Notification

×

Iklan

Iklan

Cerita Diandra Karenina, Awardee IISMA di Yale University USA

20 Oktober 2023 | 10:19 WIB Last Updated 2023-10-20T03:19:39Z
               
Karin di depan Yale University 
(Sumber : Dokumentasi Karin)



Ditulis oleh: Syafira Luthfiana, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

                                                                  Pasbana -IISMA atau Indonesian International Student Mobility Awards menjadi salah satu program Kampus Merdeka yang diminati oleh mahasiswa dan Amerika menjadi negara yang diminati dalam program ini termasuk bagi Diandra Karenina. Karin, panggilan akrabnya, adalah mahasiswi Institut Teknologi Bandung jurusan Sains dan Teknologi Farmasi yang berhasil lolos seleksi IISMA 2023 di Yale University dan telah menuntaskan summer session-nya di Yale University selama 2,5 bulan terhitung dari akhir Mei hingga awal Agustus. 

IISMA menjadi program pilihan Karin, karena IISMA sesuai dengan rencana yang telah disusun. "Meskipun ada program lain, aku milih IISMA soalnya sesuai sama pelajaran-pelajaran yang aku pengenin dan negara-negara yang pengen aku kunjungi," jelasnya saat ditanya motivasinya mengikuti program IISMA. 

Yale University telah berdiri sejak tahun 1701 dan masuk jajaran universitas bergengsi di dunia, tentunya memiliki banyak sekali keunggulan dari segi tenaga pendidik, fasilitas dan kurikulumnya, sehingga universitas tersebut menjadi incaran bagi calon mahasiswa ataupun mahasiswa  yang melakukan pertukaran. Karin memilih Yale University sebagai universitas tujuannya karena beberapa alasan yang  penting, "Aku mau ambil mata kuliah yang ada hubungannya sama jurusan aku di farmasi dan mata kuliah di luar farmasi yang aku suka, kebetulan Yale bisa menawarkan dua hal itu ke aku," ungkap Karin dalam sesi wawancaranya. 

Alasan lain yang menjadi pertimbangannya memilih Yale adalah tentang periode belajarnya yang cukup singkat, "Academic period di Yale ini bertepatan dengan waktu libur aku di ITB, jadi kalau aku ambil di Yale aku ga perlu mengulang satu semester lagi." 


Karin di depan Yale University 
(Sumber : Dokumentasi Karin)


Sistem pendidikan Amerika yang menjadi salah satu yang terbaik di dunia juga menjadi alasan Karin memilih Amerika menjadi destinasinya. Pemerintah Amerika yang telah mengatur sistem pendidikannya dengan baik dan memikirkan kesejahteraan para tenaga didik di negaranya dengan menggelontorkan dana $500 triliun bagi sektor pendidikan setiap tahunnya. Dengan dana sebesar itu, tentu saja pengembangan kurikulum, fasilitas, dan kesejahteraan tenaga pendidik sangat diperhatikan. Adanya universitas bergengsi seperti Harvard University, Yale University, Columbia University dan universitas terbaik lainnya menjadi bukti bahwa sistem pendidikan Amerika telah maju dan berkembang dari masa ke masa.

Azmil mahasiswa program PMM 3 berujar, ‘’Dilihat dari banyaknya universitas kelas dunia yang ada di Amerika tidak heran jika sistem pendidikan di Amerika Serikat menjadi salah satu yang terbaik di dunia.’’

Karin juga mengungkapkan hal menarik yang dia dapatkan saat belajar di Yale, ialah bagaimana tenaga pengajar disana mendorong mahasiswa nyamahasiswannya untuk berani menyampaikan opini mereka. Celine mahasiswa LPDP Harvard University dalam vlognya mengatakan, ‘’Apapun yang mahasiswanya sampaikan dosen akan menghargai hal itu dan disana aku merasa pendapatku itu didengar, jadi sekecil apapun kontribusi ku itu ternyata berharga.’’


Karin memperingati hari batik di Yale University 
(Sumber : Dokumentasi Karin) 


Yale University yang menjadi universitas tertua ke-3 di Amerika ini telah berkembang sedemikian rupa, tidak hanya dari segi akademis. Yale University juga mengembangkan fasilitas mereka agar dapat memberikan yang terbaik bagi para mahasiswanya. Yale Poorvu Center adalah salah satu fasilitas yang disediakan pihak universitas secara gratis untuk  mahasiswanya. ‘’Di Yale Poorvu Center akan ada staf yang membantu dan membimbing kita kalau kita butuh proofread esai atau laporan. Bahkan kalau kita masih bingung mau nulis apa buat esai, kita bisa minta tolong ke staf yang ada disitu dan itu gratis buat mahasiswa-mahasiswanya, " ungkap  Karin.

Selain adanya Poorvu Center, sistem office hours yang diterapkan oleh Yale University ini juga menjadi suatu hal yang menguntungkan bagi mahasiswa. Office hours ada dengan tujuan untuk memberikan kesempatan dan dorongan bagi mahasiswa untuk berkonsultasi atau bertanya diluar jam kuliah. Dosen dan asisten dosen akan dengan senang hati menanggapi mahasiswa yang bertanya pada mereka di office hours ini. "Di Yale ada yang namanya office hours, jadi dosen sama asdosnya tuh punya office hours yang emang kita di-encourage buat dateng dan nanya-nanya tentang hal yang pas dikelas kita masih bingung,’’ jelas Karin saat menyinggung office hours yang berlaku di Yale University. 

Mengikuti pertukaran pelajar apalagi ke luar negeri yang memiliki budaya dan bahasa yang berbeda dengan Indonesia, tentunya memiliki hambatan dan tantangannya tersendiri. Dalam wawancaranya Karin mengungkapkan bahwa hambatan besar yang dia rasakan selama mengikuti summer session di Yale University dan tinggal di Amerika adalah dirinya sendiri, "Aku tuh takut salah dan aku ga kebiasa buat public speaking, sementara kalau di Amerika mereka kayak mendorong orang-orangnya buat ngomong opini dan pendapat mereka, dan aku ga kebiasa berada di lingkungan seperti itu." 

Namun, dengan hambatan yang dirasakan, tentu tidak menjadi alasan Karin untuk tidak menghadapi jalan yang telah dia pilih. Karin berhasil mengatasi hambatan yang dirinya rasakan dengan memupuk rasa percaya diri dan menanam mindset, ‘’Gapapa salah, yang penting sudah mencoba.’’ (*) 

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update