Pasbana - Dalam sebuah foto klasik yang diabadikan dalam artikel Rusjdi "Sedjarah penerbitan madjalah AL-MUNIR" di majalah Gema Islam (1962) menghadirkan momen istimewa: pertemuan tiga ulama terkemuka Minangkabau - Dr. Hadji Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul), Syekh Taher Jalaluddin, dan Syekh Daud Rasjidi.
Ketiganya merupakan pembaharu Islam yang membawa angin segar bagi pemikiran dan kemajuan umat di awal abad ke-20.
Dr. Hadji Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul), pendiri majalah Al-Munir (1911), dikenal sebagai pembaharu yang kritis terhadap tarekat dan bid'ah. Beliau mempelopori pendidikan modern Islam dengan mendirikan Sumatra Thawalib.
Syekh Taher Jalaluddin, pemimpin redaksi majalah Al-Imam (1906-1908), gigih menyerukan pembaharuan Islam di Semenanjung Malaya. Beliau dikritik karena pandangannya yang keras terhadap tarekat dan adat Minangkabau.
Syekh Daud Rasjidi, ulama pembaharu yang mempelopori penerjemahan Al-Quran ke bahasa Melayu. Beliau aktif di Muhammadiyah dan dikenal sebagai pendiri Madrasah Tarbiyah Islamiyah di Bukittinggi.
Persatuan dan gagasan modern mereka terpancar dalam foto ini. Ketiganya berpakaian jubah dan serban, simbol keilmuan dan ketaatan. Tatapan mereka memancarkan kecerdasan dan tekad kuat untuk menyebarkan gagasan pembaharuan Islam.
Majalah Al-Munir dan Al-Imam menjadi wadah penting untuk menyebarkan ide-ide modern mereka. Al-Munir, terinspirasi oleh Al-Manar (Mesir), menyuarakan modernisasi Islam, pendidikan, dan kritik terhadap kolonialisme. Al-Imam, di Singapura, fokus pada pemurnian Islam dan kritik terhadap tarekat.
Meskipun berbeda dalam beberapa hal, mereka bersatu dalam tujuan: memajukan umat Islam melalui pendidikan, pemurnian ajaran Islam, dan perlawanan terhadap kolonialisme. Pertemuan mereka menjadi simbol persatuan dan kekuatan pembaharuan Islam di Minangkabau dan Dunia Melayu.
Foto ini bukan sekadar potret tiga ulama, melainkan jendela sejarah yang menyingkap era kebangkitan Islam di awal abad ke-20.
Semangat dan gagasan mereka masih relevan hingga saat ini, menginspirasi generasi penerus untuk terus memperjuangkan kemajuan umat Islam. Jadi makin tahu Indonesia.(Budi)