Pasbana - Pemilu telah usai. Debunya masih berterbangan, meninggalkan luka pilu bagi mereka yang kalah, dan euforia bagi yang menang. Di balik gegap gempita pesta demokrasi ini, terselip kisah kelam tentang politik uang yang merajalela.
Uang berbicara lebih keras daripada visi dan misi. Uda Ucup, seorang pemuda dengan hak pilihnya, tergoda oleh tawaran uang dari tim sukses. Sejuta delapan ratus ribu rupiah untuk tiga suara, sebuah godaan yang sulit ditolak. Di tempat lain, seorang tokoh masyarakat diiming-imingi lima ratus ribu rupiah per suara.
Politik uang bagaikan virus yang menggerogoti demokrasi. Praktik haram ini mencederai nilai-nilai luhur dan mencoreng makna demokrasi. Uang, bukan integritas dan kapabilitas, yang menjadi penentu kemenangan.
Pesan-pesan langit tentang suap dan korupsi menguap begitu saja.
Peringatan Rasulullah SAW tentang bahaya politik uang seolah diabaikan. Moralitas tergadaikan demi ambisi kekuasaan.
Namun, di tengah kegelapan ini, masih ada secercah harapan. Ada caleg yang terpilih bukan karena uang, melainkan karena cinta kasih dan kepercayaan rakyat. Mereka yang teguh pada prinsip, yang berjuang dengan ide dan gagasan, bukan dengan lembaran rupiah.
Pilu di balik kemenangan ini adalah pengingat bagi kita semua. Demokrasi Indonesia masih rapuh, masih terjerat oleh praktik-praktik kotor seperti politik uang.
Marilah kita bangkit bersama. Kita tolak politik uang. Kita pilih pemimpin yang berintegritas, yang memiliki visi dan misi untuk membangun bangsa.
Hanya dengan moralitas yang kuat, demokrasi Indonesia dapat diselamatkan.(Diolah dari FB Surya Bunawan)