MEDAN, pasbana- Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) secara tepat penting dilakukan terutama 1000 hari pertama kehidupan. Namun faktanya hanya sedikit anak yang diberikan makan dengan tepat.
Secara global diperkirakan hanya 41% bayi yang mendapat ASI ekslusif selama 6 bulan dan 51% menerima frekuensi makan dan minum yang dibutuhkan.
Hal tersebut dijelaskan Ketua Tim Pengabdian Masyarakat dari Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua, Ns. Reisy Tane, M.Kep., Sp.Kep. An, didampingi anggota Ns. Zuliawati, M.Kep dan Novrika Silalahi, M.Stat, via whatsAppnya, Selasa (19/09) malam.
Menurut Reisy Tane putri terbaik asal Kota Payakumbuh ini, kesalahan dalam pemberian MPASI dapat memberikan dampak terhadap kesehatan anak. Masalah kurang gizi akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat banyak dialami oleh anak-anak di negara berkembang.
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) ditemukan terjadi penurunan prevalensi stunting dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di 2022. Namun, angka tersebut masih jauh dari target 2024 yaitu sekitar 14%. Negara berpenghasilan rendah dan menengah menyumbang sekitar 65% anak stunting dan 73% anak kurang gizi .
Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting pada balita yaitu dengan menerapkan Renponsive Feeding atau praktik pemberian makan responsif.
Praktik pemberian makan secara responsif yang dilakukan oleh ibu dapat membuat penerimaan makan pada anak menjadi lebih baik. Untuk mendukung praktik pemberian makan yang responsif maka tim pengabdi membentuk peer support grup ibu, dimana ibu yang memiliki pengetahuan tentang responsif feeding memberikan dukungan pada ibu lain terkait pemberian makan tentang responsif feeding.
Perilaku pengasuhan yang responsif mengacu pada pengamatan dan menanggapi isyarat yang dimunculkan anak.
Oleh karena itu Tim melakukan kegiatan pengabdian masyarakat di dukung oleh hibah pengabdian Masyarakat skema Pemberdayaan Masyarakat Pemula (PMP) Direktorat Jendral Vokasi tahun 2023 dimana
Langkah pengabdian Masyarakat yang dilakukan di Puskesmas Tebing Syahbandar antara lain (1) Penyuluhan tentang Responsiv Feeding; (2) Membentuk kelompok ibu atau support grup; (3) Melakukan follow up dengan online checklist responsive feeding tentang praktik pemberian MPASI. Langkah ini dilakukan untuk mencegah terjadinya stunting pada anak balita di wilayah Puskesmas Tebing Syahbandar.
Ketua tim pengabdian masyarakat dari spesialis Keperawatan Anak di Fakultas Ilmu Keperawatan Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua, Ns. Reisy Tane, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kep.An mengatakan bahwa, pemberian makan yang responsif dapat meningkatkan keterikatan antara orang tua dan anak dan sangat berkaitan erat dengan preferensi makan dan status kenaikan berat badan dan bertujuan untuk mencegah stunting pada Balita.
Kegiatan pengabdian masyarakat di dukung oleh hibah pengabdian masyarakat Direktorat Pendidikan Vokasi tahun 2023.
Pelaksanaan pengabdian masyarakat di Puskesmas Syahbadar ini memberikan manfaat yang sangat luar biasa terhadap orang tua yang tinggal di sekitar puskesmas tersebut, terutama dalam praktik pemberian makan yang responsif dapat meningkatkan keterikatan antara orang tua dan anak dan sangat berkaitan erat dengan preferensi makan dan status kenaikan berat badan.
Selain itu, pemberian makan secara responsif memberikan kesempatan kepada orang tua untuk memperkenalkan variasi makanan bergizi dalam lingkungan yang tenang ketika anak lapar dan dapat menentukan berapa banyak makanan yang harus dimakan. (BD)