Notification

×

Iklan

Iklan

Kisah Rabab Pariaman: Ketika Kata dan Irama Bersatu Menjaga Pusaka Budaya Minangkabau

06 Februari 2024 | 12:06 WIB Last Updated 2024-02-06T05:08:10Z


pasbana - Di antara kentalnya aroma rendang dan megahnya bangunan adat Rumah Gadang, tersimpan seni tutur warisan leluhur Minangkabau yang memikat hati - Rabab Pariaman. Bukan sekadar alunan musik atau syair semata, Rabab Pariaman adalah perkawinan harmonis antara kata dan melodi, kisah dan budaya, yang diwariskan turun-temurun melalui dentingan lembut rabab galuak.

Rabab galuak, sang pemeran utama, bukanlah biola biasa. Ia terbuat dari tempurung kelapa (galuak), bambu, dan benang, sederhana namun sarat makna. Bunyi merdu dihasilkan dari gesekan senar pada kayu yang diberi damar, lalu dilantunkan syair-syair yang menghipnotis pendengar. Uniknya, sang Rabab dimainkan solo, sang pemain sekaligus menjadi pendendang yang melantunkan kisah dengan penuh penghayatan.

Jejak Rabab Pariaman terbentang panjang hingga masa Islamisasi Nusantara. Konon, para pedagang Persia membawa alat musik serupa rebab ke Pariaman, yang kemudian diadaptasi dan dipadukan dengan seni tutur lokal. Sejak saat itu, Rabab Pariaman menjelma menjadi media dakwah yang efektif, menyampaikan nilai-nilai agama dan adat istiadat dengan cara yang lebih ringan dan menghibur.

Namun, Rabab Pariaman bukan sekadar pelayan religi. Ia menjadi wadah cerita rakyat, dongeng jenaka, bahkan sindiran sosial yang disampaikan dengan cerdas dan menggelitik. Liriknya yang puitis, dibumbui dengan bahasa kiasan dan perumpamaan khas Minangkabau, mampu mengaduk emosi dan meninggalkan kesan mendalam.

Lebih dari sekadar Hiburan


Rabab Pariaman lebih dari sekadar hiburan. Ia adalah penjaga identitas budaya Minangkabau. Kisah-kisah yang dituturkan Rabab Pariaman berisi kearifan lokal, nilai-nilai luhur seperti budi pekerti, tolong-menolong, dan penghormatan terhadap alam.

Dalam syair Rabab Pariaman, tersimpan ajaran tentang pentingnya menjaga keseimbangan alam, sikap gotong royong dalam masyarakat, dan pentingnya menjaga adat istiadat warisan leluhur. Setiap dentingan, setiap kata yang dilantunkan, menjadi pengingat bagi generasi muda untuk tetap menjunjung tinggi budaya warisan.

Menghadapi Tantangan Zaman


Namun, di tengah gempuran budaya modern, Rabab Pariaman menghadapi tantangan berat. Kurangnya regenerasi pemain dan minimnya perhatian dari generasi muda, membuat keberadaan Rabab Pariaman semakin terpinggirkan. Padahal, ia adalah harta karun tak ternilai yang mesti dijaga kelestariannya.




Beruntung, upaya revitalisasi terus digalakkan. Sanggar-sanggar seni Rabab Pariaman bermunculan, melatih anak-anak dan remaja untuk mengenal dan memainkan Rabab. Festival dan pertunjukan rutin digelar, memperkenalkan Rabab Pariaman kepada khalayak yang lebih luas.

Menjaga Api Warisan Tetap Menyala


Upaya pelestarian Rabab Pariaman bukan hanya tanggung jawab seniman dan budayawan. Kita semua, sebagai masyarakat Indonesia, memiliki peran untuk menjaga api warisan ini tetap menyala. 

Rabab Pariaman adalah harta karun budaya Minangkabau yang perlu dijaga dan dilestarikan. Dengan kepedulian dan upaya bersama, kita dapat memastikan Rabab Pariaman terus bergema, melantunkan kisah warisan nenek moyang, dan menjadi sumber inspirasi bagi generasi mendatang. 

Mari kita jaga Rabab Pariaman, jaga warisan budaya Minangkabau, jaga identitas bangsa kita. Makin Tahu Indonesia. (budi)

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update