Oleh: Haaniyah Ulayya
Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya - Universitas Andalas
Pasbana -- “Saya melihat novel ini di media sosial tentunya, saya ingat saat itu banyak orang di beranda TikTok saya yang saat itu benar-benar heboh dengan novel ini. Dan ketika saya mengetahui penulis novel ini adalah Colleen Hoover, hal itu membuat saya semakin penasaran dan bersemangat untuk membaca novel ini. Saya bertanya-tanya, apa alasan yang membuat novel ini begitu menarik? Selain itu, rata-rata teman saya yang menyukai sastra terutama novel, juga membaca novel yang menurut saya luar biasa ini.” ungkap Aurellia Salsabilla (18), Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.
Aurellia menyatakan responnya mengenai betapa cepatnya novel It Ends With Us ini menyebar di kalangan publik.
Aurel menuturkan, novel ini pantas mendapat banyak sensasi dari berbagai platform media sosial, mulai dari Facebook, Instagram, Tiktok, hingga Twitter. Ia menyatakan bahwa tema yang dikemas dalam novel ini bukan sembarang tema. Menurutnya, belum pernah ada novel bertema hubungan beracun yang memiliki banyak penggemar.
Novel It Ends With Us mendapat perhatian melalui tagar #BookTok di media sosial TikTok pada tahun 2021. BookTok merupakan tren TikTok yang menjadikan membaca buku sebagai niche yang populer. Penggemar sastra terus-menerus membagikan novel dan rekomendasi favorit mereka, dan penulis asal Texas Colleen Hoover, yakni penulis novel ini, namanya ada di mana-mana.
Kejadian ini turut mempengaruhi bagaimana novel ini sampai ke kalangan pelajar sehingga banyak orang yang memperhatikan dan mengambil tindakan untuk segera membuktikan keindahan buku sastra ini.
Tema unik dan tidak biasa yang diangkat Colleen Hoover sebagai tema novelnya ini, “Toxic Relationship”.
Maksud dari “Toxic Relationship” disini adalah hubungan tidak sehat sehingga membuat individu yang terlibat di dalamnya merasa tidak bahagia, direndahkan, mengalami ketidakadilan, selalu menjadi sasaran amarah yang berakhir pada kekerasan verbal, psikologis maupun fisik.
Umumnya novel roman bercerita tentang hubungan antara tokoh perempuan dan tokoh laki-laki yang pasti akan berakhir bersama, menikah, mempunyai banyak anak, dan hidup bahagia selamanya. Berbeda dengan novel ini, novel It Ends With Us bercerita tentang sisi lain dari sebuah hubungan yang mengandung kekerasan dalam rumah tangga dan situasi hubungan yang menyiksa.
Uniknya, novel It Ends with Us terinspirasi dari cerita langsung dari ayah dan ibu penulis novel ini dan juga merupakan buku tersulit yang pernah penulis tulis.
Karena tema yang dijadikan acuan novel It Ends With Us ini merupakan tema unik yang bisa dibilang langka, tentunya mendapat banyak komentar dan pendapat berbeda dari para penggemar dan pembaca. Hal inilah yang dialami beberapa mahasiswa Universitas Andalas yang membaca novel Berakhir Bersama Kita.
Perbedaan pendapat yang mereka miliki tentu bukan sekedar pendapat asal-asalan yang tidak ada alasannya.
“Menurut saya ceritanya tidak masuk akal, mulai dari bagaimana semua karakternya benar-benar sukses, lalu dengan genre hubungan yang tidak sehat yang pasti mempengaruhi mental dan fisik Lily di novel ini, namun Hoover tidak menjelaskan secara detail bagaimana dampaknya terhadap perempuan.” Papar Arief Faturahman (18), seorang Mahasiswa Teknik Lingungan Universitas Andalas mengenai bagaimana tema ini kurang bagus untuk dapat dinikmati penikmat sastra.
Menurut Arief, novel ini memiliki kharisma yang kurang karena temanya sendiri. Karena menurutnya, hubungan yang tiidak sehat jika diangkat menjadi tema dalam sebuah novel akan menimbulkan berbagai perspektif dari beberapa pihak dan akan menimbulkan peranyaan yang lebih jauh terlebih lagi terhadap tokoh wanitanya.
Novel It Ends With Us berisi cerita dimana beberapa adegan mungkin menjadi pemicu bagi sejumlah orang yang memiliki trauma tertentu. Pasalnya cerita dalam novel ini mengandung kekerasan fisik dan juga kekerasan seksual. Dengan tema sensitif yang diangkat oleh Colleen Hoover dalam novel ini, selain banyaknya orang yang menyukai novel ini, tentunya juga terdapat berbagai tanggapan yang berbeda-beda mengenai cerita yang disampaikan dalam novel ini.
Seorang siswa mengatakan bahwa novel It Ends With Us sama dengan novel romantis lainnya meskipun memiliki tema cerita yang tidak biasa. Siswa ini merasa setelah ia menyelesaikan novel It Ends With Us, ia merasa ketenaran yang didapat saat buku ini diterbitkan tidak setara dengan apa yang disajikan di novel tersebut.
“Sebenarnya menurutku itu tidak layak untuk dihebohkan, maafkan aku. Namun menurut saya kedalamannya kurang seperti yang ingin saya lihat dalam novel ini. Saya hanya merasa belum terlalu mengenal karakternya. Apalagi untuk chemistry antara lily dan atlas, aku kurang begitu merasakannya.” Naura Akhwatunissa, 18, Mahasiswi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Andalas.
Pendapat tersebut tentunya dapat diterima oleh orang lain, alasan kedua pendapat diatas cukup beralasan, apalagi berkaitan dengan tema yang diangkat, juga dapat dikatakan cukup sensitif dan hal ini berarti novel ini tidak dapat dibaca oleh semua umur.
Namun dari banyaknya penggemar dan dukungan baik yang diterima oleh novel trending ini, tidak dapat dipungkiri ada juga yang merasa bahwa novel ini memiliki cerita biasa saja dengan tema dan jalan ceritanya.
Banyaknya peminat novel ini membuat novel karya Colleen Hoover ini, meski mengusung tema yang tidak biasa, namun diyakini mampu membawa atau mengajak dan secara tidak langsung mensosialisasikan perempuan-perempuan di luar sana yang terjebak dalam situasi yang sama dengan Lily di cerita dalam novel ini. (*)
Padang, 4 October 2023