.984 orang sebagai nelayan penuh dan 123 orang nelayan sambilan.
Salah satu karakterisktik kawasan pesisir adalah banyaknya sampah kiriman dari wilayah daratan, sungai atau selokan yang bermuara ke pesisir. Selain itu sampah juga dihasilkan oleh masyarakat yang melakukan aktivitas atau tinggal di kawasan pesisir pantai Pasia Nan Tigo.
Ada destinasi pantai yang sering dikunjungi masyarakat dari berbagai tempat yaitu Pantai Pasir Jambak, pantai ini merupakan daerah pesisir yang terletak di Kelurahan Pasia Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah, memiliki hamparan pasir putih yang luas dan landai dengan pemandangan alam yang dihiasi pohon kelapa dan pohon pinus .
Dilihat dari potensi yang dimilikinya, Pantai Pasir Jambak memiliki keindahan pantai terutama sunsetnya yang indah disore hari. Pantai Pasir Jambak juga dijadikan salah satu daerah tujuan wisata bagi wisatawan domestik. Disepanjang pantai banyak didirikan pondok-pondok tempat pengunjung duduk menikmati suasana pantai. Ditambah lagi didaerah ini juga terdapat Jambak Sea Turtle Camp, yakni suatu bangunan yang dibuat menjadi tempat edukasi dan konservasi penyu.
Sebelumnya, masyarakat di Kelurahan Pasia Nan Tigo belum mengetahui cara pengelolaan sampah. Hal ini terlihat dari kondisi kebersihan pantai yang sangat miris. Banyak sampah yang berserakan, tidak hanya di pinggir pantai, juga di belakang warung-warung yang terdapat di lokasi ini.
Sampah ini merupakan sampah yang ditinggalkan oleh pengunjung yang berwisata ke pantai atau sampah organik yang berasal dari daun-daun pohon yang jatuh serta limbah dari kelapa muda yang di jual di lokasi ini.
Selain itu sampah juga berasal dari sampah kiriman dari hulu yang berakhir di muara sungai dan dihempaskan oleh ombak ke pantai. Biasanya masyarakat akan mengumpulkan sampah-sampah tersebut di suatu tempat dan kemudian membakarnya.
Namun seiring waktu, masyarakat Kelurahan Pasia Nan Tigo mampu mendapatkan solusi cerdas dalam penanganan sampah ini. Tidak hanya mampu mengurangi volume sampah, namun juga mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah dari Bank Sampah yang didirikan.
Dan pada Senin (29/5/2023). Pemerintah Kota Padang meresmikan ‘Galeri Bank Sampah Pasie Nan Tigo’. Saat peresmian itu, Kelompok Bank Sampah Unit Pasie Nan Tigo, Kecamatan Koto Tangah sekaligus menerima bantuan senilai Rp200 juta dari PLN Sumatera Barat.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang, Mairizon menyampaikan bahwa sampah memang menjadi persoalan yang tak hanya dirasakan di Kota Padang.
“Kota Padang memiliki 900 ribu lebih jiwa. Secara teoritis, menghasilkan sampah dalam sehari sebanyak 640 ton,” kata Mairizon.
Tak hanya di Kota Padang, persoalan ini juga dialami oleh kota lainnya di Indonesia. Mairizon juga menyampaikan, jika dipakai indeks 0,7 per manusia dengan jumlah penduduk sebanyak itu, maka sampah yang sampai di TPA Air Dingin di antara 450-550 ton perharinya.
“Berdasarkan hasil itu, ada selisih sampah yang tidak sampai. Asumsinya ada dua, positifnya seperti yang dikerjakan Bank Sampah Pasie Nan Tigo, negatifnya dibuang ke mana-mana,” tambahnya.
Dikatakan Mairizon, jika sampah dibuang ke sungai, tentu hal itu berdampak buruk bagi lingkungan. Berdampak buruk bagi laut, pinggiran laut dan pantai yang menjadi berbau serta tidak enak dipandang.
“Andaikan semua orang mengerti bahwa sampah ini jika diolah bisa menjadi 'emas'. Seperti yang dilakukan di sini (Bank Sampah Pasie Nan Tigo),” lanjutnya.
Mairizon juga mengapresiasi hal positif yang dilakukan Bank Sampah Pasie Nan Tigo. Tak hanya mengurangi sampah, namun juga menghasilkan rupiah.
“Kami berterima kasih kepada PLN yang sudah memberi bantuan sebesar Rp 200 juta. Bukan yang pertama, namun yang ketiga kalinya. Kepada pengelola, jagalah aset yang sudah difasilitasi ini. Semangatlah agar sampah tidak menjadi momok bagi masyarakat,” tuturnya.(bd)