Notification

×

Iklan

Iklan

Menelusuri Jejak "Restoran Padang": Bukti Historis dari Cirebon Tahun 1937

24 Februari 2024 | 14:13 WIB Last Updated 2024-02-24T07:43:48Z


Pasbana - Adanya pertanyaan tentang asal mula nama "Restoran Padang" atau "Rumah Makan Padang" telah lama menjadi penasaran bagi banyak orang. 

Baik orang Minang sendiri maupun dari suku lain selalu bertanya-tanya mengapa kuliner Minangkabau di luar Sumatera Barat disebut dengan nama tersebut. 

Jawaban pasti jarang ditemukan, dan penjelasan yang sering terdengar hanyalah istilah "Padang" digunakan sebagai pars pro toto, mewakili keseluruhan masakan Minangkabau.

Namun, sebuah penemuan menarik membawa secercah cahaya dalam menjawab pertanyaan ini. 

Sebuah iklan masakan Minangkabau di Cirebon dari tahun 1937, dimuat selama beberapa bulan di Harian Pemandangan, Djoemaat, 28 Mei 1937 terbitan Batavia, menjadi bukti historis-empiris yang patut dikaji.




Iklan tersebut berjudul "PADANGSCH-RESTAURANT “Gontjang-Lidah” dan beralamat di Pasoeketan 23 Cheribon. Iklan ini menawarkan masakan enak dan sedap dengan rasa yang higienis, serta minuman anggur tenaga untuk kesehatan.

Beberapa poin penting dapat disimpulkan dari iklan ini:
  • Istilah "Padangsch-Restaurant" kemungkinan besar merupakan cikal bakal dari "Restoran Padang" yang dikenal sekarang. Penggunaan bahasa Belanda pada masa kolonial menunjukkan bahwa para perantau Minang pada masa itu menyebut masakan mereka dengan istilah tersebut.
  • Keberadaan Restoran Padang Goncang Lidah di Cirebon pada tahun 1937 menunjukkan bahwa perantau Minang sudah menyebar di Pulau Jawa, bahkan di kota-kota kecil seperti Cirebon, bukan hanya di kota besar seperti Batavia dan Bandung.
  • Restoran Padang pada masa itu, seperti Restoran Goncang Lidah, menyediakan minuman anggur. Hal ini jarang ditemukan di restoran Padang saat ini.
  • Penamaan restoran Padang yang bombastis seperti "Goncang Lidah", "Goyang Lidah", dll., rupanya sudah ada sejak dulu.
  • Nama pemilik restoran ini adalah B. Ismael Naim, kemungkinan berasal dari daerah Bukittinggi.

Penemuan iklan ini membuka peluang baru untuk meneliti lebih lanjut asal mula nama "Restoran Padang". 

Kuliner Minang: Dari Ranah Minang Menjelajah Nusantara


Kuliner Minang, dengan cita rasa kaya dan beragam, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia. Dikenal dengan kelezatannya yang pedas dan gurih, masakan Minang digemari banyak orang, tak hanya di Sumatera Barat, tetapi juga di seluruh penjuru Nusantara.




Sejarah kuliner Minang tak lepas dari perantauannya. Sejak berabad-abad lalu, orang Minang telah merantau ke berbagai pelosok negeri. Dalam perantauan, mereka membawa serta tradisi dan budaya mereka, termasuk kulinernya.

Akar kuliner Minang tertanam kuat pada falsafah hidup masyarakatnya, "Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah". Falsafah ini tercermin dalam cara mereka mengolah makanan, dengan memperhatikan keseimbangan dan kehalalan.



Pengaruh budaya India, Arab, dan Melayu juga turut mewarnai cita rasa masakan Minang. Rempah-rempah yang melimpah di Sumatera Barat, seperti cabai, bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, dan lengkuas, menjadi kunci kelezatan masakan Minang.

Perantau Minang memainkan peran penting dalam menyebarkan kulinernya ke seluruh Indonesia. Mereka mendirikan rumah makan Padang di berbagai kota, memperkenalkan cita rasa khas Minang kepada masyarakat setempat.

Rumah makan Padang tak hanya menyajikan makanan lezat, tetapi juga menjadi tempat berkumpul dan bersosialisasi bagi perantau Minang. Di sini, mereka dapat merasakan kembali kehangatan kampung halaman dan menjalin silaturahmi dengan sesama perantau.

Keragaman Kuliner Minang
Kuliner Minang terkenal dengan ragamnya yang luar biasa.
 




Beberapa hidangan yang populer di antaranya adalah rendang, ayam pop, dendeng balado, sambal lado mudo, gulai nangka, dan soto Padang.

Setiap daerah di Sumatera Barat memiliki ciri khas kulinernya sendiri. Contohnya, rendang Padang Pariaman terkenal dengan kelembutan dagingnya, sedangkan rendang Padang Panjang memiliki cita rasa yang lebih pedas.

Kuliner Minang bukan sekadar hidangan lezat, tetapi juga warisan budaya yang berharga. 
Melestarikan kuliner Minang berarti menjaga tradisi dan identitas budaya masyarakat Minangkabau.

Dengan mencicipi kuliner Minang, kita dapat merasakan kekayaan budaya Indonesia dan memahami filosofi hidup masyarakat Minangkabau yang tertanam dalam setiap masakannya. Makin tahu Indonesia.(budi) 

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update