Notification

×

Iklan

Iklan

Kato Nan Ampek: Adab dan Etika Komunikasi di Minangkabau

24 Desember 2023 | 18:22 WIB Last Updated 2023-12-28T01:20:20Z


Pasbana - Kato Nan Ampek adalah salah satu bagian penting dari budaya Minangkabau. Istilah ini mengacu pada empat jenis tutur kata yang harus digunakan dalam berkomunikasi dengan orang lain, sesuai dengan hubungan sosial yang ada.

Kato Mandaki

Kato Mandaki adalah tutur kata yang digunakan untuk berbicara dengan orang yang lebih tua atau memiliki status sosial yang lebih tinggi, seperti orang tua, guru, atau pemimpin. Dalam Kato Mandaki, penutur harus menggunakan bahasa yang sopan dan santun, serta menunjukkan rasa hormat kepada lawan bicaranya.

Beberapa contoh penggunaan Kato Mandaki dalam percakapan sehari-hari antara lain:
  • Anak kepada orang tua: "Ayah, bolehkah saya meminta uang?"
  • Murid kepada guru: "Bu guru, bagaimana cara mengerjakan soal ini?"
  • Karyawan kepada atasan: "Pak, apakah ada pekerjaan yang bisa saya bantu?"

Kato Manurun

Kato Manurun adalah tutur kata yang digunakan untuk berbicara dengan orang yang lebih muda atau memiliki status sosial yang lebih rendah, seperti anak, murid, atau bawahan. Dalam Kato Manurun, penutur harus menggunakan bahasa yang lembut dan penuh perhatian, serta menunjukkan rasa kasih sayang kepada lawan bicaranya.

Beberapa contoh penggunaan Kato Manurun dalam percakapan sehari-hari antara lain:
  • Orang tua kepada anak: "Anakku, makanlah yang banyak."
  • Guru kepada murid: "Jangan lupa belajar ya, Nak."
  • Atasan kepada karyawan: "Kerja yang baik, Nak."

Kato Mandata

Kato Mandata adalah tutur kata yang digunakan untuk berbicara dengan orang yang sejajar dengan penutur, baik dari segi usia, status sosial, maupun hubungan kekerabatan. 
Dalam Kato Mandata, penutur harus menggunakan bahasa yang netral dan santun, serta menunjukkan rasa kesetaraan kepada lawan bicaranya.
Beberapa contoh penggunaan Kato Mandata dalam percakapan sehari-hari antara lain:
  • Saudara kepada saudara: "Bagaimana kabarmu?"
  • Teman kepada teman: "Bolehkah saya meminjam pulpenmu?"
  • Pasangan suami istri: "Apa yang ingin kau lakukan?"

Kato Malereang

Kato Malereang adalah tutur kata yang digunakan untuk berbicara dengan orang yang lebih muda atau memiliki status sosial yang lebih rendah, tetapi dengan tujuan untuk menegur atau memperingatkan. Dalam Kato Malereang, penutur harus menggunakan bahasa yang tegas dan keras, tetapi tetap sopan dan santun.

Beberapa contoh penggunaan Kato Malereang dalam percakapan sehari-hari antara lain:
  • Orang tua kepada anak: "Jangan nakal lagi, Nak!"
  • Guru kepada murid: "Jangan berbicara keras di dalam kelas!"
  • Atasan kepada karyawan: "Bekerjalah lebih giat!"

Penggunaan Kato Nan Ampek Saat Ini
Penggunaan Kato Nan Ampek di Minangkabau saat ini telah mengalami perubahan. Kato Mandaki, Kato Manurun, dan Kato Mandata masih banyak digunakan dalam percakapan sehari-hari, terutama dalam hubungan keluarga dan kekerabatan. Namun, penggunaan Kato Malereang semakin jarang ditemukan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan perubahan penggunaan Kato Nan Ampek. Salah satu faktornya adalah pengaruh globalisasi dan modernisasi. Masuknya budaya asing dan perubahan gaya hidup masyarakat telah menyebabkan semakin lunturnya nilai-nilai tradisional, termasuk nilai-nilai kesopanan dan kesantunan dalam bertutur kata.
Faktor lain yang menyebabkan perubahan penggunaan Kato Nan Ampek adalah urbanisasi. Migrasi penduduk dari desa ke kota telah menyebabkan semakin heterogennya masyarakat Minangkabau. Hal ini membuat masyarakat Minangkabau di kota lebih terbuka terhadap budaya asing dan gaya hidup yang lebih modern.
Meskipun penggunaan Kato Nan Ampek telah mengalami perubahan, namun nilai-nilai yang terkandung di dalamnya masih tetap penting. Kato Nan Ampek mengajarkan kita untuk menghormati orang lain, baik yang lebih tua, lebih muda, maupun yang sejajar dengan kita.
Kato Nan Ampek juga mengajarkan kita untuk menggunakan bahasa yang santun dan sopan dalam berkomunikasi.
Untuk menjaga kelestarian Kato Nan Ampek, diperlukan upaya dari berbagai pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun lembaga pendidikan.
Pemerintah dapat berperan dalam mempromosikan Kato Nan Ampek melalui berbagai program dan kegiatan. Masyarakat dapat berperan dalam melestarikan Kato Nan Ampek dengan menggunakan bahasa yang santun dan sopan dalam berkomunikasi, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam berbagai kegiatan formal. 
Lembaga pendidikan dapat berperan dalam mengajarkan Kato Nan Ampek kepada generasi muda. 
Dengan upaya-upaya tersebut, diharapkan Kato Nan Ampek dapat terus dilestarikan dan menjadi bagian dari budaya Minangkabau yang adiluhung.Jadi Makin Tahu Indonesia. (Budi) 

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update